Karya 2 (bagian 1 end)

11 2 0
                                    

Judul : Takut Gagal Menghadapi Tes Kelulusan
Karya : Lukman Hakim

Suatu hari Gio merasa jengkel kena marah terus-menerus. Saat di sekolah teman-temannya yaitu Rini, Tomtom, Vivo juga tau dan merasakan apa yang Gio rasa. Saat keluar main kami berkumpul untuk membicarakan hal tesebut.

"Hei teman-teman ada ide gak untuk membuat ibuku mengeluarkan sisi lembutnya padaku?" tanya Gio.

Semua terdiam dan memikirkan sebuah rencana dan tiba-tiba kegagalan.

Kegagalan dan kesuksesan adalah hal yang lumrah dalam hidup manusia. Dalam keseharian seseorang, antara kegagalan dan kesuksesan selalu datang silih berganti. Itulah seni dari hidup. Terkadang kegagalan yang kita alami dalam hidup, membuat kita hampir berhenti dari segala aktifitas kita, karena kita berpikir bahwa kegagalan adalah hal yang paling memalukan dan kegagalan merupakan akhir dari segalanya.

Pandangan di atas membuatku teringat akan kejadian di masa lampau. Dalam riwayat pendidikanku, aku pernah mengalami kegagalan dalam berproses.

Ketika itu, aku berada di bangku SMP kelas III. Kita semua tahu, bahwa sebelum kita memperoleh sebuah ijazah maka kita harus melewati yang namanya ujian nasional dan ujian sekolah. Akhir dari ujian adalah pengumuman hasil ujian tersebut, dan ini adalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh setiap kita yang berproses.

Selama 3 tahun aku berproses, dan kini saatnya untuk aku harus menuai hasilnya. Kebimbangan dan keraguan selalu ada dalam pikiranku. Aku selalu dibebani dengan hasil ujian ini. Lulus atau tidak aku harus menerima semua itu. Tapi aku selalu berharap untuk lulus dalam ujian ini.

"ya tuhan, sungguh memalukan apabila aku tidak lulus". Pikirku dalam hati.

Apalagi, model pengumuman kali ini berbeda dengan model pengumuman di tahun-tahun yang lalu.

Hari ini adalah hari yang telah ditentukan untuk mengumumkan hasil ujian tersebut. Pagi ini aku terlambat bangun pagi karena kerja seharian membuatku lemah. Ketika aku terbangun dari tidur, aku menemui teman-temanku yang sudah pada kumpul untuk mendengarkan hasil ujan tersebut. Aku menghampiri teman-temanku. 10 menit kemudian penyiar mulai membacakan hasil ujian dari sekolahku.

"nomor yang dibacakan adalah nomor peserta yang telah lulus ujian sedangkan nomor yang tidak dibacakan adalah nomor yang tidak lulus dalam ujian." jelas penyiar RSPD itu.

Hatiku deg-degan. Raut wajahku yang cerah ceria kini berubah. Aku sanksi, nomorku disebut atau kah tidak. Nomor pesertaku adalah 135. "129, 130, 132, 133, 137 dan seterusnya." nomorku telah terlewatkan dan aku termasuk dalam peserta yang tidak lulus.

Setelah kejadian itu hidupku hampa. Aku berpikir, hidupku tak ada artinya lagi. Aku sedih meratapi nasibku yang malang ini. Tetapi pada sat itu, keajaiban tuhan terjadi, aku dan teman-teman yang tidak lulus dipanggil untuk mengikuti ujian susulan. Di ujian kali ini aku berjanji untuk diriku sendiri untuk harus lulus.

End.

Merayakan KegagalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang