Karya 5 (bagian 1 end)

5 2 0
                                    

JUDUL : Bukan Melulu Gagal Hanya Saja Kau Bukan di Garisnya
KARYA : Aisha Mufida

Menikah mungkin mimpi bagi sebagian orang. Namun menikah tidak semudah yang dipikirkan.

Ada yang lancar, ada yang harus menunda karena alasan tertentu, bahkan ada yang harus menelan pil pahit karena gagal total.

Jangan ditanya bagaimana sedihnya. Butuh waktu untukku bisa mengerti hikmah di balik semua kejadian ini. Dan juga butuh waktu yang tak sebentar pula untuk belajar tentang mengikhlaskan kamu yang memilih pergi.

Jelas ini adalah ujian yang begitu berat untukku, tapi bukankah ini tanda Tuhan menyayangiku? sehingga dia mau untuk mengujiku.

Ketika dia memilih pergi di saat pernikahan yang tinggal menghitung hari, ini adalah kepedihan yang baru sekali ini aku rasakan. Rasa dikecewakan dan tidak dihargai jelas yang mendominasi.

Pengorbanan yang selama ini aku lakukan, seakan tidak dipandang sama sekali.

Namun demi secercah harapan untuk bangkit lagi, aku percaya ini adalah ujian yang Tuhan berikan agar aku bisa naik kelas. Menjadi pribadi yang lebih bijak dalam memandang sebuah kegagalan.

Omongan demi omongan berusaha aku balas dengan senyum kepalsuan. Mereka hanya tak tahu apa yang sedang aku rasakan.

Mereka tak akan tahu apa yang aku rasakan.

Kalau saja mereka tahu bagaimana kerasnya aku berusaha mengikhlaskan kamu, mungkin cibiran itu tak akan pernah datang. Tapi sayangnya, orang lain selalu hanya menilai dari luarnya saja. Tanpa pernah mau berempati pada apa yang sedang aku rasakan.

Aku memang kepalang menanggung malu. Segala persiapan pernikahan kita telah mendekati selesai. Undangan pun terlanjur disebarkan. Tapi tiba-tiba dengan entengnya kamu memilih pergi meninggalkan.

Kamu tak pernah paham bagaimana rasanya menjadi aku, dengan sisa keberanian yang aku punya, harus kembali mengabarkan bahwa pernikahan kita gagal dilaksanakan.

Kadang bukan empati yang aku dapatkan. Namun justru banyak cibiran yang datang kepadaku dengan nada meremehkan.

Meskipun kita tidak dipersatukan oleh doa yang mengikat, tapi kini aku menjelma menjadi pribadi yang kuat.

Setelah ratusan hari aku lewati pasca-kejadian itu, aku merasa kembali lahir menjadi sosok yang baru. Sosok yang aku rasa menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Luka yang kamu torehkan memang begitu dalam. Hingga aku hampir putus asa dan merasa tak akan pernah mampu menyembuhkannya kembali. Tapi ternyata perkiraanku salah, justru luka ini yang membuatku menjadi orang yang lebih legawa dalam menghadapi kegagalan.

Pada akhirnya lagi-lagi aku ingin berterima kasih, sudah membentukku sebagai pribadi yang sedemikian rupa dari luka yang pernah kamu berikan. Mungkin jika tak ada kejadian yang sangat menyakitkan ini, aku tak akan menjadi seseorang yang setegar ini.

Ya, setidaknya aku pernah bahagia. Meskipun apa yang aku kehendaki bertentangan dengan takdir semesta.

Meski kesempatan berbahagia yang diberikan padaku sangatlah singkat. Namun kini aku sadar, patah hati diberikan untukku agar aku bisa lebih menghargai apa itu bahagia. Setelah ini, aku jadi punya pandangan bahwa bahagia itu sebenarnya sederhana saja. Tak perlu muluk-muluk untuk mendapatkannya.

Semoga kini kamu juga merasakan bahagia versimu sendiri. Selamat berbahagia atas pilihan yang kamu ambil ini dan aku berdoa semoga kamu tak menyesalinya.

Aku masih percaya konsep jodoh yang Tuhan janjikan. Mungkin aku hanya belum menemukan

Jodoh yang telah tercatat digaris takdir hidupku ini.

Seperti yang Tuhan pernah janjikan bahwa, dibelahan bumi manapun dua manusia berada jika memang jodoh pasti akan dipertemukan.

Aku hanya menunggu waktu saja. Tak apa aku terluka, tak masalah kini aku berduka, tapi kelak akan ada seseorang yang benar-benar membuatku tahu makna cinta yang sebenarnya. Darinya aku akan belajar bagaimana cinta sejati dipersatukan semesta.

Sementara aku masih tenggelam dalam kesendirian ini, setiap malam tak pernah putus kurapal doa-doa. Agar bahagia yang sempat hilang, segera ada gantinya.

Dari sini aku mengerti bahwa,dimanapun kita,kapanpun,bagaimanapun dan bersama siapapun.

Selama matahari terbit dari sebelah Timur.

Bumi masih menumbuhkan tanaman.

Langit masih menampakkan kwbiruannya.

Rembulan dan bintang masih menghiasi malam.

Dan selama kita yakin bahwa Tuhan selalu ada bersama dengan hambanya yang bersabar.

Maka,tak ada alasan kita menyerah dan berputus asa.

Kamu juga akan merasakan kebahagiaan,tapi sebelum itu, jangan doktrin dirimu kalau bahagia itu harus seperti mereka.

Dan kukatakan, dia yang tulus mencintaimu tak akan meninggalkan mu hnaya karena kekurangan mu.

Cintanya tak akan berkurang karena kekurangan dan tak akan bertambah karena kelebihan.

Begitulah sejatinya cinta.

Lahir tanpa sebab, terus tumbuh karena belas kasih ,dan akan bertahan karena tanggung jawab.

End.

Merayakan KegagalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang