Hi, Assalamualaikum.
Ingat yaa ini hanya cerita fiksi. Ambil yang bermanfaat dan buang yang tidak memberikan kalian manfaat.
Happy reading❤
.
.
.
TKG||Part empat
'Abraham pengadu'Tak selamanya perjalanan hidup akan sesuai rencana, itulah mengapa ada semoga di setiap doa.
___________________________________
Setelah di antar pulang dengan selamat oleh Xavier Syakila memasuki rumahnya dengan langkah pelan, ia masuk tanpa mengucapkan salam karena biasanya jam segini tidak ada orang di rumah.
"Dari mana kamu, La?"
Langkah Syakila terhenti, menoleh ke arah sofa depan televisi. Di sana ada abi nya yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sedikit membuat Ila ekhem takut.
Syakila mendekat, menyalami tangan abi nya dan tak lupa mengucap salam.
"Eh, Abi. Dari sekolah dong."
"Sekolah mana yang jam segini baru pulang?" tanya Kiai Akbar tenang namun sedikit menusuk.
Syakila melirik jam dinding yang terpampang jelas di dinding. Jarum jam menunjukan pukul 17.20 hampir maghrib ternyata.
"Sekolah, Ila." jawab Syakila dengan cengiran khas nya.
"Jujur, darimana kamu?" aura Kiai Akbar semakin tak bersahabat. Syakila tau, abi nya tidak marah. Beliau hanya ingin Syakila jujur.
"Main." cicit Syakila dengan kepala menunduk.
"Kemana?"
"Mall, main timezone."
Kiai Akbar mengangguk.
"Sama siapa?"
"Adiba."
"Yakin?" Syakila mengangguk ragu. Takut-takut abi nya tahu bahwa ia berbohong.
Kiai Akbar kembali mengangguk. Mempercayai ucapan putri bungsunya. Lagipula setahunya Syakila memang hanya memiliki satu teman dekat, siapa lagi kalau bukan Adiba. Jadi mana mungkin Syakila pergi dengan orang lain?
Iya. Hanya setahunya.
"Udah makan, kan?" suara Kiai akbar kembali melunak, begitu juga dengan auranya yang kembali tenang. Diam-diam Syakila menghela nafas lega, bersyukur karena abi nya kembali mempercayainya.
"Belum. Abi udah?"
Kiai Akbar lagi-lagi mengangguk.
"Yaudah sana bersih-bersih terus makan."
Syakila mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamarnya, ia kembali menatap Kiai Akbar yang sudah kembali fokus pada kitab yang entah apa isinya.
"Kak Ifa belum pulang?"
Kiai Akbar kembali menatap Syakila, kemudian melirik arloji di pergelangan tangannya.
"Sebentar lagi palingan."
"Sana cepetan mandi, bau." Kiai Akbar menutup hidungnya dengan jari telunjuk dan jempolnya berlagak seolah-olah Syakila memang bau.
Syakila mendengus lalu melengos pergi dengan kaki yang di hentak-hentakkan.
Bukannya naik ke kamarnya Syakila justru berbelok menuju dapur ketika mendengar suara dari sana. Takut-takut ada orang jahat.
Syakila mengendap-endap. Bukannya menemukan orang jahat Syakila justru melihat Mba Diyah--orang yang membantu mengurus rumah dan memasak atau biasa di sebut ekhem pembantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terimakasih, gus
Novela JuvenilFollow dulu sebelum baca! .... "Pasien atas nama Syifa Aliman Alaydrus dinyatakan telah meninggal dunia, waktu kematian pukul 22.03" Deg! .... "Bagaimana kalau ... Syakila menggantikan Syifa?" "HAH?!"