43 - Kania

669 152 55
                                    

43

Rangkaian acara setelahnya mulus, setidaknya sesuai rencana Kania dan Dorian. Gempar serta keributan pagi kemarin bagai puncak klimaks sebuah opera dan kini mereka tengah melandai ke situasi tenang, aman, dan tentram (meskipun setelah acara makan semalam, Kania meragukannya, menyaksikan adu mulut Caiden dan Reagan). Di luar percekcokan dua pria itu, kedatangan para prajurit Albatross di luar agenda Dorian.

Angin mengembus kencang, kita sampai lebih cepat, ujar kakak perempuannya, Petra, sebelum menghambur ke pelukan Ibu. Lebih dari dua tahun. Selama itu Petra meninggalkan mereka. Mulanya, karena tugas dan kewajiban, namun setelahnya lebih karena pria di sisinya. Wilhelmus Rhys, raja muda kerajaan Albatross. Kata Dorian kesetiaan Albatross kepada Dyre diikat oleh sebuah kontrak diplomatis dan ekonomis. Tetapi, saat melihat Rhys mengangguk sarat arti kepada Reagan, Kania meyakini ada alasan lain mendasarinya.

Kania bahkan tidak lagi kuasa mengendalikan dirinya. Dalam sekejap berdiri dari meja makan, bersatu dalam pelukan bersama Petra dan Ibu. Kedua kakaknya yang lain mengikuti—suasana berubah haru sebelum Caiden melontarkan lelucon, mengundang tawa lingkaran kecil keluarga mereka. Kemudian, mereka lanjut berbincang sembari menyantap makan malam. Reagan tidak lagi melemparkan komentar yang dapat menyulut perdebatan. Ia tampak jauh, menyaksikan kehangatan keluarga Kania bagai gambaran asing.

Mengetahui kenyataan kejam dan dingin pria itu, dada Kania mendadak sesak. Ia menggenggam tangan Reagan yang disambut baik. Kania ingin berseru, mengatakan bahwa keluarga ini adalah miliknya juga sekarang. Tetapi, mereka larut dalam kehangatan hening nan konstan, sementara keriangan keluarganya terus berputar tidak ubahnya tata surya. Seakan mereka tengah menghidupi kembali masa kecil Kania. Terlalu ideal, terlampau sempurna. Sampai-sampai Kania takut dunia dapat merenggut keluarganya sekejap mata.

Keesokan harinya, Tonya membangunkannya pagi-pagi sekali, mendandaninya untuk acara penobatan Reagan dan Kania. Kebanyakan raja-ratu sebuah kerajaan tidak segera melakukan upacara naik takhta walaupun telah melaksanakan hari kerja pertama mereka. Begitu banyak yang perlu dipersiapkan, dan mengingat selama berbulan-bulan terakhir Reagan sibuk mengurusi konflik di luar Kastil Dresden, pemahkotaan tepat dilakukan setelah keadaan memungkinkan.

Tonya membalut gaun Dyre putih bersih pada tubuh Kania dengan potongan leher tinggi dan lengan panjang menjuntai melalui jari-jarinya. Rambutnya disanggul sedemikian rupa, beberapa helai hitam menyentuh leher jenjangnya. Ia tampak seperti peri danau dalam dongeng-dongeng Reibeart, menjunjung tinggi kesucian dan kesetiaan.

Kania menemui Reagan di aula ambang masuk aula penobatan. Pria itu mengenakan jubah kebangsaan yang tampak mampu meremukkan pundak sembarang pria. Epolet keemaannya bersinar terang dan seragamnya adalah jalinan kekuasaan, dari kancing emas mengkilat serta beragam lencana di dadanya. Kontras dengan penampilan Kania yang mengutamakan kesederhanaan. Satu-satunya perhiasan di tubuhnya adalah sabuk emas di pinggangnya.

Dengan aba-aba masuk bergaung, Kania mengaitkan lengannya pada milik Reagan. Pria itu menuntunnya, berjalan lurus menuruni karpet merah. Suasana di dalam aula khusyuk, seperti antisipasi rakyat terhadap titah dewa-dewi. Upacara yang menahbiskan martabat seorang kaisar dan ratunya, pemimpin tertinggi tanah Dyre.

Aula dipenuhi beragam wajah familiar. Kania menemui keluarganya berdiri di salah satu podium terdepan. Para menteri dan penasehat kastil, Dorian, dan Ajax berdiri di podium seberang. Keluarga bangsawan, politisi, dan perwakilan para rakyat memenuhi ruang sisanya. Dari sentuhan jemari pemain organ, keluar musik penuh wibawa yang mengheningkan seisi aula. Pendeta-pendeta tertinggi Ansburgh berbaris di sisi sepasang singgasana paling mewah yang pernah Kania lihat.

Reagan mengambil tempat di singgasana kiri, sementara Kania di sebelah kanan. Ignatius, kepala para pendeta, kemudian menyerahkan tongkat dan bola kristal kepada Reagan yang melambangkan pemindahan kekuasaan secara sah, disaksikan para dewa-dewi di khayangan.

KANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang