🦋 | Bab Dua

9.7K 628 24
                                    

Bab Dua

~~~🦋~~~

Nisa melihat penampilannya di depan cermin panjang di kamar. Wanita itu menggunakan rok denim sepanjang mata kaki dan atasan berwarna putih dengan lengan baju sepanjang suku lengannya. Tidak lupa tas selempang Nisa yang selalu ia bawa ke mana-mana, sedangkan rambut panjang Nisa, ia diikat dengan rapi seperti ekor kuda.

 Tidak lupa tas selempang Nisa yang selalu ia bawa ke mana-mana, sedangkan rambut panjang Nisa, ia diikat dengan rapi seperti ekor kuda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Sumber: Google]

Hari ini, Nisa akan bertemu dengan orang tua bayi yang akan diurusnya setelah kemarin ia pergi ke Yayasan. Di yayasan sebenarnya ia bisa langsung bertemu dengan orang tua dari bayi tersebut, namun karena orang tua si bayi sedang sibuk dengan pekerjaannya, yang merupakan seorang dokter di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya, membuatnya sedikit sulit untuk menyesuaikan waktu bertamu. Jadi, orang tua bayi itu mengatakan kepada Nisa bahwa ia bisa bertemu hari ini untuk bertemu dan membahas beberapa hal di sebuah kafe.

Nisa pun berjalan keluar indekosnya dan memesan ojek online, untung saja tidak butuh waktu yang lama, karena beberapa saat kemudian Mbak ojeknya sudah berdiri di depan Nisa.

Dua puluh menit perjalanan, akhirnya ia sampai di kafe, tempat di mana orang tua si bayi berjanji untuk bertemu di sini. Setelah membayar ojek online itu, Nisa langsung berjalan masuk ke dalam kafe.

Wanita bertubuh mungil itu memang sengaja datang lebih awal lima belas menit dari jam yang ditentukan. Sambil menunggu orang tua bayi datang, ia memesan minuman paling murah di situ, meskipun Nisa sama sekali tidak bisa mentolerir harga minuman dan makanan di kafe itu. Namun tidak enak juga dirinya hanya duduk saja seperti orang aneh tanpa memesan apapun di sana. Nanti dirinya dikira orang gila.

🦋🌹🦋

Petugas operasi caesar merupakan sebuah tim yang biasanya terdiri dari dokter operator atau Dokter obsgyn, dokter anestesi, perawat anestesi, perawat bedah, dokter spesialis anak, dan perawat perinatologi. Semuanya memiliki perannya masing-masing.

Kini Raiden berperan sebagai dokter operator. Tangannya dengan terampil membelah rahim wanita berusia 17 tahun yang sedang terbaring di meja operasi.

Ibu muda yang sedang terbaring itu telah diberikan pembiusan dengan cara disuntik pada bagian bawah punggungnya, namanya teknik anestesi spinal—yang memiliki efek di area perut bawah akan mati rasa. Sehingga membuat Pasien dalam keadaan sadar dan bisa berkomunikasi dengan petugas kesehatan. Namun dalam beberapa kasus, bisa saja pasien diberikan pembiusan total.

Setelah hampir satu jam berlalu, akhirnya operasi caesar secara mendadak itu bisa berjalan dengan lancar hingga selesai. Bayi dari ibu muda itu pun sangat cantik sepertinya, hanya saja si bayi terlalu muda alias prematur, sehingga harus masukkan ke dalam inkubator.

Raiden keluar dari OK—ruang operasi— dengan setelan scrub berwarna biru langit. Langkah kaki pria itu membawa ia pergi ke stase bedah, di mana ruang kerjanya berada. Setibanya di sana, ia langsung mengganti pakaiannya dengan kameja putih dan juga celana kain berwarna hitam, lalu dilapisi dengan sneli.

Tangan lelaki tampan itu, yang tadi bergerak dengan lihai bersama pisau beda itu pun kini merogoh saku snalinya untuk mencari ponselnya. Jarinya pun dengan cepat membuka pesan masuk dari beberapa orang. Matanya seketika melebar, terdengar dengkusan kesal lolos dari bibirnya.

"Kenapa bisa lupa?" Raiden memejamkan matanya seraya berjalan keluar dari ruangannya.

Segera pria bertubuh tinggi sekitar 186 cm itu menghubungi nomor yang tadi mengirimkan pesan kepadanya.

"Malam, mbak?" sapa Raiden saat panggilannya direspon oleh seseorang di seberang sana.

Raiden berjalan menuju lift rumah sakit. Ia lalu menekan tombol yang akan mengarahkan ke rubanah, tempat ia memarkirkan mobilnya.

"Iya, mbak. Maaf yah. Saya tadi ada Cito. Eh, maksudnya operasi mendadak. Ini baru aja selesai operasi," ujar Raiden penuh sesal.

Sungguh, Pria bertubuh tinggi itu benar-benar lupa dengan janjinya bersama Mbak Babysitter itu. Itu pun bukan karena ia tiba-tiba mendapat panggilan CITO. Kalau tidak, pria itu pasti mengingat janjinya.

"Jadi mbak bisa kita ketemuan sekarang? Mbak aja yang pilih tempat, nanti saya menyusul ke tempat yang mbak bilang." Raiden berjalan keluar lift, lalu mencari keberadaan mobilnya.

"Taman Harmoni, Mbak? Okay, saya ke sana sekarang mbak," seru pria itu sambil membuka pintu mobil berwarna putihnya.

"Sekali lagi saya minta maaf ya, Mbak." Raiden kemudian memutuskan panggilan telepon tersebut dan segera mengendarai mobilnya ke tempat yang disebut Mbak babysitter tadi.

Jam di pergelangan tangan Raiden menunjukkan pukul tujuh malam saat mobilnya membelah jalan di kota Surabaya saat itu. Jangan tanyakan keadaan jalan saat ini, karena Raiden sedang menahan diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata mutiara yang penuh dengan dosa. Intinya sekarang macet! Andaikan ia menggunakan motor, sudah pasti dirinya akan melewati semua mobil di depannya dengan gesit. Sialnya, semua itu sama sekali tidak bisa terjadi.

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, akhirnya Raiden sampai juga di taman Harmoni. Pria itu melepaskan sneli di badannya dengan segera dan turun dari mobilnya.

Raiden kembali menghubungi mbak babysitter tersebut. Namun niat pria beranak satu itu untuk menghubungi orang itu pun tertahan karena panggilan dari seorang wanita bertubuh mungil di sampingnya.

"Pak Raiden?" tanya wanita itu sambil tersenyum ramah.

Kepala Raiden bergerak naik turun. "Mbak babysitter? Eh, maksudnya mbak Ni ... Nisa?" tanya dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi tersebut, meskipun ia sempat melupakan nama si babysitter.

"Iya, Pak," jawab wanita itu. "Maaf yah Pak, saya suruhnya ke sini." Lanjut Nisa tidak enak hati.

"Nggak papa, Mbak. Saya yang harusnya minta maaf karna nggak tepat janji," sanggah Raiden.

Akhirnya Nisa mengajak Raiden untuk masuk ke dalam taman yang untung saja terlihat sangat terang dengan lampu-lampu taman.
Ada banyak tanaman dan bunga-bungaan yang sudah layu karena tidak mendapatkan cahaya matahari. Kedua pasangan itu pun duduk di salah satu kursi taman yang terbuat dari beton.

Raiden sejujurnya belum membaca riwayat hidup Nisa sehingga ia tidak mengetahui seperti apa babysitter untuk anaknya. Sebenarnya ia ingin menambah CV wanita itu, hanya saja belum kesampaian juga, waktunya terlalu padat dari kemarin sampai tadi sore. Makanya pria beranak satu itu cukup terkejut dengan wujud Nisa. Di pikirannya, wanita itu berumur sekitar akhir tiga puluhan, dengan postur tubuh yang sedikit berlemak. Namun nyatanya Nisa yang ada di depannya ini malah sebaliknya. Hal ini membuat Raiden sedikit meragukan wanita itu.

Apa benar, Nisa bisa menjaga anaknya dengan baik?

"Silakan Pak, yang mau ditanya atau disampaikan?" tanya Nisa, memecahkan keheningan di antara keduanya.

Raiden bedehem, menjernihkan suaranya, lalu menjawab pertanyaan Nisa. "Saya ingin bertanya beberapa hal sebelum menerima Mbak sebagai babysitter, untuk itu saya mohon mbak menjawabnya dengan jujur, ya."

Nisa mengangguk paham. "Baik, Pak. Udah sering saya ditanya-tanya sebelum jadi babysitter."

"Jika anak saya tidak bisa diatur atau berbuat tidak sopan, apa yang akan mbak Nisa lakukan?"

To be Continued

a.n: kalo typo? tolong ditandai, ya.
jangan lupa vote dan komen, yah.
semoga hari kalian selalu diberkati. 🦋

Pengasuh Bayi Dan Dokter ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang