🦋 | Bab Empat

9K 607 21
                                    

Bab Empat

~~~🦋~~~

Nisa merapikan kamarnya setelah menyiapkan barang-barangnya untuk pergi ke rumah Raiden. Wanita itu sudah mandi, sudah memasukkan beberapa pakaian yang akan digunakannya nanti selama menjaga Daniel, anak Raiden.

"Kak?" panggil Dimas yang sudah berdiri di depan pintu kamar Nisa.

Nisa tersenyum kecil melihat adiknya yang baru saja mandi, bahkan rambutnya yang sedikit kepanjangan itu masih basah.

"Gimana, Dek?" tanya Nisa sambil berjalan ke arah Dimas.

Terdengar suara helaan napas berat keluar dari bibir pria itu. Tubuhnya terlihat kurang bersemangat hari ini ketika melihat kakak perempuannya itu hendak pergi lagi untuk bekerja.

"Kalo aku udah kerja, kakak nggak usah kerja lagi, ya," ungkap Dimas seraya mengikuti langkah Nisa yang berjalan ke luar kamarnya.

Gadis yang sudah lengkap dengan seragam baby sitter berwarna pink itu terkekeh geli. "Iyaaa, makanya yang semangat koasnya, Dek," sahut Nisa.

"Kapan sih kak aku nggak serius?" protes Dimas, cemberut mendengar sahutan Nisa.

Nisa menarik adiknya itu untuk berjalan ke dapur kecil mereka yang berada di samping kamar mereka.

"Kamu makan dulu! Jangan sampe kamu sakit pas kakak lagi kerja. Ingat, belajar emang penting tapi isi perut juga," nasihat Nisa sambil menjejelkan roti bakar yang sudah diisi selai coklat olehnya ke dalam mulut Dimas.

Dimas berjalan menjauh dari Nisa seraya memegang sebagian roti bakar yang tidak muat masuk ke dalam mulutnya. Matanya melirik kesal ke arah sang kakak.

"Kamu kalo ada butuh apa-apa jangan sungkan telpon kakak, atau ada perlu apa gitu," jelas Nisa.

Dimas mengangguk paham, meskipun kini mulutnya penuh dengan roti, matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Nisa.

Tangan mungil Nisa terulur, mendekati Dimas dan mengusap lembut. "Kita di sini merantau, susah dan senang ditanggung sama-sama. Kalo capek jangan malu telpon kakak buat cerita," imbuhnya.

"Iya, kak," jawab Dimas.

Pria itu lalu memeluk tubuh Nisa dengan erat. Saking eratnya sampai-sampai kakaknya itu harus mengaduh kesesakan.

"Kamu kalo ada pacar jangan dipeluk kayak gini! Ntar minta putus dia," celetuk Nisa seraya melerai pelukan Dimas.

🦋🌹🦋

Nisa memperhatikan kembali alamat rumah yang diberikan oleh yayasan tentang letak rumah Raiden berada. Kini ia berada di dalam kawasan perumahan elite di Jawa timur, Pakuwon City Residence.

Gadis itu menelan ludah saat matanya memandang rumah-rumah yang telah dilewatinya tadi. Selama hidup hampir lima tahun di Surabaya sebagai orang rantauan, ini pertama kalinya ia menginjakkan kakinya ke kawasan ini.

Menarik napas dalam-dalam, akhirnya Nisa memberanikan diri untuk menekan bell rumah yang berada yang sama alamatnya dengan yang diberikan Yayasan kepadanya. Beberapa kali menekan tombol tersebut, akhirnya terbukalah pintu rumah megah itu bersama dengan seorang pria yang memeluk seorang anak kecil berusia satu tahun.

Nisa membuang napas lega karena tidak salah menekan bell rumah. Ia pun tersenyum manis memandang anak kecil bernama Daniel itu, kemudian bergantian menatap ayahnya, Raiden.

Pengasuh Bayi Dan Dokter ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang