🍁'Pemalas

7 0 0
                                    

Mentari baru saja menyapa. Terlihat Alizhe dengan pakaian sederhananya sudah memulai aktivitas seperti biasa. Tak menunggu waktu lama ia pun pergi ke toko roti kecil miliknya. Saat ia melewati rumah Steven senyum terbit di wajah cantiknya. Dengan  perlahan Alizhe mendekati pintu rumah Steven. Ia menempelkan telinganya ke pintu.

"Aku tidak mendengar apa pun? Apa dia belum bangun? laki-laki memang seperti itu, pemalas."

"Aku tidak pemalas." Suara laki-laki dari arah belakang membuat Alizhe terkejut dan membalikkan posisinya. Ia mendapati Steven dengan wajah penuh keringat, sepertinya dia baru saja selesai olahraga. "Sedang apa kau disini?"

"Aku ingin minta maaf soal kemarin, karena ayahku bersikap kasar kepadamu." Ujar Alizhe.

"Tidak masalah."

"Apa kau tidak memiliki kosa kata lain? Kenapa kau irit sekali dalam berbicara? Apa kau sariawan?" Cerocos Alizhe membuat Steven jengah.

"Berisik, pergilah!"

"Kenapa? Kau mengusir ku?"

"Kau akan terkena masalah jika dekat denganku."

"Ouh, baiklah aku...aku...aku tidak peduli terkena masalah jika aku bisa bertemu denganmu." Ucap Alizhe, membuat Steven membulatkan matanya, sementara Alizhe hanya tersenyum.

"Tapi itu melawan ayahmu."

"Aku tidak melawannya. Karena yang dikatakan ayahku menurutku salah. Aku membuat keputusan yang benar menurutku. Kau itu baik dan tidak mungkin kau akan mencelakai ku." Ucap Alizhe penuh keyakinan, Steven pun tersenyum mendengar perkataan gadis dihadapannya.

"Kenapa kau bisa sepercaya itu kepadaku?" Tanya Steven, Alizhe tidak menjawab melaikan maju dan mendekati Steven hingga jarak diantara mereka tinggal sedikit. "Karena kau adalah Tuan Pemalas." Ujar Alizhe dengan mencubit hidung Steven dan tersenyum. Sementara Steven diam terpaku atas perlakuan Alizhe.

"Aku pergi dulu! Jangan lupa mampir ke toko roti karena uangmu masih bersama ku." Ucap Alizhe dan ia pun berlalu pergi meninggalkan Steven yang masih diam membisu.

"Gila." Ujar Steven seraya memegang dada kiri nya. Ada apa dengannya? Apa dia terkena serangan jantung.

Waktu terus berputar bahkan matahari sudah mulai condong kearah barat tapi hal itu tidak membuat seorang gadis beranjak dari tempat duduknya, siapa lagi kalau bukan Alizhe. Alizhe saat ini tengah membaca sebuah buku disudut ruangan perpustakaan, ia pergi setelah pulang dari toko. Hari ini toko sedikit ramai hingga ia bisa menutup toko lebih awal. Namun, saat ia sedang sibuk membaca tiba-tiba ia mendengar kursi disampingnya ditarik oleh seorang yang menandakan aku orang lain yang tengah duduk disampingnya. Alizhe pun tersenyum ketika melihat orang tersebut.

"Hallo Tuan Steven." Sapa Alizhe dengan senyum khasnya. Steven yang disapa hanya melihat dan tak menggubris Alizhe ia lebih memilih membuka buku dan membacanya. Alizhe yang merasa tidak dianggap hanya mengerucutkan bibirnya.

"Jangan berisik Alizhe." Ucap Steven tiba-tiba karena ia tahu Alizhe sudah siap untuk membuka suaranya kembali. Mau tidak mau Alizhe pun diam dan kembali membaca bukunya. Keheningan terjadi diantara keduanya, tanpa sadar Alizhe pun menguap ia pun menutup bukunya dan mulai merebahkan kepalanya diatas buku sebagai alas. Saat Alizhe dengan posisi itu ia bisa dengan jelas melihat wajah serius Steven yang sedang membaca buku. Alizhe tersenyum melihat pemandangan tersebut.

"Buku apa yang kau baca hingga kau terlihat serius seperti itu?" Tanya Alizhe, bukannya menjawab Steven hanya mengangkat bukunya dan memperlihatkan sampul buku itu kepada Alizhe, Alizhe yang melihatnya hanya ber'o'ria. Lama Alizhe memandang Steven akhirnya ia pun tertidur pulas tanpa melepas kacamatanya. Steven yang menyadari Alizhe tengah tertidur pun hanya terkekeh dan sepertinya buku yang tadi menyita banyak perhatiannya kini mulai teralihkan karena melihat wajah damai Alizhe yang tengah tertidur. Dengan hati-hati Steven melepaskan kacamata Alizhe. Steven terkejut kala Alizhe memegang tangannya.

"Ayah aku ingin donat." Ucap Alizhe yang masih tertidur. Steven pun hanya bisa menahan tawanya, bagaimana bisa seorang memimpikan donat padahal ia adalah penjual roti, apa tidak ada donat di tokonya? Segera Steven melepaskan tangannya dari Alizhe, ia pun kembali mencoba melepaskan kacamata Alizhe. Setelah terlepas Steven melipat dan menaruhnya diatas meja.

Steven ikut merebahkan kepalanya sembari memandang wajah damai Alizhe. "Cantik." Ujar Steven tanpa sadar, dan entah dorongan dari mama Steven menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Alizhe.

"Disaat semua orang takut denganku, kenapa kau malah mendekati ku? Alizhe aku tidak tau apa yang terjadi kedepannya tapi aku berjanji aku kan selalu melindungi mu." Ujar Steven, mungkin itulah kalimat panjang pertama yang Steven katakan, meskipun tidak ada seorangpun yang mendengar tapi itu semua kemajuan bukan?

"Mimpi indah gadisku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang