*CDK* 4. | Khawatir Violin |

135 155 33
                                    

Sinar mentari mulai berusaha memasuki kamar seorang gadis mungil dari celah-celah ventilasi. Berusaha membangunkan seorang gadis itu dari tidur pulas nya.

Ya siapa lagi kalau bukan Violin orangnya. Perlahan tapi pasti Violin mulai menggeliat, merenggangkan seluruh otot tubuhnya.

Uuahhh

Violin menguap beberapa kali. Merasakan kesegaran dan kesejukan dari dalam kamarnya.

"Seger banget pagi ini. Mending sekarang gue buru-buru mandi."

Aku langsung beranjak dari kasurku dan berjalan kekamar mandi. Melepas semua pakaianku dan mulai menghidupkan shower.

Kuguyur seluruh tubuhku menggunakan shower. Aku juga langsung menggosok gigiku dan segera menggunakan shampo dan sabun di tubuhku.

15 menit kuhabiskan hanya untuk mandi. Biarlah orang lain mengataiku begitu lama dikamar mandi. Akan ku jawab kalau aku sedang bersemedi disana. Siapa suruh mereka mengomentari ku.

Beda orang, beda cara mandi, dan beda pula waktu yang dihabiskan hanya untuk mandi. Orang bersih dan orang kotor akan tau perbedaannya.

Selesai mandi, aku langsung buru-buru memakai seragamku dengan rapi. Tak lupa aku juga langsung menata rambutku. Aku langsung membagi dua rambutku dan mengikatnya seperti sedang dikuncir. Terakhir aku juga langsung memakai kacamataku.

Eeits jangan lewatkan sesuatu. Aku kembali merogoh laci meja hias ku, dan langsung kuambil parfum favoritku. Parfum dengan wangi khas bunga melati, ahh aku sungguh menyukai wangi itu.

Terkadang orang-orang yang berdiri disampingku sering mengatai ku wangi hantu. Ahh mereka tak tau saja kalau wangi melati itu enak, kenapa harus dibilang wangi hantu.

Kurasa penciuman mereka bermasalah. Mereka wajib periksa ke dokter!

Setelah semua aktifitas rutin pagi ku selesai, aku langsung keluar dari kamar. Menuju meja makan. Seperti pagi-pagi biasanya aku dan kedua orang tuaku memakan sarapan kami pastinya dibarengi dengan sedikit gurauan dari Ibu dan candaan yang dibalas oleh Ayah.

Masih ingatkah kalian sarapannya apa? Yah nasi goreng kecap dengan telor mata sapi diatasnya. Dan tak lupa juga dengan segelas susu coklat dingin kesukaanku.

Selesai dari sarapan, aku langsung berpamitan. Menyalim tangan Ibu dan Ayahku. Hari ini aku ingin sekali berangkat sendiri. Seperti yang biasa kulakukan, jika aku ingin pergi sekolah sendiri pasti aku akan langsung ke halte untuk menunggu bis yang selalu ku tumpangi.

Dan disini lah aku sekarang. Di halte dengan 2 orang lainnya yang berbeda usia. Kami bertiga sama-sama sedang menunggu bis itu.

Karena merasa bosan menunggu, aku pun memutuskan untuk mengajak mengobrol seorang wanita paruh baya. Ya sekiranya mungkin lebih tua sedikit dari Ibuku.

"Ibu tujuannya mau kemana?" Tanyaku pelan.

"Eh iya nak, Ibu mau kerumah anak Ibu. Udah lama Ibu gak mampir kesana. Ibu jadi suka kangen sama anak Ibu, makanya deh Ibu mau samperin dia kerumahnya."

"Kenapa gak anak Ibu aja yang samperin Ibu?"

"Anak Ibu terlalu sibuk nak, jadi Ibu gak mau membebani dia."

"Maaf buk kalau saya ikut campur. Cuman kalau menurut saya, anak Ibu pasti gak akan merasa terbebani kalau hanya datang menjenguk Ibu. Coba saja Ibu minta untuk anak Ibu datang, saya yakin anak Ibu pasti mau datang."

"Iya nak. Dilain waktu pasti Ibu akan minta anak Ibu untuk datang. Oh iya kamu sendiri mau berangkat sekolah ya? Sekolah dimana nak kalau Ibu boleh tau?"

Cantikku Dibalik Kacamataku [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang