bab 2.1

802 84 9
                                    

Sehun dan Luhan kini memasuki taman kanak-kanak. Luhan yang kini sudah memperkuat mentalnya tidak menolak ketika bermain bersama anak-anak kecil lainnya. Luhan menjadi yang terpintar di antara anak-anak lain. Tentu saja! Luhan adalah pria berumur 30 tahun ingat!.

Luhan juga sangat populer di kalangan anak-anak karena dia berwajah manis. Sebaliknya, Sehun benar-benar di jauhi karena dia suka menatap tajam orang lain, membuat anak-anak itu ketakutan dan otomatis menjauhinya.

Tapi Sehun tidak peduli, dia hanya tidak suka Luhan di kelilingi oleh lalat-lalat kelaparan itu sehingga wajahnya saat ini benar-benar masam.

"Luhan mari pulang bersama nanti"

"Luhan wajahmu sangat lembut!"

"Luhan apa kau mau berpacaran denganku!"

Brak! Sehun sudah marah dan menggebrak meja. Dia bangkit dan menarik tangan Luhan.

"Lulu adalah calon istriku. Kalian tidak boleh mendekatinya"

Luhan saat ini wajahnya semerah tomat.

Apa yang bajingan kecil ini bicarakan!

Kemudian Sehun mencium pipi Luhan dan mulai tersenyum mengejek kepada anak-anak lain.

"Hunhun mari bicara!" Luhan yang malu langsung menyeret Sehun keluar dari ruang kelas.

"Apa yang kau bicarakan!" Akhirnya Sehun pun di marahi.

"Tapi aku mengatakan yang sebenarnya" Sehun menghindari mata Luhan sambil cemberut.

"Tapi tetap saja! Itu memalukan!" Luhan menutupi wajahnya yang merah dan berjongkok di tanah.

"Apa Lulu malu dengan Hunhun?" Sehun memiringkan kepalanya dengan sedih.

"Tidak bukan itu! Lulu menyukai Hunhun. Hanya saja itu memalukan untuk mengatakannya di depan anak-anak lain" benar, bajingan kecil ini tidak tahu malu! Luhan itu pria! Sekali lagi Luhan itu pria!

Sehun langsung cerah kembali, wajahnya kini penuh senyuman. "Tidak apa-apa jika Lulu malu. Ayo kembali" mereka pun kembali ke kelas, anak-anak yang mengelilingi Luhan sudah berkurang. Dan Sehun pun puas dengan ini.

°°°

"Sampai jumpa lagi Lulu!"

"Sampai jumpa lagi Hunhun dan bibi Oh" bibi Oh tersenyum dan mencubit pipi Luhan. "Sampai jumpa lagi menantu kecil" Luhan kembali memerah mendengar sebutan itu. Menantu apa?!

"Tuan muda! Paman Tama ini merindukanmu" Paman Tama menggendong Luhan sambil menggosok pipinya.

"Jauhkan kepalamu dari tuan muda. Itu menyilaukan" Paman Danny mulai mencibir.

"Hei bajingan!"

"Berisik kalian berdua. Tuan muda kemari, paman ini akan menggendong mu. Lihat paman Noah membawakan mu boneka"

"Kau terdengar seperti om-om mesum"

"Diam!"

Luhan tertawa mendengar mereka bertengkar. Setidaknya masih ada hiburan untuknya, Luhan pikir.

Luhan langsung berlari ke dalam rumah begitu pulang.

"Papa!"

"Xiao Lu sudah pulang hm?" Ayahnya memeluk Luhan dengan erat.

"Apa yang ingin Xiao Lu makan untuk makan siang?" Ayah Luhan mencubit hidung kecil Luhan.

"Ayam! Lulu ingin makan ayam!"

"Baik mari kita makan ayam yang banyak!"

"Ya!"

Paman Tama, Danny, dan Noah pergi diam-diam setelah mengantar tuan muda mereka pulang ke rumah dengan aman.

Mereka kemudian pergi ke tempat pembuatan tato.

"Silahkan duduk, apa yang ingin anda gambar?" Pemilik toko langsung menyapa mereka dengan ramah meskipun dia ketakutan ketika melihat wajah sangar dan badan besar mereka bertiga.

"Apa kartun yang di sukai anak-anak?"

"Mmmm mungkin Tayo?" Pemilik toko menjawab dengan ragu.

"Baik gambar itu!" Paman Tama menjawab dengan bersemangat.

"Permisi?" Pemilik toko berpikir telinganya salah mendengar.

"Gambar juga untukku!"

"Kau harus menggembarnya di kepala botakmu agar tidak menyilaukan lagi"

"Hei kudengar Dora juga populer!"

"Bagaimana dengan rusa kecil? Tuan muda terlihat seperti rusa. Ah ya ampun sungguh menggemaskan"

Pemilik toko yang saat ini sedang ketakutan benar-benar ingin berteriak kepada 3 orang berwajah sangar ini.

Apa kalian bercanda?!

Apa kalian tidak malu dengan badan kalian?! Untuk apa otot-otot itu jika kalian memiliki tato Tayo dan Dora di tubuh kalian! Itu sama sekali tidak lucu!

"Apa yang kau tunggu! Cepat gambar!"

"B-baik"

———

Babydeer_

Pffft malu sama badan omಥ‿ಥ



Big Boss Lu |HunHan|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang