Arvan's New Life 01.

279 56 66
                                    

Tau cerita ini dari mana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tau cerita ini dari mana?

Tanggal berapa kalian baca?


⚠Warning 17+⚠

Cerita ini mengandung adegan Vulgar dan kata-kata kasar. Jadi, untuk para Readers mohon bijak dalam membaca.

Happy Reading 💕

_______________
_
_
_


"Anjing!"

Seorang cowok berusia tujuh belas tahun terus menendangi kerikil yang berada di trotoar jalan. Terdengar umpatan dan cacian yang terus keluar dari bibir tipisnya.

Banyak orang-orang berlalu lalang yang menatapnya aneh sekaligus prihatin melihat kondisi cowok tersebut. Wajah babak belur, darah yang mengering di sudut bibirnya dan baju yang sobek dan kotor akibat terkena cairan hitam yang biasa kita sebut dengan 'Oli'.

Dia Arvan Prasetyo, seharusnya hari ini adalah hari yang bahagia untuknya. Dan seharusnya juga hari ini ia bisa makan enak di warung mpok Ati, warung yang selalu ia hutangi.

Namun, karena preman sialan yang berada di ujung komplek, membuat semua hal yang seharusnya Arvan lakukan hari ini harus ia ururungkan dengan terpaksa.

Dengan tidak tahu malunya, mereka berlima mengeroyok Arvan yang berjalan sendirian dan merampas uang tujuh ratus ribu hasil Kerja keras selama dua minggu ini dengan mudahnya.

Dua lawan satu? Gampang! Badan Arvan memang terlihat kurus akibat kurang nutrisi, namun tenaganya? Jangan salah!

Arvan memang telah membasmi dua pereman yang berada di ujung komplek. Namun sialnya, tiga orang yang di duga teman sang preman datang ikut mengeroyoknya. Alhasil uang tujuh ratus ribu melayang di tambah dengan wajah tampannya yang rusak.

"Aggrhhhhh! Sial! "

Arvan mengerang frustasi. Bunyi yang berasal dari perutnya tak ia gubris sama sekali, mau bagaimana lagi? Ia tidak punya uang cash satu peserpun. Jika ia berjalan ke arah warung Mpok ati yang berada di ujung komplek pasti yang pertama ia dengar bukan sambutan 'selamat datang' tapi-

'Eh nak Arvan, bayar hutangnya kapan nih?!'

Sungguh malang nasibnya.

Sekarang tujuannya hanya satu, Pulang. Arvan melihat jam hitam di pergelangan tangan kirinya yang sedikit retak, mungkin akibat terkena pukulan saat berkelahi tadi.

22:24 WIB.

Ia berjalan ke arah halte bus yang beberapa meter berada di depannya, melihat jadwal yang terpampang lalu menghembuskan nafas gusar. Hari ini jadwal bus datang telah usai satu jam yang lalu.

Arvan memilih duduk di kursi halte, ia mengedarkan pandannya ke arah jalan raya yang terlihat sepi dari kendaraan. Hanya terlihat satu atau dua yang melintas, berbeda dengan pejalan kaki yang terlihat cukup banyak.

Sepertinya ia harus memesan ojek hari ini. Setelah memesan, Arvan hanya diam menunggu sang Driver ojek datang.

Arvan terdiam, suasana kota yang bising tak membuat Arvan terbuyar dari lamunannya.

Arvan sedang menghayal, bagaimana rasanya mempunyai orang tua, bagaimana rasanya di beri perhatian dan bagaimana rasanya di beri kasih sayang oleh kedua orang tuanya.

Membayangkan itu membuat Arvan terkekeh miris, jangankan di beri kasih sayang, bertemu saja mereka belum pernah.

Arvan berharap suatu hari ia bisa merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya, walaupun itu saat-saat terakhirnya di dunia. Ia rela.

Arvan tersentak mendengar suara nada dering bersamaan dengan getaran yang berasal dari ponselnya. Ah, ternyata Driver ojek yang ia pesan telah sampai.

Arvan tersenyum, ia langsung berdiri dari duduknya menuju ujung trotoar, melihat Driver ojek yang ia pesan berada di sebrang jalan.

Sepertinya ia harus menyebrang.

Sebelum menyebrang, Arvan melihat ke kanan dan ke kiri, Sepi. Karena sepi, Arvan lebih memilih berjalan santai dari pada harus terburu-buru ke arah ojek. Cari jalan aman, bisa jadi kan ia kesandung.

Arvan terkekeh membayangkan dirinya tersandung di tengah jalan, pasti sangat memalukan!

Tanpa sadar, sebuah truk bermuatan penuh sedang melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

"MINGGIR NAK!"

"MINGGIR MAS! AWAS!"

Arvan terkejut mendengar teriakan pak ojol dan beberapa warga yang kebetulan berada di trotoar. Ia menghalau sinar lampu yang menyorotnya dari arah samping. Betapa terkejutnya ia melihat sebuah truk bermuatan penuh sedang melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya.

Arvan kelu, kakinya terasa berat untuk melangkah. Lagian jaraknya hanya tinggal beberapa meter saja.

Arvan tersenyum dan melambai ke arah beberapa orang.

Selamat tinggal dunia~

Tin Tin Tinnnnnnnn

BRAKK BRAK BRAK.

Tubuh Arvan terpental jauh dan terseret beberapa meter oleh kendaraan lain.

Sadis amat:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sadis amat:(

Kam, 15 juli 2021

Bye 👋

Arvan's New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang