"Jisung, bangun" ingin rasa nya Chenle menimpuk wajah nyenyak Jisung dengan bantal, sudah 15 menit ia berusaha membangunkan pria kelebihan kalsium itu
"PARK JISOOOONGGG" akhir nya berteriak juga, tapi tetap tidak ada respon. seperti membangunkan mayat
"AAAAAAAA JIIII, ADA KECOA DI WAJAH MU" tutorial membangunkan Jisung dari Ny. Park, Chenle hampir melupakan nya
"AISH KECOA BRENGSEK" grasak Jisung berlari ke belakang tubuh Chenle, yang jelas jelas lebih kecil dari tubuh nya "kenapa kau diam? bunuh kecoa itu Chenle-yya" heol sekarang menyuruh Chenle juga?!
"ya sudah ku bunuh, bahkan bisa di bilang kau yang membunuh nya" Jisung mengangkat sebelah alis nya "tidak merasa aneh dengan tenggorokan mu?" menggeleng sebagai jawaban
"kau tidur dengan keadaan mulut terbuka, jadi kecoa itu masuk ke dalam mulut mu. bisa jadi kecoa itu terjebak di dalam perut mu sekarang" berlari ke kamar mandi, memaksa untuk memuntahkan isi perut nya
"percuma kau memuntahkan nya Park Jisung, aku hanya sedikit bermain. lebih baik kau mandi sekarang, lalu turun untuk sarapan" suruh Chenle melangkahkan kaki nya keluar kamar
"jangan coba coba untuk tidur kembali, atau sarapan mu hari ini benar benar kecoa" melirik sekilas Park Jisung yang tampak kembali ke kasur dengan wajah masam nya, lalu melanjutkan langkah nya yang sempat tertunda
"tampak awal saja malu malu kucing, asli nya seperti maung" dumal Jisung "AKU MENDENGAR NYA PARK, AKU MASIH DI TANGGA ASAL KAU TAU" bergedik ngeri saat Chenle berteriak
'itu kuping nya yang terlalu bersih atau omelan ku yang terlalu nyaring?' sahut Jisung dalam hati nya
"OMELAN MU YANG TERLALU NYARING PARK JISUNG, CEPAT MANDI" teriak Chenle dari dapur, oke Park Jisung segera berlari ke kamar mandi. berusaha membuang segala pikiran konyol nya
'cenayang' batin nya
"dasar sialan, aku bukan cenayang" dumal Chenle sambil mempersiapkan sarapan pagi ini
"suapkan" pinta Jisung seenak jidat "Tuhan memberikan tangan untuk digunakan Jisung, kau bisa menyuap nya sendiri" mempoutkan bibir nya
"pusing" duduk tepat di sebelah Jisung, lalu mengusap poni panjang itu ke atas yang menutupi wajah tampan Jisung "buka mulut mu, setelah ini minum obat lalu istirahat" menyuapkan sarapan pagi itu dengan telaten hingga habis
"istirahat Ji, kenapa kau malah bermain game?" sabar Zho- Park Chenle sabar "pusing nya sudah hilang" menghela nafas pelan "tapi tadi kau pusing Jisung, biarpun pusing nya sudah hilang kau tetap harus istirahat"
"tadi hanya alasan supaya kau mau menyuapi ku" Park Chenle sedang berlatih kesabaran "baiklah, jika pusing nya kembali datang jangan merengek kepada ku" sarkas Chenle lalu meninggalkan Jisung yang masih sibuk dengan game nya
"lihat saja, akan ku sita ps ps nya itu" dumal Chenle sambil membersihkan rumah mewah nya
•
•
•
•
•saat ingin mengepel lantai rumah nya, Jisung dengan lemas, wajah pucat. menghampiri Chenle
"Chenle.." menarik ujung kaos yang Chenle kenakan "Chenle.. pusing.." sekarang mulai mendusal dusal seperti kucing
"minggir Park, aku masih mengepel" menjauhkan tubuh nya dari tubuh hangat Jisung, benar benar akan sakit seperti nya "Chenle pusing.." sudah di duga akan merengek
"main ps saja sana, pusing nya akan hilang nanti" sindir Chenle "maaf" merengek, mendusal, menarik narik kaos, sekarang mencicit
"kau itu kelelahan Jisung, kau pulang jam 11 malam kalau kau lupa. maka nya aku melarangmu bermain game, supaya kau bisa istirahat. tapi kau bilang itu hanya alasan, lihat. sekarang apa? semakin pusing kan" aura seorang ibu terlihat sekarang, tapi memang benar. dari hari pernikahan mereka berapa hari yang lalu, keesokan nya Jisung langsung bekerja hingga larut malam. dan yang terakhir semalam, ia pulang pukul 11 malam. siapa yang tidak khawatir dengan kondisi tubuh nya? ia terlalu banyak membuang energi
"kemari" menarik tubuh yang sebelum nya hangat kini menjadi lebih panas itu ke dalam pelukan nya "kau demam, seperti nya akan flu juga. ayo ke kamar" ajak Chenle sambil menuntun Jisung ke kamar
"sekarang tidur" titah Chenle "mau kemana?" tanya Jisung saat melihat Chenle ingin keluar kamar "mencari suami baru" berlari untuk menarik tangan Chenle agar masuk kembali ke dalam kamar
terlonjak kaget saat tiba tiba saja tubuh nya di tarik "aku bercanda Park Jisung, ya Tuhan. aku hanya ingin lanjut membersihkan rumah" Jisung menggeleng
"nanti saja" pinta nya, lalu menuntun Chenle agar berbaring di samping nya "oke oke, sekarang tidur" mengusap rambut Jisung agar lebih mudah untuk tertidur
'apa kau tetap seperti ini saat kekasih mu nanti kembali Ji?' sahut Chenle dalam hati, tiba tiba saja pikiran nya berkecamuk memikirkan hal hal negative
"Chenle hks-" Chenle terlonjak saat mendengar isakan pelan itu, lalu menghampiri seseorang yang tengah terisak dengan wajah bantal nya
"kenapa kau menangis?" tanya Chenle saat melihat Jisung yang terlihat berantakan dengan wajah bantal nya, rambut yang acak acakan. hidung serta pipi yang memerah, bibir pucat. dan mata nya yang berair
"jangan di usap seperti itu Jisung" tahan Chenle saat Jisung mengusap mata nya terlalu dalam "kau meninggalkan ku" Chenle lupa, Jisung tidak bisa di tinggal tidur sendiri saat sakit
"astaga maaf, aku melupakan nya. aku hanya ingin melanjutkan tugas ku tadi, tanggung sekali tinggal mengepel lalu mencuci baju" jelas Chenle
"masih mengantuk?" Jisung mengangguk "hm sudah siang, kau harus makan lalu minum obat lagi. setelah itu aku akan melap tubuh mu supaya lebih nyaman, lalu kau bisa tidur sepuasnya"
"sup ayam" gumam Jisung "mau sup ayam?dengan bubur juga mau?" Jisung mengangguk semangat "tunggu di kamar, aku akan membuatkan itu"
•
•
•
•
•"jjah, buka mulut mu" menuruti perintah Chenle, lalu mulai menghabiskan makanan itu dengan perlahan "nah sekarang minum obat mu Park Jisung, supaya kau menjadi Park Jisung yang dewasa. bukan seperti bayi seperti ini" tutur Chenle
meminum obat nya, lalu bersuara "tidak mau, mau seperti ini saja" mendapatkan tatapan bingung dari lawan bicara "aku suka seperti ini, di perhatikan" jujur nya
"aku bisa memperhatikan mu dengan keadaan sehat Jisung, jika dengan keadaan sakit seperti ini kau sendiri yang tersiksa" mendapat gelengan pelan dari Jisung
"kau tahu? kekasih ku saja tidak pernah memperlakukan ku seperti ini, ah lebih tepat nya tidak tau menahu soal sifat asli ku" jelas nya
paham dengan ekspresi yang di berikan Chenle, ia melanjutkan "ia terlalu fokus dengan tugas nya, tapi entah mengapa aku malah mencintai diri nya. terbilang aneh memang, aku sendiri pun bingung. lalu dengan brengsek nya aku malah menyayangi sekaligus mencintai mu juga Park Chenle" hening . . .
TBC