Sicheng hanya bisa mematung selama di awal dan di akhir cerita. Ia tidak menyangka jika dirinya bertemu dengan pelaku dari berita yang pernah viral beberapa tahun lalu. Saat itu ia masih sangat kecil dan tidak memperdulikan yang namanya 'berita'.
Namun bagi kalangan dewasa termasuk orangtuanya, berita itu terdengar ngeri di telinga mereka. Namun lebih ngeri lagi bagi Sicheng, karena ia mendengarnya langsung dari si pelaku! Membuatnya dilanda dua perasaan sekaligus; takut dan iba.
Yuta mengalami banyak sekali hal pahit semasa kecilnya. Mungkin jika Sicheng menjadi pria itu, ia tidak akan kuat dan memilih untuk home schooling. Terlebih jika orangtuanya dibunuh, ia memilih bunuh diri daripada membalasnya.
"Apa.. Apa kau tidak pernah mengunjungi rumahmu? Setidaknya sekali atau dua kali?" Sicheng mencoba untuk membiasakan diri saat berbicara dengan Yuta, walaupun suaranya masih bergetar karena takut.
"Pernah—lima tahun setelah aku membunuh mereka. Kasusnya telah ditutup, namun poster tentang diriku masih dipajang di beberapa tempat. Dan pubertas, membuat mereka tidak mengenalku." Setelah itu Yuta meninggalkan Sicheng sebentar, dan tak lama ia kembali dengan membawa sebuah poster. Ia menyerahkan poster itu pada Sicheng.
Lucu, itu satu kata yang Sicheng nilai setelah melihat poster yang berisi foto Yuta kecil didalamnya, lalu setelahnya ia melirik Yuta. Perbedaannya sangat jauh. Yuta yang ini terlihat sangat menyeramkan dengan pipi tirus dan sorot matanya yang tajam.
Ia tidak menyangka jika bocah selucu Yuta pernah membunuh satu keluarga di tengah malam—menggunakan gunting pula.
"Kenapa kau memilih membunuh mereka? Wanita itu bisa saja dijatuhi hukuman mati daripada mendekam di penjara." Ucap Sicheng seraya menurunkan poster dari pandangannya.
"Karena aku ingin. Aku tidak puas jika polisi yang menghukumnya. Membalas orang yang membunuh ibumu dengan cara yang lebih kejam, itu adalah sebuah kepuasan tersendiri." Balas Yuta. Ia menyeringai setelah berucap seperti itu, sama sekali ia tidak terlihat bersalah.
Wajah Sicheng berubah sendu. "Apa kau tidak menyesal setelah melakukan hal seperti itu?"
Masih mempertahankan seringainya, Yuta pun menjawab, "tidak."
Sicheng ingin tertawa—tertawa hambar. Benar-benar karakteristik seorang psikopat pikirnya. Dan oh! Ia teringat dengan sesuatu. Bagaimana dengan 10 buah nisan yang ia lihat sebelumnya? Sial, hal ini sukses membuat Sicheng ketakutan lagi.
"L-lalu.. Apa nantinya kau akan memakanku juga?" Tanya Sicheng dengan suara bergetar. Ia meringis ketika wajah Yuta tiba-tiba berubah datar.
"Apa maksudmu?" Tanya Yuta balik, ia mengernyit heran.
"Jangan pura-pura tidak tau! Kau juga kanibal kan?! Buktinya ada 10 buah nisan di halaman belakang!" Sungguh, Sicheng ingin menangis. Ia benci mengapa di setiap ketakutan seperti ini kedua kakinya terasa lemas untuk digerakkan.
Wajah Yuta berubah sendu. Entah mengapa wajahnya terlihat sangat menyesal. "Aku bukan kanibal. Yang ada dibalik nisan nisan itu adalah teman-temanku—hewan. Aku tak sengaja membunuhnya saat aku kelaparan berat. Kejadian itu selalu berulang hingga akhirnya muncul 10 buah nisan itu."
Namun tetap saja Sicheng tidak percaya. "Jangan bohong." Ucapnya tegas. Ia menatap Yuta nyalang, namun dalam hati ia masih dilanda rasa takut.
Yuta memalingkan wajahnya dan tertawa kecil, setelahnya ia kembali menatap Sicheng. "Aku masih waras. Aku tidak berniat membunuh orang yang tidak ada urusannya dengan hidupku. Tentang semua hewan yang aku bunuh, itu semua hasil curianku. Untuk hidup seorang diri sepertiku, mencuri adalah hal yang sangat diharuskan."
"Kenapa kau tidak mencoba bekerja?" Tanya Sicheng lagi.
"Malas. Aku malas menjadi sukses. Aku takut orang-orang di sekelilingku iri karena kesuksesanku. Dan tanpa mommy dan daddy ku, aku tidak akan sekuat dulu jika mendapat hinaan lagi." Suara Yuta terdengar lirih diakhir ucapannya. Ia berusaha menghapus airmatanya, walaupun gagal karena cairan bening itu tetap saja membasahi pipinya.
Melihat Yuta menangis membuat Sicheng tak tega. Ia memapah Yuta menuju sofa dan mengajaknya duduk. Seraya mengusap punggung Yuta, ia kembali mengingat masa kecil pria itu. Mendapat hinaan—serta kehilangan kasih sayang membuat Yuta masih bertingkah seperti anak kecil di usianya yang sudah beranjak dewasa.
"Menangislah, tak apa. Luapkan semua kesedihanmu." Ucap Sicheng lembut pada Yuta yang sesenggukan. Namun tak lama ia terkejut karena tiba-tiba saja Yuta memeluk dan menyembunyikan wajah di lehernya.
Beruntung tidak ada cairan menjijikkan yang menempel di bajunya, jadi Sicheng bisa leluasa menenangkan Yuta. Tangannya kini beralih untuk mengusap rambut hitam Yuta selama beberapa saat, hingga akhirnya ia tersenyum tipis ketika tangis Yuta terhenti.
"Eh?" Sicheng mengernyit, mulutnya setengah terbuka ketika hendak melepas pelukan Yuta. Pria itu tertidur!
Hal ini membuat Sicheng menghela nafas. "Yuta.." Panggilnya seraya menggoyangkan pelan tubuh Yuta.
"Mmh.." Alis Yuta mengerut. Ia baru saja melenguh dengan bibir yang dimajukan. Daripada bangun, ia justru mengeratkan pelukannya di tubuh Sicheng.
Sedangkan Sicheng hanya bisa pasrah, ia kembali mendekap Yuta menggunakan tangannya, lalu menepuk pelan punggung pria itu seperti seorang ibu yang sedang menidurkan anaknya.
Entah sampai kapan ia berada di posisi seperti ini, namun Sicheng bisa menebak punggungnya terasa pegal setelah Yuta bangun nanti.
.
.
.
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/275802364-288-k171276.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakababy •yuwin•
FanficKarena hasutan para sahabatnya, Sicheng mengalami nasib buruk yang nanti akan mempertemukannya dengan seorang pria yang sifatnya masih seperti bayi. BXB CONTENT Don't like it? Then don't read it! Start : 02/07/2021 Finish : 08/08/2021