CHAPTER 13

538 80 6
                                    

Kedua mata Sicheng menunjukkan adanya pergerakan, setelah itu ia membukanya secara perlahan—dan terkejut karena menemukan dirinya berada di sebuah basement. Jelas ia ketakutan, basement ini sangat kotor dan gelap.

Ingin sekali Sicheng kabur, namun kedua kakinya masih terasa sakit. Akhirnya ia hanya bisa bangun secara perlahan dan duduk dengan posisi meluruskan kedua kakinya.

Ceklek

Walaupun pintu terbuka sedikit, namun cahaya yang masuk berhasil menerangi basement. Sudah berdiri Yuta diambang pintu, ia menatap Sicheng datar dengan tangan yang membawa piring berisi makanan.

Kali ini Sicheng tidak takut, ia membalas tatapan Yuta dengan tatapan nyalang ketika pria itu mendekatinya. Ia marah. Apalagi yang Yuta inginkan darinya? Meminta agar ia tinggal selamanya di tempat seperti ini? Jelas Sicheng tidak mau. Itu lebih buruk daripada mati.

"Ini, aku membawakanmu—"

Brak

Tanpa rasa takut Sicheng melempar piring yang Yuta sodorkan padanya, membuat isinya berceceran di lantai yang berdebu. Sungguh, ia tidak bisa lagi menahan emosinya. Ia masih menatap Yuta nyalang dengan nafas yang memburu.

"KENAPA KAU MELAKUKAN INI HAH?! KENAPA KAU MELARANGKU PULANG DAN MEMBAWAKU KEMBALI KE RUMAHMU YANG TIDAK LAYAK HUNI INI?!" Bentak Sicheng dengan suara bergetar. Pandangannya mulai kabur karena airmata yang siap membasahi pipinya.

Sedangkan Yuta hanya bisa mematung. Ia menatap objek kosong. Sama sekali ia tidak marah atau bahkan berniat melakukan kekerasan setelah Sicheng membentaknya tadi.

"KENAPA KAU TIDAK MEMBUNUHKU SAJA?! KAU PIKIR AKU MAU TINGGAL BERSAMAMU DI TEMPAT SEPERTI INI?!" Wajah Sicheng sudah merah. Tenaganya untuk marah sudah habis. Pada akhirnya ia hanya bisa terisak dan memalingkan wajahnya, ia tidak mau menatap Yuta untuk beberapa saat.

Merasa Sicheng sudah selesai, akhirnya Yuta kembali menatap Sicheng dengan mata yang berkaca-kaca. "Maaf.." ucapnya lirih.

Karena Sicheng tak kunjung menatapnya, Yuta mencoba untuk memeluk Sicheng. Tapi sayangnya pria cantik itu menepis tangannya dengan kasar, membuat Yuta tersenyum getir dan beralih menyentuh lengan Sicheng. Kali ini pria cantik itu diam.

"Aku terlalu takut." Suara Yuta masih terdengar lirih. Ia memberanikan diri untuk mengusap lengan Sicheng. "Walaupun kau tidak akan melaporkanku ke polisi, tapi tetap saja waktu yang akan membongkar semua perbuatanku. Aku tidak mau dihukum mati. Aku tidak mau berpisah denganmu. Maka dari itu aku melarangmu pergi. Aku ingin kau menemaniku—selamanya, sebagai seorang istri. Aku.. Aku mencintaimu Sicheng."

Wajah Sicheng melunak mendengar kalimat terakhir, namun ia enggan menatap Yuta. Ia masih marah. Dan jujur saja, ia tidak terlalu mencintai Yuta. Tujuannya mengajak Yuta pulang bersama hanyalah bentuk dari rasa ibanya saja.

"Sicheng.." Yuta sedikit mengeratkan genggamannya di lengan Sicheng. Pria cantik itu belum mau menatapnya juga. Akhirnya ia memutuskan melembutkan genggamannya lagi dan beralih memeluk Sicheng.

"Tolong jangan marah, aku minta maaf. Aku ingin keadaan kembali normal. Aku tidak mau kau mendiamiku—"

Pada akhirnya Sicheng menatap Yuta. Ia masih menatap pria itu nyalang. "Setelah apa yang kau perbuat padaku kemarin, kau ingin keadaan kembali normal? Coba saja kalau bisa." Ucapnya. Lalu kembali memalingkan wajahnya.

Yuta merengek pelan, lalu meletakkan dagunya di bahu Sicheng. "Sicheng.. Aku minta maaf ya? Tolong jangan marah. Kau ingin apa? Akan aku kabulkan agar kau tidak marah lagi."

Mendengar rengekan Yuta membuat Sicheng menghela nafas. "Aku ingin ke kamar." Pintanya ketus. Sungguh, ia tidak tahan berada di tempat seperti ini. Gelap dan kotor.

"Baiklah. Aku gendong ya?" Tawar Yuta dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

Sicheng mendengus. "Terserah." Jawabnya sebelum akhirnya berada didalam gendongan Yuta.

---

Sesuai dengan permintaan Sicheng, Yuta telah membawa pria cantik itu ke kamar. Tak hanya itu, ia juga membawakan makanan baru untuk Sicheng, sekaligus sebotol minyak tradisional. Guna memijat kedua kaki Sicheng.

"Kau masih marah ya?" Tanya Yuta saat mendekati Sicheng yang tengah bersandar di headboard, lalu menyodorkan piring berisi makanan pada pria cantik itu.

Namun Sicheng tidak menjawab. Ia hanya menatap Yuta sekilas saat mengambil piring yang Yuta berikan, lalu memakan isinya dengan rakus. Sungguh, ia menyesal karena membuang makanan sebelumnya.

Mendapat perlakuan dingin dari Sicheng tidak membuat Yuta menyerah. Ia beralih membuka tutup minyak tradisional yang dibawanya tadi dan membalurkan isinya ke telapak tangan. Dengan hati-hati ia meletakkan kaki kiri Sicheng di pahanya dan memijatnya secara perlahan.

"Enak tidak? Atau pijatanku terlalu kencang?" Yuta menoleh kearah Sicheng yang juga menoleh kearahnya.

Sicheng menghentikkan kegiatan mengunyahnya dan menggeleng. "Pijatanmu enak. Tolong teruskan ya."

Namun Yuta justru menundukkan kepalanya. Wajahnya berubah sendu. Ia hanya mengusap kaki Sicheng yang membuat empunya mengernyit heran.

"Kau kenapa?" Tanya Sicheng seraya meletakkan piring di meja disampingnya.

Yuta menghela nafas panjang. Ia menatap Sicheng dengan berkaca-kaca. Sungguh, tenggorokannya terasa sangat berat sekarang. "Maafkan aku. Maaf—karena aku tidak akan pernah mengizinkanmu pulang. Kau harus tetap disini—bersamaku. Aku akan melakukan apapun demi membuat rumah ini menjadi layak huni. Aku akan melakukan apapun untukmu, asal jangan memintaku untuk ikut pulang bersamamu. Aku takut."

Hal ini membuat Sicheng reflek menjauhkan kaki kirinya dari Yuta. Ia marah, namun ia berusaha untuk mengontrol emosinya. Yuta seperti ini karena pria itu takut perbuatannya di masa lalu terbongkar dan berakhir mendapat hukuman mati.

"Sicheng.. Maaf—"

Tok tok tok

Ekspresi Yuta berubah saat ketukan pintu terdengar dari luar rumah. Cepat-cepat ia menghapus airmatanya dan keluar kamar. Dengan sorot mata yang tajam ia menuju kearah sumber suara. Tanpa rasa takut sedikitpun.

Ceklek

"Tuan Nakamoto Yuta.."

Kedua tangan Yuta mengepal erat, ia menggeram. Didepan rumahnya telah berdiri beberapa pria berseragam kepolisian—lengkap dengan senjata api yang mereka bawa.

.

.

.

TBC

Nakababy •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang