CHAPTER 1O

539 85 14
                                    

Pagi buta, Sicheng baru saja selesai mandi, dan dengan tubuh half naked ia kembali memasuki kamar. Hanya ada handuk yang menyelimuti bahu hingga punggungnya, jelas itu tidak cukup membuatnya merasa hangat.

Melawan rasa dingin, Sicheng pun melepas handuknya. Ia berkaca didepan sebuah cermin gantung yang hanya tinggal setengah—pecah, lalu dengan ragu menyentuh luka jahitan di bahunya. Ia meringis. Bukan karena sakit, hanya saja ia ngeri mengingat bagaimana ia bisa mendapat luka ini.

Beruntung ia bertemu Yuta. Walaupun kesan pertamanya buruk pada Yuta, namun akhirnya Sicheng tau kalau sebenarnya Yuta adalah orang baik. Pria itu sangat sayang dan perhatian padanya.

Namun bukan berarti Sicheng ingin tinggal selamanya bersama Yuta. Ia merindukan keluarga dan sahabatnya—sangat. Maka dari itu setelah memakai baju, Sicheng keluar kamar dan menuju ruang tamu.

Terlihat Yuta sedang membuka satu persatu bungkus kinder joy dari hasil mencurinya kemarin. Wajahnya sangat girang ketika mengeluarkan mainan dari bungkus tersebut, namun berubah masam ketika mencicipi isinya.

"Kenapa Yuta?" Tanya Sicheng disela tawanya, lalu mendekati Yuta dan duduk disamping pria itu.

Yuta mendengus. Ia mengerucutkan bibirnya ke bawah dan menjauhkan kinder joy dari jangkauannya. "Rasanya tidak cocok di lidahku, buat kau saja." Ia menyodorkan salah satu kinder joy ke Sicheng.

Dengan senyuman di wajahnya, Sicheng pun mengambilnya. "Sungguh kau tidak suka? Lalu apa yang kau suka?"

"Kau!" Jawab Yuta semangat dengan senyuman lebar.

Seketika senyuman Sicheng luntur. Untuk sejenak ia tidak bisa berkata-kata dan hanya menundukkan kepalanya. Ia malu. Ini pertama kalinya ia termakan rayuan  seseorang, karena biasanya ia selalu pura-pura tuli dan pergi ketika ada orang yang ingin merayunya.

"Apa alasannya karena aku mirip dengan mommy mu? Maka dari itu kau suka padaku?" Tanya Sicheng pelan. Pipinya terasa panas saat kembali menatap Yuta.

Yuta mengangguk mantap. "Aku ingin terus melindungimu. Aku tidak ingin kau pergi. Dan aku ingin kau menemaniku terus sampai akhir hayatku."

Mendadak wajah Sicheng berubah sendu, lalu memalingkan wajahnya sejenak. Ucapan Yuta tadi membuatnya semakin rindu keluarga dan sahabatnya, tapi ia ragu untuk mengatakannya. Sicheng takut Yuta marah dan tidak memperbolehkannya pulang.

"Kau kenapa?" Tanya Yuta seraya menyentuh paha Sicheng. Membuat empunya terkejut dan menoleh.

"Yuta.." Sicheng menjeda ucapannya sejenak. Ia menatap Yuta gugup. Bahkan ia mulai menggoyangkan kedua kakinya guna menghilangkan rasa gugupnya. "Bolehkah aku meminta sesuatu?"

Yuta mengernyit. "Um.. Ya. Katakan."

"Aku ingin pulang.." Suara Sicheng terdengar lirih. Ia menatap Yuta dengan wajah memelas, berharap pria itu mengabulkan permintaannya.

"Tidak boleh." Yuta bahkan tidak perlu berpikir panjang untuk menjawab. Wajahnya terlihat datar, sama datarnya dengan cara ia menjawab tadi.

Sicheng menghela nafas, ia mencoba untuk tidak hilang harapan. Mungkin saja jika ia memberitau Yuta pelan-pelan, pria itu akan mengizinkannya pulang. Dan tentu Sicheng akan mengajak Yuta pulang bersamanya. Ia ingin Yuta bertemu keluarganya dan mendapat kehidupan yang lebih baik.

"Tapi Yuta—"

Ucapan Sicheng terputus karena Yuta meninggalkan ruang tamu, menyisakan dirinya dengan wajah sendu. 'sepertinya tidak sekarang, mungkin besok aku bisa membahas ini lagi' pikirnya.

Nakababy •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang