2O - Dilema Tristan.

1.5K 386 31
                                    










Sudah dua harian, Tristan sibuk mikirin Rissa melulu. seharusnya, ia sibuk belajar untuk persiapan UN beberapa hari lagi. tapi, otaknya sama sekali tidak bisa diajak kompromi.

Tristan duduk di perpustakaan seorang diri, sambil tangannya memainkan lembaran buku. "Takut, ngga bisa bahagian Rissa..." itulah, perkataan yang keluar dari mulutnya.

Kata-kata yang selalu muncul di benaknya, selama dua hari ini.

Tristan merasa, dirinya belum pantas mengajak Rissa berkencan. karna beberapa hal, salah satunya dia takut tidak bisa membahagiakan Rissa nanti.

Yuda nongol tiba-tiba, "Ngajak orang pacaran, kek ngajak nikah aja. ribet lu!"

"Kalo lu sayang dia, cinta sama dia, menurut gua itu udah lebih dari cukup buat Rissa bahagia. setidaknya, lo berusaha, jangan nyerah duluan!"

Pengen rasanya maki-maki Tristan, karna ketololan temannya ini. tapi takut gak ditraktir lagi, kan bahaya.

Tristan menghembus nafas pelan, "Tapi, gue belum kenal sisi dalamnya..."

Yuda menoyor kepala Tristan, "Ogeb! jadi, selama pdkt'an lu berdua ngomongin apa aja? dia kaga pernah curhat apa-apa gitu?" tanya nya heran.

Berdasarkan pengalaman Yuda sendiri, dia kalau pdkt'an sama cewek pasti bakalan mendorong ceweknya untuk curhat apa aja ke dia, gak perlu sungkan atau malu dia pasti bantu.

Oh lupa, Tristan ini gengsian anaknya.

Tristan menggeleng kepala, "I don't know, but...gua pernah denger mamahnya ngelarang Rissa buat ngerokok?!" ya, itu waktu pas dia jemput Rissa di hari ulang tahunnya.

"Kapan?"

"Kemaren, waktu gua ultah."

Yuda menepuk pundak teman yang paling ia sayangi itu, "Ok, kenali Rissa lebih dalam dulu, baru ajak dia pacaran. kalo terburu-buru gini, kesannya lu cuman penasaran..."

Meskipun otak Yuda dibawah rata-rata, dari otak manusia lainnya. tapi, kalau masalah percintaan dia layak berada di tingkat paling atas.

"Makasih Yud, ntar pulang gua traktir."

Yuda tersenyum bangga, kalau bisa tiap hari deh Tristan galauin Rissa biar dia bisa ngasih saran. terus dapat upah, di traktir makan sama Tristan.

Dikelasnya, wajah Rissa nampak berseri-seri dua kali lipat dari biasanya. Meline mengira kotak bekal, adalah alasannya. "Dari siapa?" tanyanya.

"Kak Joseph." dua kata, yang mampu membuat Melly tersedak dan Jesicka yang melotot. "Jadi, lo beneran deket sama Joseph?" Rissa mengangguk.

"ANJING, CURANG BANGET LEWAT ORANG DALAM!!! APA APAAN!!" Melly berseru tak terima, sampai menggebrak meja belajar Meline.

Meline menghela nafas, "Gebrak aja terus, sampai bolong..." ujarnya pasrah.

"Emang, Joseph tuh keluarga lo atau temennya keluarga lo, bisa deket gitu?"

"Hmmm, dia kakaknya temen gue..."

Hampir saja ia menyembutkan nama Tristan, untung langsung ingat kalau Tristan gak mau orang-orang tau hubungan antara dia dan Joseph.

"Cihhh, pantesan."

"Sorry Melly sayang, gue gak bisa kasih nomornya. privasi dia, soalnya."

XCT sudah lama mereka berempat idolakan, nonton konsernya mereka gak pernah absen. sampai grub itu Hiatus lama, menunggu kembalinya Joseph dari geruji besi. hingga sekarang, tidak ada kabar selanjutnya.

Dan Joseph, adalah bias mereka.

"Mungkin nanti, gue bisa ajak dia buat makan malam bareng kita?"

"Boleh tuh, biar Melly gak ngambek."

Siapa yang tak senang, diberi kotak bekal oleh Idolnya sendiri. Rissa seperti mimpi, tak menyangka bisa mengenal Tristan yang ada hubungan saudara dengan idolnya sendiri.

"Kak, bisa jalan nanti malam?"

.

Malamnya, Rissa lagi pengen jalan-jalan sendirian ke mall. butuh hiburan, sebelum stres menghadapi UN nanti. lagi ngantri beli minuman, dia gak sengaja liat dua orang cowo lagi jalan bareng, mukanya gak asing.

"Ck, si homo ngapain jalan sama Tristan?" gumamnya, yang bikin pelanggan dia belakangnya terkaget.

Dia memutuskan untuk mengikuti mereka berdua, kepo merajalela.

Tristan terlihat santai, berbeda dengan Jeffri yang seperti gugup. "Jeffri kek nahan berak aja." Rissa berlindung di belakang patung, saat Jeffri menoleh ke arah belakang.

Perlahan, Jeffri mencoba memegang tangan Tristan. Langsung ditepis oleh Tristan, yang merasakan geli. "Ngapain lu? megang tangan gua." ujarnya.

"Maaf Bang, gak sengaja, maaf..."

"Gua kaget, sorry."

Keduanya berhenti di restoran cepat saji, duduk di meja pojok kanan. sementara Rissa, langsung saja datang menghampiri keduanya. "Omg, hai..."

Sesuai dengan permintaan tolong dari Melvin, dia harus menjadi pagar penghalang Jeffri untuk mendekati Tristan. terlihat sangat jelas, wajah Jeffri berubah menjadi masam.

"Oh, hallo Rissa. ada disini juga?" tanya Jeffri, berusaha biasa saja.

Tristan yang melihat interaksi keduanya, refleks memegang tangan Rissa. lagi cemburu diam-diam. "Ngapain?" tanya Tristan.

"Gak sengaja ngeliat kamu, yaudah aku samperin. kenapa? ga boleh?"

Jantung Tristan gak aman nih, di panggil kamu sama Rissa. pengen terbang ke sumur aja rasanya.

Sekali-kali manggil Tristan pake kamu, gemes juga ya. Rissa jadi salting, padahal dia yang manggil. Jeffri merasakan hawa yang sangat panas.

"Ris, gimana jepitan rambut yang gua kasih kemaren, bagus gak?"

Jeffri mengalihkan suasana, dengan memancing cemburu Tristan. "Oh, bagus kok makasih ya, Jeff."

Tristan yang mendengar itu pun panas, tapi ia masih tetap rileks. rencananya, sepulang dari makan dia mau beli sesuatu yang lebih dari apa yang diberikan Jeffri untuk Rissa.


Mari kita buat Jeffri bertobat.

[AU] Dear Tristan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang