16 - Response

1.5K 394 14
                                    









“Melvin,”

“Jef, ndak usah temenan sama aku lagi yo. kamu cari temen lain aja.”

Jeffri masih berlutut pada Melvin, sebab teman sebangkunya itu berusaha menjauh darinya semenjak pengakuan mengejutkan kemarin.

Wajah Jeffri terlihat sangat memelas, sampai menarik perhatian Rissa yang tak sengaja melihat mereka berdua sehabis dari perpustakaan. “Jeff, lo kenapa?” tanya Rissa.

Melvin membuka mulutnya, seakan hendak mengatakan sesuatu pada Rissa. dengan cepat, Jeffri langsung membungkam mulut Melvin dengan tangannya. Jeffri tersenyum.

“Gak kenapa-kenapa kok, Ris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Gak kenapa-kenapa kok, Ris...”

Setelah itu, Jeffri langsung menarik tangan Melvin pergi dari sana. Rissa semakin terheran-heran. dan ia pun, membalikkan badan menuju kelasnya.

Sementara Tristan, sibuk dengan urusannya. kebetulan, hari ini dia lepas jabatan dari Ketua OSIS menjadi murid biasa. alasannya, karna dia ingin fokus pada basket saja.

Lagipula, beberapa bulan lagi dia lulus.

“Mau fokus basket, atau mau fokus pdkt?” ejek Yuda, yang entah datang dari mana langsung merangkul pundak Tristan, membuat sang empu berdecak.

“Fokus ngejar masa depan.”

“Masa depan lu kan si Rissa.”

“Dih, ogah.”

“Jangan gitu, Tan. kalo tiba-tiba Rissa, bukan jodoh lu beneran gimana?”

“Ya, bagus dong.”

Yuda menghentakkan kakinya kesal, sementara Tristan menatap Yuda polos. memangnya, Yuda siapa yang bisa tau Rissa jodohnya atau bukan.

“Gue amin'in ya?...Ya Tuhan, semoga Tristan dan Rissa tidak berjodoh.”

“Gak Amin.”

Sebenarnya, Yuda heran dengan sikap Tristan pada Rissa. terkadang, cemburu buta, perhatian, dan terkadang juga bisa bersikap tidak peduli.

Menurutnya, sebagai seseorang yang sudah hampir 6 tahun mengenal Tristan, lelaki itu adalah sosok yang labil akan perasaannya. tapi tetap saja, Yuda selalu dibuat terheran.

“Tan, sebenarnya lu suka Rissa gak si?”

“Engga lah, kenapa emang?”

“Kalo sampe lu cuman ngasih harapan palsu ke Rissa, gue resign jadi temen lu,!” ujar Yuda, dengan penuh penekanan di setiap katanya.

Yuda tidak bisa berteman dengan laki-laki, yang hobinya menyakiti perempuan. kalau sampai, hal itu terjadi pada Tristan, dia tidak akan pernah sudi lagi berteman dengannya.

“Yaudah, lu aja yang pacarin Rissa.”

“GAK GITU BEGO! LU PAHAM GAK SIH YANG GUA MAKSUD??!!!”

“Iyaa, paham...”

Daripada mengundang amarah Yuda, mending Tristan iyakan saja.

Lebih jelasnya, seperti ini.

Tristan lah yang berperan sebagai, pembuat cerita disini. sedangkan Rissa, hanya pembaca yang selalu mengikuti alur dari sang pembuat cerita tersebut.

“Tristan perhatian ke gue? ya, syukur. kalo Tristan cuman pengen temenan sama gue, yaudah.” Meline mengangguk, dia paham apa yang Rissa katakan sebagai jawabannya.

“Hih, tapi kalo Tristan php'in lo?”

“Gue move on, cari cowo lain.”

“Simple banget ya Ris, hidup lo.”

Hidup Rissa tak semudah itu, sangat sulit bahkan. maka dari itu, untuk percintaan dia tidak mau mempersulit seperti kehidupannya.

“Terus, Jeffri gimana? kalo dia suka sama lo terus dia nembak. bakal diterima atau ditolak?” tanya Jesicka.

“Gue cuman umpan buat dia.”

Melly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melly

Meline

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meline

Jesicka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jesicka

[AU] Dear Tristan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang