14 - Rissa kemana?

1.7K 441 19
                                    








Sejujurnya, Taeyong rindu pada Rissa. sedari pagi, hingga sekarang--jam makan siang. dia sama sekali, belum melihat batang hidung Rissa. biasanya, gadis itu nongkrong di kantin.

“Meline kan?” tanya Tristan, pada salah satu teman Rissa yang ia kenal.

Meline yang namanya disebut pun menoleh, “Iya kak, ada apa ya?”

“Mau tanya, harga rokok berapa ya?”

Agak tidak nyambung, Meline mengerutkan kedua alisnya. detik selanjutnya, ia baru paham apa yang dimaksud dengan ucapan Tristan.

Meline menggeleng kepala, “Dia alpa, gak ada keterangan apapun.” jawabnya. Tristan cukup kaget, ternyata Meline paham maksudnya.

“Haha, lain kali jangan gensi nanyain kabar Rissa ya kak. untung aku paham.” Tristan jadi malu kan.

“Yaudah, makasih ya.”

“Tau alamat rumahnya, kak?”

“Tau kok.”

Pulang sekolah, Tristan langsung bergegas menuju rumah Rissa. namun, sebelum mengendarai motornya satu pesan dari Rissa menghentikannya.

Seakan-akan tau, jika dirinya hendak pergi menemui Rissa dirumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seakan-akan tau, jika dirinya hendak pergi menemui Rissa dirumahnya.

Akhirnya, Tristan pulang kerumahnya dalam keadaan yang cemas, dan sedikit panik. mungkin pikirnya, Rissa lagi keluar kota atau ada acara.

Tapi, yang sebenarnya terjadi....

Sudah berapa lama Rissa berada di tepi ujung jurang, terhitung dari malam tadi hingga menjelang sore hari ini. sembari menyebat satu batang rokok--kesekian.

“Rokok membunuhmu, halah anjing! mana? kenapa gue belum mati juga.”

Rissa ingin marah, meluapkan segala kekesalannya pada semua masalah yang datang padanya. tapi, dia tidak bisa dia terlalu lemah untuk marah.

“Enaknya ngapain lagi ya, biar gue mati?” ujarnya bermonolog.

Dering ponselnya terus berbunyi, notifikasi chatt dari teman-temannya memenuhi layar ponselnya. Rissa hanya menghiraukan.

Hari ini Rissa kembali putus asa, dimana kemarin malam sesuatu yang ia benci kambuh, membuatnya susah bangkit dari ranjang tidur.

Bahkan, berkali-kali menahan teriakan agar tak terdengar oleh siapapun. akhirnya, dimana ia tak kuat lagi dan meminta pertolongan ibunya untuk menghubungi dokter.

Dan inilah jawaban ibunya.

“Itu karna kamu kebanyakan makan mie, jarang olahraga, udah ga usah lebay. minum teh hangat juga sembuh.”

Nyatanya? 15 kali Rissa minum teh hangat, hasilnya sama saja malah lebih sakit. Dada sebelah kirinya perih, terus berdenyut-denyut.

Apa hubungannya? jelas tidak ada, karna ibunya hanya mengarang. alasannya, karna tidak mau peduli.

MAMAH HEBAT YA! PEDULI SAMA ORANG LAIN, BAHKAN ANAK TETANGGA DIRAWAT DARI BAYI SAMPAI SEKARANG. ANAKNYA? DITELANTARKAN, DIBIARKAN!”

Tidak. Rissa tidak membentak ibunya itu hanya sebuah ungkapan hati yang tidak akan pernah bisa ia ucapkan secara langsung didepan ibunya.

Rissa hanya ingin satu hal, yaitu kedua orang tuanya sadar bahwa kesehatan anaknya sudah diujung tanduk. dan tidak menganggap sepele.

“Adek kamu memang lemah, dia jantungnya lemah. gak kayak kamu, masih sehat-sehat aja kan? cuman nyeri, besok juga sembuh lagi.”

Kedua matanya sudah berat, berjam-jam menangis bahkan tidak tidur. kondisinya saat ini, sangat memprihatinkan.

Rissa tidak kuat berdiri, dadanya masih berdenyut hebat. dan ia pun, semakin mengisap batang rokok.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[AU] Dear Tristan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang