"Aziziiiiiii!" Chika berteriak di depan kamar Azizi.
Malam harinya Chika bergegas ke rumah Azizi untuk mengorek informasi tentang Vito. Ia benar-benar penasaran dengan lelaki yang ternyata teman sekelasnya itu.
"Apaan sih, nggak jelas banget teriak-teriak di depan kamar orang," tak mempedulikan omelan Azizi, Chika langsung masuk dan menarik tangan Azizi untuk duduk di kasur kamar Azizi. "Apaan sih Chika, lo tumbenan amat ke sini nggak bilang-bilang, untung gue nggak ada jadwal main."
"Heh, gue udah chat lo ya Jijay!"
"Ah, gue nggak ngecek hp dari pulang sekolah. Jadi, ada apa gerangan Yessica Tamara sang idola sekolah datang ke rumah sepupumu yang ganteng ini?" Chika bergidik mendengar ucapan Azizi.
"Ji kok lo ngga ngomong si punya temen ganteng. Mana senyumnya manis banget lagi,"
"Siapa? Gito maksud lo?"
"Ih, bukan bego! Itu yang duduknya di depan lo."
"Vito? Sejak kapan dia bisa senyum?" Azizi mengerutkan dahi mengingat-ingat apakah Vito pernah senyum selama mereka berteman. Sebenarnya pernah, tapi hanya kedutan di ujung bibir yang kalau orang biasa liat tidak ada bedanya dengan muka datar.
"Nah itu! Dia pacaran sama Satine, ya? Gue tadi liat di kantin kayak akrab banget gitu," tanya Chika
"Mana ada, yang ada Satine yang ngejar-ngejar Vito dari jaman kelas 11," mendengar itu wajah Chika berubah sangat sumringah. "Kenapa deh tanya-tanya Vito, suka lo? Jangan deh Vito terlalu polos, lagian dia mana mau sama cewek bar-bar kayak lo."
Chika tak menjawab pertanyaan Azizi, dia masih tersenyum lebar dengan binar yang tak pudar dari mata coklatnya. "Dih malah senyum-senyum ngga jelas," Azizi mulai menceritakan sosok Vito kepada Chika, yang justru membuat Chika semakin penasaran dengannya.
"Gue minta kontak Vito ya, Ji, plissss," Chika menatap Azizi dengan tatapan memohon. Akhirnya Azizi memberikan kontak Vito, walaupun Chika harus memberikan sogokan es krim 10 buah.
****
Sudah 1 jam Chika memandangi layar hpnya yang terpampang kontak Vito. Dia bingung sendiri bagaimana cara memulai obrolan dengan lelaki itu.
Sebelumnya, Chika tidak pernah memulai chat dengan lelaki manapun kecuali keluarganya atau karena hal penting. Chika mengabaikan berpuluh-puluh pesan dari para lelaki yang coba mendekatinya demi berfikir memulai obrolan dengan Vito.
Yessicatmr
Alvito?
10 menit Chika menunggu balasan dari sebrang, hingga akhirnya muncul balasan dari Vito.
Vito
Alvito?
?
Ini gue Chika, yessica tamara, temen sekelas lo.
pasti udah tau, kan?
Hn?
Save no gue yaaaa, sampai ketemu besok di sekolah hehe ;)
read
"Anjir, gini doang?" Chika tercengang melihat kolom chatingnya bersama Vito. Benar yang dikatakan Azizi tadi, Vito sangat cuek, ia bertekad kuat untuk meluluhkan Vito. Ia tak pernah se-semangat ini sebelumnya, Vito benar-benar membuat dirinya gila.
Di tempat lain, Vito masih memandangi hpnya, seumur-umur baru kali ini ia mendapatkan chat seperti itu dari perempuan. Satine pun tak pernah melakukan itu, ia lebih sering merecoki Vito dengan datang ke rumahnya atau meminta Boby untuk membujuk Vito agar mau menemaninya pergi.
Vito merasa, kehidupannya akan berubah sebentar lagi. Akankah kehidupan tenang yang selama ini ia jalani akan segera sirna? Entahlah, jika benar itu terjadi, ia hanya berharap agar bisa menanganinya dengan baik.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanya, ia segera membukanya. Anin berdiri membawa segelas air putih hangat yang tidak pernah absen ada di kamarnya.
"Bunda kira udah tidur, daritadi dipanggil kok ngga nyaut. Bunda taruh sini ya, jangan lupa diminum dan jangan begadang." Anin meletakkan gelas itu di nakas.
"Iya Bunda, Terima kasih." Ucap Vito menahan langkah Anin yang dibalas senyuman hangat oleh Anin.
****
Benar apa yang ia pikirkan semalam, hidupnya tak lagi sama sejak chat itu muncul. Tak cukup seorang wanita yang selama ini membuatnya kewalahan, sekarang ia harus menghadapi orang yang tak penah ia duga akan muncul di hadapannya dengan tiba-tiba.
"Hai Vito, gue Chika, yang kemarin chat lo," ucapnya dengan senyum.....hei cantik sekali senyum gadis ini, matanya tertutup ketika tersenyum, membuat Vito tersihir beberapa saat. Vito hanya memandang Chika dengan wajah datar.
"Kalau gue suka sama lo, boleh?" tak cukup dikejutkan dengan kehadirannya yang tiba-tiba, Vito kembali dikejutkan dengan pernyataan yang keluar dari bibir indah gadis ini.
Ia tak habis pikir, kenapa Chika menyukai dirinya yang biasa-biasa saja, padahal dia bintang sekolah yang fansnya ada di mana-mana.
Sebenarnya Vito mempunyai wajah yang sangat tampan, jika dijajarkan dengan mantan-mantan Yessica Tamara, ia masih bisa berdiri sejajar dengan mereka. Namun, kenapa Chika harus memilih dirinya yang minim ekspresi dan dingin ini daripada para lelaki yang mengejarnya.
"Jangan suka gue," setelah mengucapkan itu, Vito berlalu meninggalkan Chika yang dikagetkan dengan penolakan itu.
Vito menolak Chika? Serius, baru kali ini Chika mendapatkan penolakan dari seorang lelaki. Biasanya, Chika akan dengan mudah mendapatkan lelaki walaupun ia tak mencintainya.
Tak menyerah sampai sana, Chika mengejar Vito yang sudah berada di depan kelas. Ia mencekal tangan Vito hingga lelaki itu berhenti dan menoleh ke arah Chika.
"Kasih tau gue alasan kenapa lo nolak gue."
"Enggak ada." Vito berusaha melepaskan cekalan tangan Chika, namun Chika menahannya.
"Oke, pokoknya gue bakal tetep suka sama lo, titik ga pake koma!" ujarnya dengan senyum miring. Matanya menatap Vito dengan lantang, yang demi apapun bakal membuat siapa saja lemah, tanpa terkecuali Vito yang langsung memutuskan pandangan dengan Chika.
"Terserah." Vito menarik tangannya dan beranjak masuk ke dalam kelas.
Vito tidak bisa hidup tenang selama seminggu ini. Yessica Tamara benar-benar mngusik hidupnya, di sekolah ataupun di rumah. Ia tak segan terang-terangan mendekati Vito. Ia tak seperti Satine yang mendekatinya dengan cara klasik, Chika memiliki cara sendiri untuk meluluhkan seorang Alvito.
Ngomong-ngomong soal Satine, ia sedang izin sekolah selama seminggu karena ada jadwal shooting. Awalnya Vito berpikir tak akan ada yang menganggunya selama seminggu ini, namun dugaannya salah.
****
Terima kasih untuk yang sudah baca dan untuk votenya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream & Chocolate
General Fiction"Kamu itu seperti es krim, dingin, tapi aku suka." - Yessica Tamara "Kalau coklat itu manis, senyum kamu berkali-kali lipat lebih manis daripada coklat favoritku" - Alvito Hema Dipraja