Sebenarnya tak banyak yang mengetahui jika Vito adalah anak seorang Boby Dipraja dan Aninditha Cahyadi. Ia meminta kepada orang tuanya agar tidak terlalu mengekspose dirinya. Hari pertama mengantar Ashel ke sekolah membuatnya kapok, ia menjadi pusat perhatian karena membonceng seorang aktris baru yang sedang diperbincangkan.
Ashel mengikuti jejak bundanya menjadi seorang artis, ia memulai debutnya menjadi pemeran pendukung pada sebuah film yang juga dibintangi oleh Satine.
Hubungan orang tua Vito dan Satine cukup dekat. Vito mengenal Satine ketika dirinya diminta ikut sang ayah dalam sebuah acara dari kolega bisnis Boby yang ternyata adalah Ayah Satine. Ayah Satine yang juga artis pernah berada dalam satu project dengan Anin.
Satine melihat kehangatan ketika Vito berbincang dengan bundanya, sejak saat itu ia menyukai Vito yang ternyata hanya bersikap lembut dan hangat kepada keluarganya.
"Abang! Besok Pak Hamdan izin, aku bareng abang ya?" Vito yang sedang asik bermain gitar menoleh ke Ashel yang tiba-tiba masuk ke kamarnya.
"Ketuk dulu, Shel."
"Iya, maaf lupa, ya bang? Pleasee," Ashel menggoyang-goyangankan lengan Vito yang menghela nafas mendengar permintaan adiknya. Sebenarnya itu permintaan mudah bagi semua orang mengingat mereka satu sekolah. Namun, tidak bagi Vito.
"Bareng ayah aja." Jawabnya singkat.
"Ayah kan tadi sore berangkat ke Bandung, pulangnya juga lusa. Cuma besok doang bang, masa iya aku naik angkot." Akhirnya Vito mengangguk pasrah mengiyakannya. Ia juga tak akan tega melihat adiknya berangkat sendirian, takut jika Ashel akan diikuti paparazzi. Tapi, sebenarnya Vito lebih takut kena omelan Anin jika membiarkan Ashel sendiri.
"Eh bang, diliat-liat abang lagi deket ya sama Kak Chika? Nih ya bang, aku lebih setuju abang sama Kak Chika daripada Kak Satine. Kak Chika baik banget sering ngasih saran sama ngajarin aku, kan ya abang tau aku masih baru di dunia entertain," Vito hanya menatapnya tanpa berniat membalas perkataan Ashel. "Sebenarnya Kak Satine juga baik sih, tapi entah kenapa nggak cocok sama abang."
"Udah malam, tidur," Ashel mencebikkan bibirnya, kemudian beranjak dari duduknya.
"Abang mah gitu, yaudah deh, besok jangan tinggalin aku."
"Hm." Vito menatap kepergian Ashel hingga pintu kamarnya kembali tertutup. Ia membuka ponselnya yang sejak tadi diabaikan. Dua nama teratas membuatnya kembali menghela nafas. Pesan dari Satine dan Chika hanya ia baca, tak berminat untuk membalasnya.
Vito meletakkan gitarnya dan merebahkan diri di kasur besar yang dominan berwarna hitam itu. Memejamkan mata berdoa agar ia diberikan kesabaran menghadapi dua perempuan yang benar-benar mengusik dirinya.
****
Wali kelas IPA 5--Bu Nadia masuk 10 menit setelah bel berbunyi. Bu Nadia menyampaikan pengumuman tentang tutor sebaya sebuah program sekolah yang wajib dilakukan oleh siswa kelas 12. Pembagian kelompoknya sudah ditentukan oleh guru, dan satu kelompok berisi 2 orang siswa. Pembagian berdasarkan nilai pelajaran tertentu dan rapat para guru.
Bu Nadia membacakan siapa saja yang nantinya akan saling membantu belajar dalam satu tahun ke depan. Di mulai dari Zahran yang satu kelompok dengan Fiony, Gito dengan Helisma dan seterusnya.
"Alvito Hema Dipraja kamu akan satu kelompok dengan Yessica Tamara."
Tuhan apa lagi ini? Mengapa seakan semesta ini mendukung Vito bersama Chika, haruskah Vito bersyukur? Entahlah, dia tidak tahu.
Seakan paham ada yang memperhatikannya sejak tadi, Vito menoleh ke arah bangku tengah. Di sana Chika terseyum manis ke arah Vito. Ia melihat wanita itu seperti mengucapkan sesuatu. Vito tidak peduli, ia kembali memalingkan wajahnya dan menghela nafas kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream & Chocolate
Fiksi Umum"Kamu itu seperti es krim, dingin, tapi aku suka." - Yessica Tamara "Kalau coklat itu manis, senyum kamu berkali-kali lipat lebih manis daripada coklat favoritku" - Alvito Hema Dipraja