BAB V

338 50 11
                                    

Yessica Tamara, gadis cantik yang identik dengan gummy smile-nya dan juga mata coklatnya yang indah. Tatapan matanya bak pisau belati yang menusuk siapa saja yang menatapnya. Senyumannya dapat melemahkan siapapun yang melihatnya. 

Dia seorang model junior dari agensi ternama milik Dyo Arya Djuhandar yang merupakan ayah dari Azizi Nuraga Djuhandar.

Chika bukan berasal dari keluarga selebriti seperti Azizi. Papinya—Putra Nadir seorang pilot dan maminya—Nurhayati, memiliki usaha di bidang kuliner yang sudah cukup terkenal.

Chika mengawali karirnya sebagai model ketika berusia 13 tahun. Saat itu, Melody—ibu dari Azizi yang juga kakak kandung Aya melihat Chika yang berpotensi untuk menjadi model, di mana ia memiliki penampilan yang menarik dan posturnya yang mendukung. Ia tertarik menjadikannya salah satu model di agensi milik suaminya. Chika melewati masa training selama 2 tahun, hingga akhirnya dia bisa menjadi model junior yang digandrungi oleh banyak penggemar. Followersnya saja 200 ribu lebih.

Layaknya remaja pada umumnya, Chika juga memiliki kisah asmara, namun kisah asmara Chika bisa dikatakan aneh.

Chika sering gonta-ganti pacar dengan alasan tertentu. Salah satu alasan aneh yang Chika berikan untuk memutuskan pacarnya adalah karena pacarnya tidak menyukai es krim.

Chika seorang maniak es krim. Pertama kali Amirah bermain ke rumah Chika, ia tak sengaja salah membuka kulkas, Mira terkejut melihat isi kulkasnya yang full dengan es krim. Padahal kan—maminya Chika pengusaha susu olahan.

Di rumah Chika terdapat dua buah kulkas besar dan kecil, dimana kulkas yang kecil berisikan full es krim.

Chika duduk di kantin bersama teman-temannya, matanya tak lepas memandang lelaki yang sedang tenang memakan makan siangnya. Senyumnya pudar kala tubuh seseorang menghalangi pandangannya. Chika mendongak, menatap orang yang berani-beraninya menganggunya.

"Chika, aku mau ngomong," ucap orang itu.

"Apa sih, Ga? Ganggu banget," Dia Gaga, mantan Chika yang baru putus satu bulan yang lalu. Padahal, mereka baru pacaran selama satu minggu, namun Chika sudah tidak kuat dengan sikap Gaga yang posesif, suka pamer sana-sini.

Jika diingat kembali, Chika menerima Gaga karena saat itu ia ditembak di lapangan sekolah, yang otomatis banyak orang yang melihat. Chika tak mau membuatnya malu dan memilih menerimanya walaupun Chika tak mempunyai rasa apapun. Tetapi, baru seminggu pacaran, Gaga sudah membuatnya malu dan muak."Minggir deh!"

"Kita perlu bicara, Chik! Kamu sebulan kemarin ngehindarin aku, nomerku juga kamu block," Gaga menatap Chika dengan tajam.

"Ya terus? Apa masalahnya sama gue?" ujar Chika tak mau kalah.

"Aku kan udah bilang nggak mau putus dari kamu, Chik, please.."

"Stop, Ga, apa-apaan sih? Risih tau nggak?"

"Ini maraneh kalo ada prahara rumah tangga, mending ulah ribut-ribut di dieu euy, urang teh mau makan dengan khidmat," ucap Helisma membuyarkan semuanya.

Gaga mengusap wajahnya kasar, kemudian dia menarik tangan Chika, meninggalkan kantin sekolah yang atensi penghuninya sejak tadi mengarah ke mereka berdua.

"Eli bego! Kenapa lo suruh pergi sih? Lagi seru anjir," Dhea menggeplak lengan Helisma dengan kuat hingga ia mengaduh kesakitan.

Gaga membawa Chika ke taman belakang sekolah yang lumayan sepi. "Ga, sakit!" Chika merintih, cekalan tangan Gaga yang amat kuat tak sebanding dengan tenaganya. "Gila ya lo?" ucap Chika setelah cekalannya terlepas.

Ice Cream & ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang