Bab 23: Perjalanan.

40 27 60
                                    

___________________
Bab 23: Perjalanan
___________________

Ferdian berhasil masuk ke Ferzenia. Ia melompat dan terjun bebas ke dasar tanah.

BRUK.

Ferdian terjatuh di posisi yang sama saat pertama kali ia terjun ke dasar lubang yang dikelilingi tembok besar seperti sumur.

Setelah itu Ferdian berdiri dan berjalan mengikuti lorong yang terhubung ke pintu gerbang Ferzenia.

Setiap langkah ia berpijak, kenangan masa kecilnya menyerbu untuk masuk. Bayangan anak kecil berlarian di lorong, melompat-lompat dan bercanda gurau dengan kaum Elf yang terkutuk.

"Kamu akan menyesali, apa yang sudah kamu perbuat?!" Ferdian mendobrak gerbang ajaib dengan debu-debu keunguan yang berasal dari kedua tangannya.

Pintu itu pun terbuka lebar, menyambut Ferdian yang murka karena anak kandungnya dibawa oleh Fano.

Ferdian berlari menuju wilayah kaum Dryad, ia tahu jika Fano tinggal di tempat itu, setelah kaum Troll menguasai lorong penghubung tadi.

Alangkah herannya Ferdian, saat tidak menemukan kaum Troll yang biasanya berkeliaran mencari mangsa.

Ferdian berdiri di pintu gerbang wilayah Dryad, ia masih ragu antara masuk atau tidak. Tapi, pilihannya sudah bulat. Maka ia memutuskan untuk masuk menemui Fano di rumah Pohon Oak tua yang biasa ia tinggali.

Semua kaum Dryad yang melihat ke datangan Ferdian, tertunduk ketakutan saat merasakan aura kemarahan yang kental.

Ferdian mengetuk pintu rumah Fano dengan kencang, "KELUAR KAMU FANO!" tidak ada jawaban sama sekali.

"FANO!" teriaknya lagi dengan suara kencang, hingga terdengar ditelinga Ratu Afrin.

Ratu Arfin terbang dari Pohon Oak utama dan mencari sumber suara. Namun, ia terkejut saat melihat sosok yang ia rindukan selama bertahun-tahun lamanya datang kembali.

"Ferdian?" Ratu Arfin mendekat ke arah Ferdian.

Ferdian menoleh dan melihat Ratu Afrin yang berdiri mematung.

"Afrin?" tanya Ferdian, memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.

"Kamu mencari siapa?" Ratu Arfin bertanya dengan suara lemah lembut.

"Aku mencari putriku — Felix. Fano membawanya pergi dari duniaku!" Ferdian menjelaskan keadaan yang sebenarnya.

Mendengar ucapan Ferdian, hati Afrin terasa sesak dan perih, "Felix putrimu?"

"Ya, dia putriku. Apa dia ada disini?" Ferdian menatap Afrin dengan serius.

"Fano membawanya menuju Pohon Harapan," ucap Afrin dengan suara lemah.

"Pohon harapan?" Ferdian kembali bertanya untuk memastikan pendengarannya. Ratu Arfin pun hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Ferdian pun jatuh ke tanah, kakinya lemas. Memori otaknya kembali datang menyerang.

"Aku ingin menjadi Elf seperti Fano!" teriak anak laki-laki itu kepada pohon harapan.

Namun, ia tidak berubah sama sekali. Melainkan kejang dan matanya melotot. Fano yang mengetahui sahabatnya berkelana sendirian mencari pohon harapan pun membawa Ferdian kembali pulang.

Di perjalanan pulang Fano dihadang troll, ia bersusah payah melawan troll itu dengan menggendong Ferdian yang setengah sadar dipundaknya.

Fano berhasil membawa Ferdian ke rumah Julang Ngapak. Namun, kaum troll mengikuti hingga ke pintu penghubung kamar Ferdian dengan Ferzenia.

Felix And The FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang