Bab 32: Jiwa Baru
Lee Teon membuka matanya setelah sebulan koma akibat benturan dan mengalami cedera kepala berat yang menyebabkan pendarahan dalam kepala sampai pendarahan dalam otak. Pendarahannya ini menyebabkan penekanan otak oleh pembuluh darah yang pecah. Hingga ia terpaksa dirawat di ruang ICU rumah sakit di Seoul.
Saat bola matanya melihat sekeliling, pandangannya jatuh ke wanita paruh baya yang tidur di samping ranjang dengan senyum tipis.
“Ibu.”
Wanita itu langsung terbangun saat mendengar suara kecil yang selama ini ia rindukan.
“Teo!” Wanita itu memeluk putranya dengan antusias.
Lalu ia menekan tombol di samping ranjang untuk memanggil dokter. Beberapa detik kemudian, seorang dokter masuk ke dalam ruangan dengan tergesa-gesa bersama dua orang perawat wanita.
Dokter berjas putih itu langsung mengecek keadaan Teon. Ia membuka mata Teon dan memberikan rangsangan cahaya dengan lampu senter kecil. Ia pun membuka alat bantu pernapasan Teon dan memberikannya kepada salah satu perawat.
“Coba katakan “A”,” dokter itu memberikan arahan kepada laki-laki itu untuk membuka mulutnya.
Teon berucap dengan suara pelan, “A.”
“Bagus, sudah ada perkembangan.”
Dokter laki-laki itu mencubit tangan kanan Teon. Ia berusaha melihat rangsangan nyeri dari kulit yang di cubit. Teon meringis dan tangannya memberikan respon pergerakan.
“Bagaimana, dokter?” wanita itu memperhatikan apa yang dilakukan sang dokter dengan perasaan haru dan cemas.
Dokter itu pun memeriksa monitor denyut jantung Teon dan kateter urine. Lalu menatap wanita paruh baya dengan senyum tipis.
“Respon pasien terhadap pengobatan sangat pesat. Jauh lebih bagus dari dua minggu yang lalu. Dia sudah bisa berbicara dan sepertinya, pasien akan sembuh total tanpa ada kecacatan sedikit pun. Tapi, kami perlu melakukan CT scan untuk mengetahui keadaan otak pasien.”
Dokter itu menjelaskan kepada keluarga pasien dengan senyum bahagia. Karena, menurut pengalamannya selama bekerja menjadi dokter, pasien yang koma kesadarannya pulih secara bertahap. Namun, berbeda dengan Teon. Sebelumnya ia diprediksi akan sadar dengan peluang yang sangat kecil. Karena, ia sudah berhari-hari koma.
“Kami turut berbahagia dengan pulihnya pasien dari koma dan respon yang cepat dari pasien koma umumnya.”
Dokter dan dua perawat pun membungkukkan badan lalu pergi keluar ruangan ICU.
*****
Fano membuka mata dan melihat sekelilingnya. Ruangan bernuansa putih yang cukup luas. Lalu mata Fano tertuju pada wanita paruh baya yang tengah tertidur disebelah ranjangnya.
“Ibu.”
Itulah kata yang jelas diucapkan oleh Teon saat di tempat yang gelap dan hampa.
Fano ingat pertemuannya dengan sosok malaikat bersayap putih. Ia meminta Fano berjalan mengikuti laki-laki di depan jalan yang gelap. Fano terus mengejar Teon yang hendak berjalan ke sebuah cahaya di ujung kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Felix And The Fairy
FantasíaAwal: 01 Juli 2021 Akhir: 30 Juli 2021 Ranking: #1 membaca (20-30 Juli 2021) Juara 3 ODOC The WWG. Felix tahu, manusia telah dituliskan dengan takdir yang berbeda. Takdir bisa mempermainkan Felix hingga merubah dunianya. Kehancuran rumah tangga oran...