Bab 24: Kelinci.

49 27 65
                                    

_______________
Bab 24: Kelinci
_______________

Fano menatap nanar ke arah bola berbulu putih dengan dua telinga panjang ke atas. Sedetik yang lalu, ia hampir saja mencium Felix. Tapi, di gagalkan oleh makhluk bernama kelinci.

"Lucunya," Felix mengelus kelinci itu dengan gemas. Setelah berpetualang di Ferzenia, baru kali ini ia menemukan makhluk yang menggemaskan.

Fano mendengus sebal, "Baru kali ini, aku melihat monster berbulu dengan dua gigi keluar," Fano menarik telinga kelinci putih itu, mengangkatnya dan hendak melempar sejauh mungkin.

"Hentikan Fano, ini namanya kelinci. Dia bukan monster yang berbahaya," ujar Felix dengan mata melotot.

"Ish, menjijikkan sekali makhluk ini," Fano berdiri dan hendak pergi meninggalkan Felix.

Felix memeluk kelinci itu, "Kamu ikut sama aku yah, biar aku ada teman ngobrol."

Kelinci itu berbicara, "Ayo, aku ingin ikut!"

Felix terkejut begitupun Fano yang langsung berbalik badan dan menatap tajam ke arah makhluk berbulu itu.

"Dia bisa berbicara?" Felix mengangkat tubuh kelinci itu ke arah langit dan memandangnya dengan takjub.

"Dia memiliki suara yang jelek," Fano mengomentari suara kelinci itu yang terdengar cempreng.

"SIAPA YANG KAMU PANGGILAN JELEK? SUARAKU IMUT! SAMA SEPERTI TUBUH GEMAS BERBULU INI!" Kelinci itu tidak terima disebut jelek.

Fano mendekati kelinci itu, lalu berkata, "Untuk apa kita mengajaknya ikut? lebih baik kita bakar dagingnya. Emm, pasti lezat!"

"TIDAK!" Kelinci itu ketakutan dan bersembunyi di dada Felix.

"Fano, jangan bercanda! dia  ketakutan," Felix mengelus bulu kelinci itu dengan lembut dan pelan.

Fano pun mundur dengan perasaan dongkol, "Akan aku cincang makhluk itu!" batinnya.

*****

Ferdian menatap Ratu Afrin dengan wajah bingung, bagaimana bisa ratu kaum Dryad itu menolongnya?

"Apa rencana kamu?" tanya  Ferdian dengan tatapan heran.

Ratu Afrin pun tersenyum tipis, "Mampirlah dahulu ke Pohon Oak utama," ujarnya dengan berlalu meninggalkan Ferdian yang masih terdiam.

Ia teringat kenangan pertama saat bertemu dengan Afrin.

Saat itu, Ferdian berada di lorong perbatasan antara Ferzenia dengan dunia manusia. Ia tengah menunggu Fano yang pergi mencari ulat sagu. Ia sengaja tidak mengajak Ferdian karena ia takut kaum troll mengincar nyawanya.

Ferdian yang masih berusia sembilan tahun itu sibuk mengerjakan tugas sekolahnya, hingga ia mendengar suara teriakan minta tolong dari luar gerbang pembatas.

Ferdian ragu antara keluar atau tidak, menolong atau diam. Tapi, hati nurani menuntun kedua kakinya untuk keluar membuka gerbang.

Perlahan ia berjalan mencari sumber suara. Ternyata seorang peri dari kaum Dryad dengan sayap kupu-kupu yang tipis terduduk lemas di jalanan setapak yang sepi.

Ferdian mendekati wanita kaum Dryad itu dengan penasaran, "Kamu kenapa?" tanyanya dengan suara pelan.

Wanita bertubuh pendek itu terkejut saat melihat Ferdian, "Ka-kamu siapa?"

Felix And The FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang