Part 3

3 0 0
                                    

Hari ini Rissa tidak ada jadwal kuliah dan sejak tadi terus berada di rumahnya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menumpuk. Sejak kemarin, ia dan Dira belum bertukar kabar karena saling kesal. Seperti biasa, Dira tidak suka seseorang memberinya kritik dan saran kepadanya, bahkan Rissa yang bersahabat dekat saja tidak ia suka jika seperti itu.

Rissa baru saja selesai mandi, karena ia harus bersiap-siap pergi ke apartemen Kenan untuk mencoba wine miliknya. Pikirannya tak lepas dari sahabatnya, ia tau saat ini di kampus sedang ramai gosip miring tentang Dira.

Apakah Dira baik-baik saja saat ini?

"Rissa, gue udah di bawah."

Setelah membaca pesan dari Kenan, ia segera meraih tasnya lalu keluar dari apartemen. Ia melihat jam di tangannya sambil menunggu lift, sudah sore.

Lift terbuka, dan di dalamnya Dira bersama pria asing yang Rissa belum pernah liat saling rangkul dan tertawa. Raut wajah mereka datar tanpa ekspresi  dan segera melewati tanpa berbicara sepatah katapun.  Rissa menatap kepergian Dira sebelum pintu lift menutup.

"Kenan."

Lelaki itu menoleh saat Rissa memanggil namanya dengan senyuman yang lebar. Ia melambaikan tangannya dan segera menghampiri lelaki itu. Kemudian mereka menuju apartemen Kenan yang tidak terlalu jauh dari gedung apartemennya.

"Sorry, gue baru ngasih kabar. Soalnya dari pagi gue ada urusan." Ucap Kenan sambil menatap wajah Rissa sebentar.

"Iya, Ken. Lagipula tadi gue juga ngerjain tugas di rumah." Balasnya sambil memperhatikan pemandangan di luar jendela.

"Lo udah makan?"

"Belom."

"Mau makan dulu? Drive thru?"

"Boleh."

Kenan melajukan mobilnya ke arah restoran cepat saji dan membeli beberapa makanan yang diinginkan. Kemudian mereka segera pergi ke apartemen.

Setibanya di unit milik Kenan, Rissa dibuat takjub dengan unit milik lelaki itu. Sangat luas. Ia berlari kesana kemari untuk house tour sendiri, sedangkan Kenan hanya tersenyum melihat tingkah Rissa yang menggemaskan berlari penasaran seperti itu.

"Kenan, unit lo ini sama aja dengan unit gue dan Dira yang digabung jadi satu tau. Besar banget." Seru Rissa sambil duduk di samping Kenan.

Kenan hanya terkekeh melihat Rissa dengan senangnya.

"Lo beneran tinggal sendiri di sini?"

Kenan mengangguk.

"Adek lo? Kakak lo? Sodara lo? Apa teman lo, gitu?"

"Gue anak tunggal, Rissa. Gue tinggal sendiri di sini."

"Kenapa tinggal di unit sebesar ini? Lo kan juga kerja, pulang pasti cuma buat tidur sebentar. Sayang tau."

"Gue suka koleksi benda-benda, gue mikir kalau gue pilih yang standar gak akan muat. Koleksi gue belum semua di pindah ke sini."

Rissa mengangguk lalu menerima ayam darinya. Mereka makan makanan yang sudah dibeli sambil menonton televisi. Setelah selesai, mereka bersantai sejenak untuk menurunkan makanan yang telah mereka makan sambil mengobrol ringan.

"Mau minum sekarang?" Tanya Kenan menawarkan ke Rissa.

"Boleh." Jawab Rissa bersemangat.

"Ya udah tunggu sini, gue ambil dulu."

"Ikut."

Kenan tertawa lalu mengangguk. Kemudian mereka menuju ruangan koleksi wine milik lelaki itu. Sekali lagi, Rissa dibuat takjub dengan pemandangan di hadapannya ini. Beberapa lemari dengan sedikit lampu yang menyala memberi kesan elegan, tampak sangat cantik di mata Rissa. Bahkan koleksi yang Rissa miliki tidak ada setengahnya dari milik Kenan.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang