Part 2

6 0 0
                                    

Dira menutup binder berwarna kuning miliknya lalu memasukkan ke dalam tas. Pembelajaran baru saja selesai, dosen pun juga baru saja keluar kelas dan ia ingin segera pulang karena pusing akibat alkohol masih terasa di kepalanya. Sebelum itu, ia akan menemui Rissa terlebih dahulu untuk mengajaknya makan di kantin kampus.

Ia meraih ponselnya dan mencari kontak Rissa dan mengirimnya pesan. Namun langkahnya terhenti saat dahinya terbentur dada bidang seorang lelaki tegap. Ia mendongak ke atas dan terkejut, saat tau pria itu yang ada di hadapannya saat ini.

"Oliver."

Mahasiswi yang masih berada di dalam kelas meneriakkan nama pria itu. Dira menggigit bibir bawahnya sambil menunduk lalu menyingkir untuk memberikan jalan kepada Oliver.

Setelah itu Oliver melewati Dira begitu saja  untuk pergi ke mahasiswi yang satu kelas dengan Dira, dia adalah pacarnya Oliver dan Oliver adalah pria yang Dira sukai sejak lama. Dira menatap Oliver yang baru saja mengecup bibir kekasihnya dan ia pergi setelah pemandangan itu membuatnya sakit hati.

Sampai saat ini, Dira masih sangat menyukainya. Pesona yang Oliver perlihatkan kepada orang-orang sejak dulu tidak pernah berubah untuk Dira. Dira ingin memiliki Oliver, tetapi tidak bisa karena sudah berulang kali ditolak olehnya.

Kemudian ia memutuskan untuk berhenti mengganggu Oliver dan membiarkan dia bersama perempuan lain. Meskipun seperti itu, Dira tetap saja tidak bisa melupakan Oliver padahal ia mencoba untuk pergi ke clubbing atau sering berganti pacar dan menghabiskan waktu untuk merusak dirinya sendiri.

"Dira, wajah lo kenapa gitu?" Tanya Rissa yang datang menghampiri sahabatnya di kantin.

"Rissa, kenapa gue gak bisa melupakan Oliver? Hati gue sakit setiap melihat dia mencium pacarnya lebih dulu." Jawab Dira lalu menundukkan wajahnya dibalik tangannya.

Ia mengingat kembali kejadian dimana Oliver dibuat marah terhadap sikap Dira. 

Dira menghubungi Oliver untuk datang ke belakang kampus yang jarang orang lewati.  Dira sudah nekat dengan apa yang dilakukannya saat ini, ia sudah sering ditolak olehnya dan ia mau mencoba hal lain.

"Dira."

Gadis itu menoleh dan tersenyum. Oliver menghampirinya dan berdiri dihadapannya.

"Apa yang mau lo bicarakan?" Tanya Oliver pada intinya.

"Hmmm... gue mau lo." Jawab Dira dengan gugup.

"Udah berapa gue bilang, Dira. Gue gak bisa terima lo, gue udah punya pacar dan gue cinta dia. Tolong berhenti."

"Gue tau, tapi gue pengen lo, Oliver."

"Dira..."

Kalimatnya terhenti saat Dira mencium bibir Oliver dan bermain disana. Oliver terkejut dengan apa yang terjadi, awalnya ia membalas permainan Dira. Tapi selanjutnya ia mendorong tubuh gadis itu dengan cepat dan mengusap bibirnya dengan kasar.

"Lo gila, Dira. Gue... jijik sama lo."

Kalimat itu terus terngiang-ngiang di ingatan Dira saat ia melihat Oliver. Ia merasa membuat dirinya malu sendiri dan sangat bodoh. Untung saja saat itu Rissa melihat dan segera memeluk Dira saat Oliver pergi. Ia memeluk Dira hingga ia berhenti menangis.

"Lo mau makan apa sekarang?" Tanya Rissa yang sudah duduk di seberangnya.

Dira mendongak dan menatap Rissa yang sedang tersenyum padanya. "Gue mau pulang aja, kepala gue masih pusing."

"Ya udah, lo naik ojek online ya. Gue masih ada dua kelas lagi." Kata Rissa lalu dibalas anggukkan oleh sahabatnya.

Kemudian Dira pergi dari hadapannya. Rissa menghela nafas sebentar lalu ikut pergi dari kantin untuk pergi menuju kelas selanjutnya. Ponselnya berdering, segera ia menerima panggilan telepon dari Kenan.

TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang