Dira keluar dari kelasnya dengan kekhawatiran yang tidak pernah terjadi pada dirinya, ia tidak seperti biasa yang terlihat cuek saja. Kali ini berbeda, cerita yang dia bagikan dengan Karina sudah tersebar luas. Beberapa hari ini, ia tidak bisa tidur dan terus memikirkan hal bodoh yang ia lakukan. Apalagi sejak mereka tau kejadian Dira mencium Oliver saat itu, membuat ia semakin tidak punya wajah di depan lelaki itu.
Sindiran, pembicaraan secara terang-terangan di depan Dira terus terjadi selama beberapa hari ini. Apalagi saat ia dengar kalimat yang membuatnya sadar dengan apa yang dia lakukan.
"Kasian Rissa, pasti banyak direpotkan sama cewek itu. Toxic."
"Kalau rusak jangan bawa-bawa Rissa. Gue kenal Rissa, dia cewek baik-baik. Sejak ada lo, dia gak bisa bebas menjalani hidupnya kalau lo terus-terusan ambil cowok yang suka sama Rissa!"
Sejak banyak yang berpikir Rissa terbawa olehnya dan Rissa merasa terbebani seperti yang dikatakan mereka, ia menghindari sahabatnya. Padahal ia tau jika Rissa sangat peduli padanya, tapi mungkin yang ia dengar dari orang-orang benar jika dirinya adalah beban dan racun untuk Rissa.
Sebelumnya, ia sudah mengisi formulir cuti kuliah untuk beberapa bulan dan akan pergi dari apartemen untuk menenangkan dirinya. Semua yang dikatakan Rissa benar, Rissa tidak bersalah.
Gadis itu menarik kopernya keluar dari apartemen lalu menatap pintu unit milik Rissa. Kemudian ia memasukkan pin dan masuk ke dalam apartemen milik Rissa. Ia tau jika Rissa sedang tidak ada di dalam dan saat ini berada di kampus.
Ia mengingat kembali kenangan kebersamaan dengan Rissa. Dimana sering menghabiskan waktu untuk cerita, minum bersama, bermain permainan atau hanya saling membantu tugas masing-masing di apartemen ini.
Dira tersadar karena dirinya, Rissa mengambil unit baru hanya ia tidak nyaman jika Dira membawa teman laki-lakinya ke sana. Ia tersenyum hambar lalu menuliskan sesuatu di sticky note yang berada di meja belajar Rissa.
"Gue salah, Rissa. Gue akan pergi beberapa hari untuk menenangkan diri dulu. Jangan menghubungi gue. Gue minta maaf."
Kemudian ia pergi meninggalkan gedung apartemen untuk tinggal sementara di hotel yang sebelumnya sudah ia pesan.
《•》
Sejak kepergian Dira dari apartemen, Rissa merasa kesepian. Tidak ada lagi teman yang selalu membuatnya stres, tidak ada lagi teman yang membuatnya tertawa. Sudah hampir tiga minggu Dira pergi, Rissa sama sekali tidak mendengar kabar darinya. Benar-benar lost contact.
Di kampus sudah tidak terlalu ramai gosip tentang Dira. Mereka sudah puas dengan apa yang dilakukannya. Rissa merasa bersalah karena tidak berada di samping Dira saat ini.
Saat pulang dari kampus saat itu, ia menemukan note yang ditulis Dira. Lalu ia ke apartemen Dira yang sangat berantakan seperti bertahun-tahun tidak terurus. Saat itu ia khawatir dengan sahabatnya, karena Dira tidak bisa berbuat apa-apa jika sedang terpuruk, seperti dulu saat kedua orang tuanya meninggal.
Rissa meminum segelas wine dan menerima telepon dari orang tuanya. Siang ini, ia sedang berada di club yang biasanya bersama Kenan. Ia baru tau beberapa minggu yang lalu jika pemilik club ini adalah lelaki itu. Jadi, Rissa bisa kapan saja masuk dengan hanya bilang nama Kenan.
Club belum buka, tanpa khawatir gadis itu menerima telepon dari orang tuanya. Ia ikut Kenan ke club karena harus rapat dan dia menunggu di meja bar sambil ditemani sebotol wine.
"Ibu udah baikan, Yah?"
"Udah sayang. Kamu gak perlu khawatir."
"Baguslah kalau ibu udah baik-baik aja."
![](https://img.wattpad.com/cover/277674115-288-k418926.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC
Fiksi RemajaMenceritakan dua wanita yang sudah bersahabat sejak lama, keduanya saling ada di kala suka dan duka. Lingkungan pun mulai berubah saat mereka menginjakkan kedewasaan, salah satu dari mereka berubah menjadi tak terkontrol karena alasan suatu hal. Ap...