1

7 0 0
                                    

SEREN

" Udah 10 tahun Ren, dan Lo masih nungguin Elang? Move on dan cepet cari yang lain Ren. Lo Harus menikmati hidup. Buat apa Lo nunggu orang ga ga tau kapan pulangnya?"

Itu adalah nasehat ke sekian kalinya yang diberikan oleh Karin Sabahatku. Mungkin Karin sudah lelah dan jengah mendengarkan cerita-cerita ku tentang Elang. Tentang si anak tengil yang Sabahat Masa kecilku yang sekarang entah dimana keberadaannya aku juga tidak tau.

Dari sejak bangku Kuliah aku mengenal Karin, sejak itu pula Karin selalu mendengar nama Elang yang selalu aku sebut-sebut ketika aku bercerita kepadanya.

Siapa yang tidak rindu dengan sosok Elang. Laki-laki pembohong yang sepuluh tahun yang lalu berjanji akan pulang ke Indonesi jika kuliah sudah selesai. Tapi nyatanya? Elang tidak pernah kembali.

"Lo mikir ga si Ren, mungkin aja Si Elang disana udah nikah. Udah punya anak. Dan Lo disini masih sendirian. Wake up Ren. Sampe kapan Lo mau nunggu Elang balik"

Aku juga bingung, mau sampai kapan menunggu kepulangan Elang. Memang dahulu ketika awal-awal berkuliah di Amerika Elang selalu rajin memberi kabar. Terkadang di setiap akhir pekan Elang juga akan menelfon dan menceritakan kesehariannya di Amerika. Tapi lambat laun Elang mulai jarang memberi kabar, terkadang bisa sebulan sekali Elang baru memberi kabar kepadaku. Itu pun hanya sekedarnya.

"Lo nyari apa si dari Elang? Diluar sana banyak cowok yang mau jadi pacar Lo. Mau jadi suami Lo. Sekelas pak Bara aja juga Lo tolak Ren"

Iya. Benar. Apa yang aku cari dari Elang? Aku juga bingung. Mungkin karena Elang adalah laki-laki yang selalu bersamaku sejak aku masih kecil, selalu melindungi, teman bermain, teman curhat, mungkin itu yang membuat aku nyaman dengan Elang. Kenyamanan yang tidak aku temukan saat aku bersama laki-laki lain.

"Harusnya, kalo Lo suka sama Elang ya bilang sebelum Elang pergi ke Amerika. Jadi Elang ada alasan pulang karena ada Lo yang suka dia disini"

Perkataan Karin selalu tepat menohok hariku. Memangnya siapa aku? Berani menyukai Elang adalah suatu kesalahan dalam hidupku. Menyukai sahabatku sendiri. Menyukai di anak Most Wanted sekolah yang selalu dikelilingi gadis-gadis cantik disekolah.

Apalagi mengungkapkan perasaanku jika aku menyukai Elang, mau ditaruh mana mukaku. Belum tentu Elang juga menyukaiku karena aku tau Elang selalu menyukai gadis-gadis cantik dan sexy.

"Ren, lo cantik. Udah waktunya Lo menghentikan penantian Lo nunggu Elang pulang. Let it go and move on. Just do it"

Kata Karin kembali menyadarkanku bahwa mungkin benar sepuluh tahun ini aku seperti menunggu penantian yang tidak kunjung ada kepastian. Membuang-buang waktu.

Aku kembali mematut diriku dicermin. Memang benar kata Karin. Aku cantik dan mempesona. Mengapa aku harus menunggu Elang yang tiada kepastian kapan dia akan pulang?

Aku menggelengkan kepalaku. Berusaha menyadarkan diriku dari kebodohan ini. Aku lalu mengambil lipstik di tas mungil ku dan memoleskan nya ke bibir.

Sempurna. Aku cantik.

"Yuk Rin, nanti telat"
Ucapku kepada Karin.

Mungkin logikaku mengatakan untuk segera melepaskan diri dari penantian ini. Tetapi lagi dan lagi hatiku masih inggin menunggu Elang pulang.

SERENADE SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang