2

5 0 0
                                    

ELANG

"Pa, wake up"

Berulang kali aku mendengar Ken membangunkanku. Aku enggan bangun dari ranjang, rasanya badanku remuk karena semalaman begadang mengerjakan tugas kantor tidak ada habisnya.

"Wake up Pa"
"5 minutes more Ken. Papa ngantuk banget" Ucapku lalu aku berusaha untuk tertidur lagi. Tapi Ken memang anak yang tidak bisa ditawar. Ia menguncang badanku sesekali dia akan naik dan duduk di tubuhku yang sedang tidur. Dasar penganggu.

"Nanti Ken telat sekolah Pa"

Rengekan Ken membuatku tidak jadi tidur. Aku terbangun dan mendudukkannya dipangkuanku.

"Morning kiss" Ken menciumku. Rutinitas kami berdua saat pagi.

"Ken mau sarapan apa?" Tanyaku kepada Ken.

Ken berusaha berpikir. Imut sekali. Dia persis Aku. Tampan dan imut. Memang cocok menjadi anakku.

"Sereal dan Susu"

"Oke! Ken mandi, Papa buat sarapan ya"

"Okey"

"Good Boy"

Aku mengacak rambut Ken, kalu kemudian ia berlari menuju kamar mandi.

Kalau kalian penasaran dengan Ken, ya Ken adalah putraku, darah dagingku. Anak laki-laki manis itu adalah anugerah yang Tuhan beri untukku 7 tahun silam.

Inilah Rutinitas pagiku selama tujuh tahun terakhir. Tinggal berdua bersama Ken, membuatkannya sarapan, memandikan Ken dan bekerja. Aku bahagia, setidaknya bersama Ken.

Ken sudah selesai mandi, dan duduk di kursi makan yang aku persiapkan. Sereal kesukaannya dan satu piring omelet untuk ku adalah menu andalan kami saat sarapan. Maklum kami hanya tinggal berdua, dan aku adalah laki-laki kantoran yang harus buru-buru ke kantor tiap pagi.

"Pa. I Miss grandma. Kapan kita kesana?"

Kata Ken di sela-sela sarapannya.

"Week End ya Ken. Papa lagi sibuk"

Jawabku kepada Ken. Orang tua ku memang pindah ke Amerika. Tepatnya 1 tahun setelah aku berkuliah disini mereka juga ikut pindah ke Amerika karena Papaku ingin merintis perusahaan kepasar Amerika. Semua Keluarga Intiku tinggal di sini, termasuk Sarah adikku yang waktu itu masih SMP juga harus ikut pindah ke Amerika.

Perusahaan yang papa rintis di Indonesia sementara dikelola oleh Pamanku. Terkadang aku juga ke Indonesia untuk melihat perkembangan perusahaan dan juga terkadang untuk sekedar melihat seorang gadis yang lama aku rindukan.

Aku menatap Ken yang sedang makan di depanku. Lahap sekali dia makan sereal ini. Aku tersenyum. Aku kembali mengingat Seren. Ken adalah alasan ketidakpulanganku ke Indonesia. Bukan berarti aku menganggap Ken adalah hambatan, tapi aku takut mengecewakan seseorang yang ada disana.

Yang aku dengar dia masih menunggu kepulangan ku. Tetapi aku enggan untuk pulang. Aku takut aku menyakiti dan mengecewakannya.

"Pa udah. Ayo berangkat. Kebulu telat"

Ajakan Ken menyadarkan ku dari pikiranku. Aku lalu mengambil tas dan kunci mobil diatas nakas. Kami berdua berangkat bersama.

Ya sudahlah

SERENADE SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang