ELANG
“Lang, menurut Papa udah saatnya perusahaan di Indonesia kamu ambil alih. Kemarin Om Chandra bilang kalo dia udah nggak bisa buat handle. Jadi Papa rasa kamu yang harus Handel”
Minggu lalu Papa memanggilku untuk berkunjung ke rumah. Ya aku dan Papa menang tidak tinggal serumah. Aku memilih tinggal bersama Ken di apartemen dan mengurusnya sendiri.
“Iya Lang, kamu pulang aja ke Indonesia. Kalau Ken nggak mau pulang, nanti biar Mama yang ngurus Ken disini”
Ujar mama yang baru saja ikut bergabung. Mama meletakkan dua kopi dimeja. Satu untuku dan satu untuk Papa. Aku meraih kopi hitam didepanku dan menyeruput nya pelan.
"Harus banget Elang ya Pa. Elang udah nyaman di sini" jawabku atas permintaan papa.
"Siapa lagi Lang kalo bukan kamu. Itung-itung ini sebagai ganti kamu karena telah mengecewakan Papa. Jadi Papa rasa kamu harus mau. Nggak ada penolakan"
Aku hanya menghela nafas. Memang benar aku harus mengikuti kata Papa. Aku nggak mau untuk keduakalinya mengecewakan Papa. Sudah cukup kesalahan tujuh tahun yang lalu membuat Papa kecewa kepadaku.
Bicara soal kecewa, Papa kecewa kepadaku karena aku memiliki Ken. Impian papa untuk menjodohkan ku dengan anak koleganya pupus saat aku bilang aku memiliki seorang anak.
Saat itu Papa marah besar. Tentu saja. Aku mengecewakannya. Salahku yang tidak bisa mengontrol diri. Tapi bagaimanapun Ken bukanlah suatu kesalahan, Ken adalah anugrah bagiku.
"Coba kamu pikirkan Lang, kamu bukan anak kecil lagi. Jadi Papa harap Minggu depan kamu sudah pindah ke Indonesia"
Ujar Papa kemudian meninggalkan ku. Aku melihat Papa menghampiri Ken yang sedang Asik bermain Bola di halaman belakang. Sesekali Ken akan tertawa bermain bola dengan kakeknya. Meski Papa dahulu membenciku tapi dia tidak pernah membenci Ken. Papa dan Mamaku sangat menyayangi Ken dari ia lahir sampai sekrang.
"Apa yang membuatmu ragu untuk pulang Lang?"
Tanya mama membuyarkan lamunanku. Mama berjalan mendekat lalu duduk di sampingku. Mengusap punggungku. Aku menghela napas. Enggan untuk mengatakannya kepada Mama.
"Mama tau, kamu takut bertemu Seren Kan?"
Aku hanya mengangguk. Mama tau segalanya tentangku. Tentang segala ketakutan yang aku pendam selama sepuluh tahun terakhir.
"Kalau ketemu Seren, Jelasin ke dia. Mama yakin Seren bakal paham. Mama tau Serem seperti apa"
Apakah benar Serem akan memahaminya? Mungkin iya, karena Seren memang gadis yang pengertian. Tapi aku ragu kalau dia bisa memaafkan aku.
Memangnya siapa yang akan memaafkan sabahatnya yang berjanji pulang tapi malah sepuluh tahun tidak ada kabar? Aku rasa kalau itu aku, aku juga tidak akan memaafkannya.
Mama kembali mengusap bahuku lalu kemudian beranjak pergi. Aku hanya bisa mengusap rambutku, mengambil napas dalam dalam. Jujur saja aku bingung apa yang harus aku lakukan.
Aku takut nantinya aku kan mengecewakan Seren, lalu membuatnya bersedih. Tentu aku tau pasti nanti dia kan marah dan menghajarku karena kepulangan ku ini. Mungkin agak berlebihan karena status kami adalah sahabat. Tapi bagiku dia melebihi itu, dia adalah segalanya buatku. Jadi segala tentangnya sangat penting untukku.
Aku mengambil ponsel yang ada di meja. Mengotak-atik kontak ponsel yang bisa aku hubungi. Setidaknya aku harus memberi tahu Seren kalau aku akan pulang kan. Ya aku rasa aku harus memberitahunya.
Aku mencari kontak ponsel Seren di handphone ku. Ah aku lupa rupanya nomor Seren sudah hilang karena handphone ku juga bilang dua tahun yang lalu saat di bandara.
Aku mengecek kotak email, aku mencari namanya. Aku temukan. Serenade Senja. Aku hendak mengurungkan niatku untuk untuk mengirim email atau tidak. Tapi rasanya aku memang harus mengirim.
Serenadesenja@gmail.com
Seren, apa kabar?Minggu depan aku pulang.
Aku mematikan handphoneku, aku tidak tau pasti Seren akan membalas atau tidak, yang jelas aku hanya ingin memberinya kabar. Mungkin memang terlambat tapi bagaimanapun aku harus memberitahunya. Entah email itu masih digunakan atau tidak yang jelas aku harus mencoba peruntunganku. Aku menghirup napas dalam dalam. Ya aku harus pulang. Sudah lelah bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENADE SENJA
Romance"Seren, gue pulang" Kata Elang sumringah dengan mata yang berbinar-binar dan senyum yang melebar. "Dia siapa? Adek Lo nambah ya selama di Amerika?" Seren bertanya penasaran dengan anak kecil manis dan juga ganteng yang digandeng Elang. "Dia Anak...