4 bulan setelah kejadian 'itu', Juyeon dan istrinya berharap hubungan mereka akan adem ayem, tentram, dan damai.
Di sinilah mereka berdua. Di tempat tidur yang sempat menjadi saksi bisu 'ritual lanjutan' semalam.
"Yang."
"Hm?" gumam Juyeon. Jarinya dengan lincah main PUBG bersama Luda. Tidak ada capek-capeknya ini manusia satu ini.
"Juy, arah 230. Dia pakai AWM hati-hati."
"Kak, rush saja. Orang dia sendirian."
"YANG!"
"Apa Sayang?" sahut Juyeon. Matanya masih setia ke layar handphone.
"Aku lagi bicara loh!"
"Kan sudah aku jawab."
"Sayang! Sebelah kanan kamu!"
Luda sebenarnya tau Si Jiyeon pasti marah suaminya dipanggil dengan sebutan seperti itu. Dia panggil Juyeon 'Juy Juy' saja sudah marah-marah. Tapi yang namanya Luda, belum bahagia kalau belum menggoda membernya. Sedikit menghibur hatinya juga sih. Luda kan pernah suka dengan Juyeon.
"LUDA! PANGGIL APA KAMU?"
"Maaf Kak keceplosan! Juy! Juy! Awas!"
Dar! Dar! Dar!
CHICKEN DINNER!
"Main lagi, Kak?" tanya Juyeon. Dia tidak tau kalau istrinya sudah pasang wajah marah.
"Tidak, Juy. Istri kamu sekarang pasti lagi marah. Hahaha. Lagipula sebentar lagi akan ada pertemuan di agensi. Kalian juga datang kan?"
"Iya. Ya sudah. Sampai ketemu nanti, Lulu! Hahaha."
Pltak!
"YANG SAKIT!"
"Juy Juy, Lulu! Kamu manggil aku saja biasanya Jiyeon! Kenapa sih? Kamu masih suka sama Luda?"
"Tidak. Aku tidak pernah suka sama dia. Dia mungkin yang suka sama aku. Tapi aku tadi bercanda, sumpah. Jangan marah ya?"
"Tau ah!" kata Jiyeon sambil beranjak dari tempat tidurnya. Jiyeon memungut pakaiannya yang ada di bawah-samping tempat tidur gara-gara ulah suaminya semalam.
"Mau kemana?" tanya Juyeon mengekori Jiyeon. Juyeon sudah pakai kaos polos putih dan celana pendek.
"Mau mengadu ke Kak Hyunjung tingkah kamu yang seperti itu dengan Luda!"
Jiyeon hampir saja menelpon Hyunjung, kalau Juyeon tidak cepat-cepat merampas ponselnya.
"Jangan seperti ini. Aku hanya bercanda. Serius," ujar Juyeon sambil membawa Jiyeon ke pelukannya.
"Aku tidak pernah mempermasalahkan kalian berdua selalu main game bersama. Tapi jaga sikap kalian. Apalagi kamu, kamu sudah punya istri, bukan lajang. Aku capek seriusan lihat kamu ganjen ke wanita-wanita lain, terutama Luda," cerca Jiyeon panjang lebar.
"Maafin aku, Son Jiyeon," kecup singkat Juyeon di pucuk kepala Jiyeon.
"Hm."
"Maafin aku."
Permintaan maaf Juyeon hanya diangguki oleh Jiyeon. Terlalu malas untuk mengucapkan 'Iya'.
"Aku masak untuk sarapan kita. Kamu mandi dulu."
Jiyeon mengangguk sambil mengikat rambutnya, menambah kesan err- sexy? Seperti itulah yang dilihat oknum mesum satu ini.
"Untung aku masih bisa menahannya. Kalau tidak, sudah aku minta jatah lagi, Jiyeon," gumamnya dengan gemas.