Karpet hijau berbentuk bulat berbulu lembut berada di tengah-tengah ruangan, dikelilingi oleh tempat duduk persegi panjang dilapisi kain yang empuk bagai tempat tidur kecil---sofa, juga ada laci di pojok ruangannya tempat menyimpan botol-botol kaca berisi air berwarna cerah. Dinding dalam rumah Milis berdiri kokoh dari kayu pilihan, tapi beberapa petak terbuat dari batu bata merah. Di sini terdapat banyak sekali lukisan dan tanaman liar yang menjalar di dinding dengan cantik. Milis sepertinya pandai memilih bunga sebagai penghias ruangan; mawar putih. Sehingga rumahnya tampak sangat segar. Selain bunga, di sini juga banyak burung yang bertengger pada barang-barang pajangan---entah itu lilin, sebentuk jam dinding atau patung. Rumahnya juga benar-benar terang. Bukan dari lampu minyak, melainkan dari sesuatu yang berbentuk kristal melayang di setiap sudut ruangan, dan yang paling besar berada di tengah ruangan.
Tidak seperti rumah kami yang pengap karena memiliki jendela kecil, rumah Milis memiliki tiga jendela sangat besar. Satu lainnya berada di belakang, berdesain mosaik buram. Jendela seperti ini ketika terkena sinar matahari akan terlihat cantik, karena memantulkan banyak warna dari jendelanya. Satu kata untuk rumah Milis: indah.
"Selamat datang di rumahku, jangan ragu untuk menganggap rumah ini seperti rumah kalian sendiri." Milis beralih duduk di sofa. "Silakan duduk."
Aku mengangguk, lantas kami menuruti perintahnya untuk duduk di sofa. Dan, luar biasa! Ini benar-benar empuk dan hangat! Kursi di rumah kami sama sekali tidak empuk dan hangat, sangat kasar dan dibuat dari batang pohon dengan asal.
Sejenak suasana lengang. Aku tidak tahu harus berbuat apa, adik-adikku terlalu sibuk antusias dengan sofa. Sampai kemudian tiba-tiba muncul suara bel berdering sangat kecil. Betul saja, ada empat sosok kecil terbang mendekat dengan membawa teko dan banyak gelas. Benda-benda yang mereka bawa juga melayang dan mendarat sempurna di atas meja. Setelahnya mereka pergi dan kembali membawa banyak makanan, entah namanya apa, tapi ini seperti mi. Ada juga ayam dan kue-kue coklat yang sering aku lihat di buku dongeng.
"Aiya, Master! Anda datang tanpa mengabari." Salah satu dari sosok yang terbang itu berbicara, suaranya terdengar seperti anak kecil. Tiga lainnya terbang mendekatiku dan adik-adik, itu membuat kami waspada.
Milis tertawa sambil mengambil secangkir teh. "Mereka adalah tamuku. Manusia," katanya, melirik padaku.
Aku menatap tidak mengerti.
"Jangan cemas. Mereka adalah Peri Soliter yang menjadi Peri Rumah. Mereka tidak jahat karena aku adalah tuannya." Milis tersenyum bangga. "Karena kau akan tinggal di sini untuk sementara, mereka akan melayanimu juga."
"Peri?" Mereka lucu sekali! Senang melihatnya secara langsung. Jujur saja, aku menarik senyum tanpa sengaja sekarang.
Milis mengangguk. "Yang kurus berambut pendek itu Yamle, yang gemuk adalah Dun, dan yang berambut panjang adalah Bedra. Jangan sampai salah menyebut nama, mereka bisa marah besar dan melemparimu barang-barang yang ada di sekitar mereka."
Aku mengangguk melihat para Peri Rumah yang berterbangan mengelilingiku dan adik-adik. Mereka tampak sepeti manusia, hanya saja bentuknya mini (sekitar 60-90 sentimeter), dan memiliki sayap tipis yang mengepak cepat. Mereka memiliki rambut sewarna hijau dan mata yang indah berkelip. Pakaian yang mereka pakai seperti sarung bantal dan serbet teh. Walaupun begitu, wajah mereka sangatlah cantik dan menggemaskan.
"Yamle ingin tahu namamu," kata Yamle yang memiringkan wajahnya. "Kau sangat cantik sekali."
Aku terkekeh. "Kau juga lucu." Aku menunjuk diriku sendiri. "Panggil aku Grill, dan mereka adik-adikku. Teressa, Chloe, Gimmy, Choirul dan William."
"Dun suka Gimmy!" Dun terbang melesat cepat dan mendarat di kepala Gimmy. "Rambutnya sangat hangat."
Gimmy tertawa. "Mereka lucu sekali, Grill!" seru Gimmy.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Brother's Gimm and The Cursed World: Escape [ REVISI ]
FantasyAku menemukan sebuah buku dari perpustakaan yang memiliki nama penulis di bagian sampul belakangnya, yang membuatku terkejut begitu membaca isinya; "dunia ini terkutuk". Ada banyak monster yang tidak aku tahu, bahkan nama desa-desa kami ada di dalam...