2.

31 7 0
                                    


Kriiit!

Navia menyeret kursi dan berhenti di depan sebuah kabinet dekoratif.

Tak!

Dia pun menaiki dan berdiri di kursi.

Navia mengangkat tumitnya dan merentangkan tangannya setinggi yang dia bisa, lalu mengambil toples minyak dengan ujung-ujung jarinya.

Dia mengeluarkannya dengan hati-hati agar tidak menumpahkan isinya dan melihat ke dalam toples. Toples itu berisikan minyak ekstra untuk mengisi ulang lampu di kamarnya.

Navia memegang toples minyak dan mendekati pintu kamar, pintu itu memiliki lubang kecil yang tidak seharusnya ada di situ. Itu adalah lubang yang dibor oleh Wood untuk memasukkan lebah ke dalam kamar Navia.

Dia menuangkan minyak ke dalam lubang itu seolah-olah minyak itu tumpah.

Tuang tuang.

Navia tanpa ekspresi menuangkan sisa minyak ke pintu. Untuk menghancurkan barang bukti, dia melemparkan lilin yang telah dengan lembut menerangi ruangan.

Fwoosh!

Api berkobar di atas minyak yang tumpah itu. Kombinasi minyak dan kayu yang sudah dicat bukanlah campuran yang buruk.

Tapi itu tidak cukup. Navia menginginkan api yang lebih besar.

Dia membutuhkan api yang sangat mengerikan bisa-bisa apinya dapat menelan dirinya sendiri, membakar tempat hingga yang tersisa hanyalah tanah.

Navia menoleh dan menemukan beberapa buku di kamarnya.

Dia mengambil buku sejarah yang membuatnya terjaga di malam hari karena dia ingin menghafalnya dengan sempurna, buku etiket yang dia pelajari untuk menjadi permaisuri, dan buku seni liberal untuk wanita masyarakat kelas atas.

Kres Kres~

Navia merobek-robek buku itu dengan tangan kosong.  Buku-buku yang awalnya bertujuan untuk membuat Navia menjadi seorang Putri Agnes yang baik sekarang menjadi bahan bakar api.

"Tapi Putri Agnes yang baik sudah mati."

Buku-buku itu adalah peninggalan orang mati, dan Navia hanya memanfaatkannya dengan baik.

Api menyebar seperti rasa takut.

"...Ohok! Ohok!"

Api itu terasa panas dan terlihat tajam, tapi Navia sama sekali tidak takut meskipun di depannya terdapat api.

Dia sudah mati terlalu banyak untuk takut pada api ini.

Navia berjalan menuju balkon. Fajar menggantikan malam dan masuk melalui jendela.

Pagi yang baru, kehidupan yang baru. Apakah dia pernah merasa begitu segar?

Navia tahu, dari pengalaman sebelumnya, ia tahu darimana Wood melihat tempat ini.

Dia berjalan menuju balkon dengan langkah yang lambat, seperti sedang melakukan sebuah upacara.

Sudah waktunya untuk bertemu satu-satunya penonton yang menonton tempat ini.

Navia membuka pintu balkon lebar-lebar. Aroma pagi yang dingin di akhir musim gugur memenuhi paru-parunya dan membangunkan seluruh tubuhnya.

Begitu asap hitam keluar, tetesan air tumpah dari matanya.  Navia menarik napas dalam-dalam dan berteriak sekuat tenaga.

"Tolong aku!"

Tidak seperti orang normal yang terjebak di gedung yang terbakar, Navia menunggu dengan tenang.

Can We Become A Family? (Terjemahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang