Cassette 1 : Dating App

3.8K 475 336
                                    

Malam sabtu—pulang dari kerja saat matahari sudah tenggelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Malam sabtu—pulang dari kerja saat matahari sudah tenggelam. Sengaja, menghabiskan dua jam setelah waktu pulang tetap di kantor, sebab ada janji pergi. Kencan. Kalau pulang dulu yang harus menaiki MRT—kereta—dipastikan waktunya tidak akan cukup. Belum lagi pasti akan sangat melelahkan. Kalau berdesak-desakkan, Kayari pasti ditemukan kucel. Alhasil dengan menolak iming-iming uang tambahan jika lembur, dia tetap di kantor, di kubikelnya, hanya menunggu sampai dijemput.

Kaninta heboh sekali mendengar Kayari yang hendak ketemu dengan pria dari aplikasi dating. Bahkan dia sampai ikut menunggu di kantor, karena mau melihat. Padahal dipastikan hanya sekilas, tidak mungkin diajak diperkenalkan dengan seseorang yang baru pertama kali bertemu. Tepat ketika satu jam lagi, mereka menunggu di kantin kantor bersama Langit yang selalu setia menemani. Kalau kata orang-orang, mereka berdua ini relationship goals.

Melihat profil peria bernama Arkara yang akan jalan—kencan—bersama Kayar nanti, Anin menganggukkan kepala, langsung memberi persetujuan saat itu. "Gila, ganteng, Ri!" kata Anin semangat.

Kayari mengangguk. "Setuju, walaupun angle-nya nggak jelas sepenuhnya. Pakai topi sih." Tipikal cowok kalau foto.

"Iya, tapi gayanya kayak model. Rich people gaul gitu, nggak sih? Dua puluh tujuh tahun. Beneran? gue kira dua puluh tahunan."

Kayari melotot. "Ngaco. Ya masa gue cari early twenty. Dari range umur saja yang seumuran atau lebih tua," sahut Kayari.

"Iya... Iya... Terus... 'Archithecture, Music, Goodboi' bio-nya. Yang salah yang mana menurut lo, Ri?" tanya Anin.

Lantas Kayari tertawa melihat satu sama lain. "Goodboinya kali ya? Haha!"

"Kalau goodboinya yang salah, pas dong sama yang lo mau, ya? Yang nakal," goda Anin yang mendapatkan gelengan kepala dari Kayari. Tapi jelas setuju. Mau main-main saja.

Langit yang mendengarnya gemas sendiri. Mengusap kepala Anin sambil dibawa ke pelukan. "Hush! Nakal banget kamu!"

"Suka, kan kamu?" tantang Anin balik yang membuat Langit tertawa.

Kayari di depannya menatap sambil menumpu dagu. Ikut senyum. Kalau dirasa-rasa, sepertinya memang dia rindu romansa semacam ini. Sama yang dulu, yang hubungannya cukup lama, keduanya begitu romantis. Menempel terus. Saling menghujani kasih sayang. Mau bilang mantan tersayang, tapi kalau masih sayang, harusnya sih tidak jadi mantan.

***

Jam tujuh—tidak kurang, tidak lebih. Benar-benar tepat. Chat masuk ke ponsel Kayari yang isinya sudah bisa ditebak dari siapa, karena chatnya dari aplikasi dating. Mereka sama-sama tidak memiliki nomor masing-masing. Menurut Kayari, itu masih privasi. Bertemu dulu. Tidak perlu chat cukup lama, hanya beberapa hari, kemudian memutuskan untuk bertemu. Kayari butuh melihat langsung dan memastikan. Arka menyetujui dengan mudah. Keduanya memiliki pendapat dan pikiran yang sama masalah pertemuan—walaupun Kayari tidak tahu sepenuhnya alasan Arka apa.

Play DateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang