0,6 :: jealous, again

1.3K 205 125
                                    

mommy // 17 . 08 . 21

Itachi mendecih kesal ketika melihat pemandangan yang ada di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itachi mendecih kesal ketika melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Seharusnya hari ini ia dapat menghabiskan waktu hanya berdua dengan Sakura, namun bocah laki-laki bersurai hitam yang ada di gendongan gadis itu menggagalkan semuanya.

"Itachi-san, mengapa kau hanya berdiam diri di sana? Apa kau tidak ingin pergi sekarang?" Sakura yang hendak membuka pintu mobil terdiam sejenak dan menoleh ke arah Itachi guna memastikan. Saat ini mereka hendak pergi untuk mencari gaun pernikahan, melihat gedung, dan segala tetek bengek persiapan pernikahan yang lain.

"Seharusnya kita hanya pergi berdua." Bukannya menjawab, Itachi malah berucap dengan lirih, nyaris tidak terdengar. Sorot matanya tertuju ke arah sang putra yang sedang tertidur sembari bersandar pada dada Sakura. Kedua lengan mungilnya juga melingkar erat di leher gadis bersurai merah muda itu yang mana berhasil menciptakan sebuah pemandangan yang intim— menurut sudut pandang gila Itachi.

"Akan tetapi putramu memaksa untuk ikut, Itachi-san. Lagipula aku tidak tega jika harus meninggalkannya sendirian." Sakura mengikuti sorot mata Itachi. Ia lalu teringat pada kejadian beberapa menit yang lalu. Saat itu dirinya dan Itachi baru saja hendak melangkah keluar dari mansion Uchiha. Namun tiba-tiba langkah keduanya harus terhenti saat mendengar suara teriakan serta tangisan Sasuke yang sangat keras. Bocah laki-laki itu memaksa untuk ikut dengan ancaman bahwa dirinya tak akan berhenti menangis dan berteriak jika permintaannya tidak dituruti. Sakura pun memutuskan untuk membawa si bocah turut serta agar tak mengganggu penghuni mansion yang lain.

"Kau seharusnya hanya menidurkannya saja. Setelah itu kita pergi berdua," ujar Itachi dengan ekspresi wajah datar andalannya. Nampaknya ia benar-benar tidak rela dengan keikut sertaan Sasuke dalam 'kencannya' dengan Sakura hari ini.

"Lalu bagaimana jika dia tiba-tiba bangun lalu kembali berteriak dan menangis?"

"Itu bukan urusanku." Sakura spontan menatap Itachi dengan sorot mata tak percaya. Pria itu tetap diam dengan ekspresi wajah datar andalannya, tanda bahwa kalimat yang baru saja terlontar dari mulutnya merupakan sebuah fakta. Fakta yang sangat menyakitkan lebih tepatnya. "Apa? Aku hanya berbicara jujur."

"Sasuke adalah putramu, Uchiha Itachi!" pekik Sakura sembari menatap Itachi dengan sorot mata tajam. Cukup sudah. Ia harus menyadarkan pria itu dari kegilaannya. Bagaimana pun bocah laki-laki yang kini tengah tertidur dengan nyaman di dalam gendongannya adalah putra dari pria itu sendiri, dan sangat tidak pantas jika seorang ayah berbicara hal yang sudah sangat keterlaluan seperti itu.

"Ck, terserah kau saja." Tak ingin berdebat lebih lama lagi dengan calon istrinya sendiri, Itachi pun memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan itu dan masuk ke dalam mobil Bugatti La Voiture Noire miliknya. Namun kilatan marah masih amat sangat terlihat dari iris onix-nya. Pria itu tak bisa menerima kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Sakura barusan yang seolah mengatakan bahwa gadis itu lebih peduli pada Sasuke daripada dirinya.

Tunggu, bukan kah itu memang benar?

Bukan kah Sakura mau menikah dengannya agar Sasuke dapat merasakan kasih sayang seorang ibu? Bukan kah gadis itu tidak mencintainya sama sekali dan malah cenderung membencinya?

"Asal kau tahu saja, aku tidak membencimu, Itachi-san." Seolah dapat membaca pikiran Itachi, Sakura berucap dengan nada tegas. Tubuh pria itu pun spontan menegang ketika suara Sakura menyapa indra pendengarannya. Ia lalu melirik ke arah si gadis yang ternyata juga tengah menghadap ke arahnya.

"Kau tidak membenciku? Setelah aku berkali-kali bersikap menyebalkan padamu?" tanya Itachi dengan nada ragu dan tak yakin. Jujur saja, jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, pria itu sebenarnya tahu bahwa sikapnya selama ini sangat menyebalkan. Ia adalah seorang pria tampan yang tahu diri, hanya saja ia memang suka menjahili Sakura. Baginya reaksi yang ditunjukkan oleh gadis itu sangat menggemaskan, itu lah mengapa ia tak bisa berhenti.

Alasan yang aneh memang. Namun bukan kah tidak ada yang aneh di mata orang yang sedang jatuh cinta?

Sakura menghela nafas sejenak sebelum meluruskan kesalah pahaman yang terjadi di antara dirinya dan Itachi. "Aku tidak pernah membencimu, Itachi-san. Aku hanya merasa kesal saja. Kau memang sangat menyebalkan, apalagi dengan ancaman dan sifat jahilmu itu. Akan tetapi aku sadar, aku tidak boleh membenci calon suamiku sendiri. Maka dari itu aku berusaha menerima sifat menyebalkanmu itu. Tapi tetap saja, kau harus merubahnya. Sekarang aku memang masih merasa sabar, tapi suatu hari nanti aku bisa saja benar-benar kehilangan stock kesabaranku dan membuat paling tidak kedua tulang tangan dan kakimu hancur!" jelasnya dengan senyuman manis yang mana terlihat menyeramkan di mata Itachi. Sepertinya sebentar lagi pria itu akan berusaha memperbaiki sifat menyebalkannya sebelum kedua tulang tangan dan kakinya menjadi korban.

Setelah Sakura menyelesaikan penjelasannya, tidak terdengar suara apa pun lagi. Itachi kembali fokus pada jalanan yang ada di hadapannya, sementara gadis itu mengelus surai hitam Sasuke yang masih tertidur di gendongannya dengan lembut.

"Itachi-san," panggilnya ketika sebuah pertanyaan melintas di kepalanya. Lagipula berada di suasana awkward seperti sekarang bukan lah ide yang bagus. Sebisa mungkin Sakura harus dekat dengan calon suami tampan namun menyebalkan dan kulkasnya itu.

"Hn?" balas Itachi dengan gumaman yang sangat khas Uchiha.

"Ada apa denganmu dan putramu? Saat di rumah sakit kau terlihat seperti seorang ayah yang penyayang. Akan tetapi sikapmu barusan seperti mencerminkan bahwa kau ... membencinya ..." Terselip nada ragu dalam kalimat pertanyaan yang dilontarkan oleh Sakura barusan.

"Aa, sikapku itu sangat terlihat, ya?"

"Don't be so dumb! Anak play group juga bisa melihat hal itu!" ketus Sakura dengan kalimat pertama yang sangat pedas, persis seperti bon cabe level 100 yang dicampur dengan mi setan yang menggunakan 50 cabai.

"Ceritanya panjang."

"Kalau begitu ubah lah menjadi pendek!" perintah Sakura dengan sebelah alis terangkat dan ekspresi wajah songong, persis seperti boss di film-film yang hobi menyiksa para anak buahnya.

"Tidak bisa! Ceritanya kan, memang panjang. Bagaimana mungkin aku bisa membuatnya menjadi pendek?" tolak Itachi dengan pandangan tetap fokus pada jalan di hadapannya.

Ketika merasakan aura gelap dan membunuh yang berada di sebelahnya, Itachi menelan ludah dan memutuskan untuk menceritakan segalanya pada Sakura. Lagipula ia tidak ingin mati terlebih dahulu sebelum cita-citanya untuk memiliki seorang anak perempuan bersurai merah muda dan iris emerald yang manis tercapai. "Semua ini berawal dari ..."

note ::

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

note ::

please don't kill me karena
udah ngegantungin kalian wkwk

btw ada yang tau kenapa Itachi
bersikap kek gitu ke Sasuke?

100+ vote lanjut:)

[✓] 𝐦𝐨𝐦𝐦𝐲 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang