02 | Exile

207 22 15
                                    

"Nduk, maaf banget ya, maaf banget. Ibu nggak bisa datang nemenin kamu ke acaranya Mas Arga ... Ibu ada kunjungan Kapolda, ibu harus stand-by. Kalau misal nikahannya di Solo, pasti Ibu nemenin kamu nduk."

Bukankah ini yang mereka definisikan sebagai sesederhana membatalkan janji dengan sepihak lewat telepon masuk bisa membuat Asti bad mood sepanjang hari? Ya. Ibu membatalkan janji untuk menemani Asti ke acara pernikahan Arga yang sudah mereka buat seminggu lalu atas sebuah alasan yang sangat masuk akal, juga tidak terbantahkan karena Ibu sendiri dituntut untuk melakukan tugasnya sebagai anggota sebuah kesatuan polisi. Sebagai anggota polisi dala. kesatuan yang baik, tentu Ibu memprioritaskan pekerjaannya, sama seperti yang sebelum-sebelumnya, dan Asti hanya bisa-harus bisa-menerima fakta tersebut dengan lapang dada.

Jam menunjukkan pukul tiga lewat lima belas, dan jam untuk mendengarkan keluh-kesah para nasabah sudah seharusnya berakhir, dan seharusnya jika jam sudah menunjukkan pukul tiga lewat, Asti sudah bisa mengerjakan sesuatu yang lain, namun semua rencana indah tersebut tinggalah wacana. Kenapa? Karena ini.

"Mbak Asti, habis nasabah ini selesai, tolong nanti di bantu untuk melayani ibu Farchah dulu ya. Mbak Asti istirahatnya bisa setelah urusan dengan Bu Farchah selesai, karena beliau VIP kita," ujar Bu Anna, supervisor Asti di Customer Service.

Tentu Asti tidak bisa menolak, karena apa yang Bu Anna inginkan, adalah perintah untuk Asti lakukan. Maka begitu Asti selesai dengan nasabah riweuh keempat, ia harus kembali berhadapan dengan nasabah riweuh kelima bernama Bu Farchah. Dan seperti yang sudah Asti duga dan terima dengan lapang dada, Nasabah yang ia hadapi hari ini, sangat menguras energi positifnya yang tersisa setelah berminggu-minggu Asti habiskan bergelut untuk pertahankannya.

YUP, karena manusia ini. Seorang Ibu-ibu dengan dandanan super cetar membahana berdiri di depan meja Asti sambil menunjuk Asti berkali-kali. Memang, mereka sudah berada di sini selama dua jam, dan jujur Asti bingung harus menyelesaikan seperti apa, karena Asti sendiri juga harus konfirmasi dari pihak bersangkutan mengenai penarikan dana deposit yang nominalnya tidak sedikit itu.

Kalau boleh mengeluh, kepala Asti rasanya sudah mau meledak, dan sayangnya Asti tidak bisa jujur di sini, seandainya saja Asti tahu bagaimana proses pengambilan deposito dengan detail, tentu Asti tidak harus mengalami hal ini.

"Apa?! Saya nggak bisa ambil deposito saya tanpa membayar penalti? Itu kan uang saya! Kenapa saya nggak bisa ambil?"

"Karena jangka waktu ibu untuk pengambilan masih ada dua tahun lagi, Ibu dan-"

"Saya nggak mau tahu!! Saya sudah dua jam ngantre di sini dan saya dapat jawaban 'tidak bisa'? Kamu gila ya Mbak? Saya ini orang sibuk, dua jam saya buang hanya untuk mendengar jawaban 'tidak bisa'? Saya nggak mau terima!"

"Mohon maaf, Ibu. Seperti yang sudah saya beritahukan tadi, kalau saya sendiri masih menunggu konfirmasi dari pihak Funding kami. Kalau dari sistem yang saya lihat, deposit ibu seharusnya baru bisa diambil dua tahun lagi, dan-"

"Iya! Saya tahu dan saya bukannya tuli, ya Mbak! Tapi kenapa tidak bisa? Saya itu butuh dananya sekarang! Kemarin saya sudah disuruh sama mbak untuk isi form ini dan itu? Ya saya tahunya itu sedang di proses? Dan saya bener-bener butuh dananya, Mbak! Tolong, saya cuman ingin uang saya cair, mbak."

Tolong, saya juga maunya ibu berhenti bicara karena saya butuh orang waras di sini, namun Asti tidak menjawab seperti itu. Ia tidak ingin kehilangan karir hanya karena tidak bisa menahan emosi.

"Iya, Ibu, saya paham, saya mengerti ibu membutuhkan uang tersebut hanya saja ada sistem juga bu, ada proses untuk pengambilan juga. Karena ini adalah program deposit, untuk pencairan dananya juga butuh waktu, Ibu. Saat ini yang bisa saya lakukan itu mengeskalasi prosesnya sudah sampai mana..."

BREAKEVEN - [ DAY6 Lokal! Alternate Universe • psj ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang