[Name] menarik lengan Gojo, membawa lelaki dengan tinggi 190cm itu masuk kedalam satu kelas yang kosong pada saat itu.
Didalam kelas memang terasa lebih tenang, karena hanya ada satu sisi ruangan yang berjejer jendela, itu juga dalam keadaan tertutup. Suara petir yang sejak tadi bersahutan pun tak terlalu terdengar dari dalam sana.
"Jadi, bagaimana kau bisa mengenal Nanami?" ucap [name] tanpa berbasa-basi. Batinnya sudah menjerit untuk segera mengetahui keberadaan lelaki tersayangnya itu sekarang.
Satu tangannya masih mencengkram erat pergelangan tangan Gojo, tanpa repot mencari tempat untuk duduk terlebih dahulu. Keduanya berada dalam kondisi berdiri tepat didepan papan tulis putih besar dan panggung kecil tempat para mahasiswa biasa melakukan presentasi didepan kelas.
"Tahu begini, seharusnya sejak awal saja kuberitahu kalau aku mengenal Nanami ya. Lihat wajahmu sekarang, berbeda sekali dengan yang tadi pagi!"
Gojo memiringkan kepalanya sesaat, mencoba membaca riak diwajah [name].
Sadar kalau tangannya masih memegang lengan lelaki bersurai putih itu, [name] buru-buru melepasnya. Merengkuh kewarasannya kembali, ia agak memundurkan tubuhnya, memberi jarak.
"Aku sedang tidak ingin bercanda, tolong jawab pertanyaanku!" ujarnya, kini dengan remasan di selempang tasnya.
Gojo menghela nafas, kedua tangan bertengger dimasing-masing pinggangnya.
"Dia dua kali menjadi adik tingkatku, pertama saat masih SMA dan kedua saat di akademi bodyguard."
Mata [name] membulat, tak sabaran, wanita dengan potongan rambut sebahu itu kembali mengikis jarak hingga kedua matanya bertemu dua mata dengan warna seperti pantulan langit cerah dihadapannya.
"A-apa kau tahu nomor Nanami yang bisa dihubungi?" ucapnya dengan nada memohon.
Memindahkan sesaat letak kacamata hitamnya diatas kepala, Gojo meraih ponsel disaku celananya. Ia bahkan sempat memutar tiga ratus enam puluh derajat letak ponselnya beberapa kali, menimbang didalam hati keputusan apa yang harus ia ambil saat ini.
"[Name], ini hari pertamaku loh. Kamu mau aku dipecat karena ngebiarin kamu hubungin lelaki yang jelas-jelas tidak disukai Ayahmu itu?" ujarnya meyakinkan wanita dihadapannya.
"Gojo... aku rindu sekali dengan Nanami, sebentar saja... ya?"
Bayangkan, sederet kalimat diatas dikeluarkan oleh bibir dengan pemilik senyum termanis, bagaimana lelaki yang dikenal pecinta makanan paling manis ini tidak tergoda?
Satu ide gila dilontarkan Gojo, walau ia sudah paham akan konsekuensinya yang mungkin berupa tamparan atau surat pemecatan untuk dirinya.
"Senyum dulu."
Sang puan yang tidak memiliki pilihan lain hanya bisa menghela nafas pasrah, hingga didetik selanjutnya Gojo bisa merasakan hatinya menghangat ketika lengkungan dikedua ujung bibir wanita dihadapannya itu tercipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gojo x Reader x Nanami | Bodyguard (Modern AU) -SLOW UPDATE-
FanfictionHidup sebagai satu-satunya pewaris di keluarga tidaklah mudah. [Name] bahkan harus selalu didampingi oleh seorang bodyguard sejak duduk di bangku kuliah, karena banyaknya percobaan pembunuhan yang menghantui dirinya. Nanami Kento, salah satu lulusan...