Chapter 3 - The Biggest Mistake

901 132 17
                                    

Unknown's POV

Jemari seorang lelaki muda gemeretuk diatas meja, orang suruhannya terlihat duduk dikursi tepat dihadapannya. Memiliki rambut berwarna hitam dan senyuman yang mampu memabukkan wanita.

"Satu cara tidak berhasil, padahal kau sudah menggenggamnya ditanganmu, Toji." Ujar sang bos kepada lelaki bernama Toji yang menatap intens kearahnya.

"Waktunya saja tidak tepat, aku tidak menyangka kalau sang pangeran alias pengawal bernama Nanami itu akan melihat." Aku Toji dengan kedua tangan menyilang didepan dada.

Sang bos mengernyitkan kening, merasa mendapatkan informasi baru dari pembunuh berdarah dingin dihadapannya.

"Pangeran?"

Toji tertawa, "Kau bodoh atau bagaimana? Kelihatan sekali kalau mereka memiliki hubungan. Ditambah-" potong Toji, satu tangan mengambil telepon genggam dari saku dan tak berapa lama menampilkan layar telepon genggamnya kehadapan sang bos dengan bangga.

Kini gantian, giliran sang bos yang tertawa dan mulai mengerti bagaimana selanjutnya Toji akan bertindak.

"Aku tidak perlu repot-repot mengotori tanganku kalau saja sudah mengetahui ini lebih awal." Ujar Toji, kini dengan tatapan mata fokus kelayar. Jemarinya sibuk mengetik sesuatu disana.

"Cukup kita serang saja hatinya."

***

18.30 - Rumah Pribadi [name]

Nanami memperhatikan tingkah [name] yang menurutnya berubah beberapa hari ini. Ia sudah mencoba menginstrospeksi dirinya, namun sialnya tidak juga menemukan apa yang membuat [name] berkelakuan aneh padanya.

Seperti sore itu, setibanya dirumah. [Name] segera masuk kekamar dan mengunci rapat kamarnya. Tidak ada sapaan ataupun godaan yang biasanya diberikan [name] kepada Nanami.

"Mungkin ia kelelahan? Jadwalnya memang sangat padat sejak seminggu yang lalu. Kuliah di pagi hari lalu lanjut kekantor untuk mempersiapkan bahan presentasi." Pikir Nanami, mencoba berpositif thinking ria.

Setelah kejadian percobaan pembunuhan terakhir yang dilakukan kepada [name] tepat 10 hari yang lalu, Nanami bersyukur [name] bisa pulih dengan cepat. Diluar ekspektasinya malah. Tetapi perubahan sikapnya menjadi masalah baru bagi Nanami.

**

"Haa.. Another hell.." ucap [name] sembari menghela nafas. Ia meletakkan ransel yang dibawanya disampingnya, punggungnya menyender dibalik pintu kamar.

"Sampai kapan aku harus melakukan ini? Nanami lambat laun pasti akan tahu kalau ada yang aneh."

[Name] terduduk sambil menempelkan keningnya diatas lututnya dan memeluknya erat. Air mata yang ditahannya sejak tadi akhirnya jatuh juga, menghasilkan isak tangis yang mati-matian ia coba redam.

"Toji brengsek." dengusnya kesal.

**

Nanami berjalan masuk kedalam ruang kamera pengawas di kediaman pribadi [name]. Hari itu ia bertekad ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Walau harusnya tidak boleh ada dipasang kamera pengawas dikamar [name], namun dengan izin dari Ayah [name] dan alasan keamanan. Nanami diperbolehkan memasangnya tepat diseberang pintu masuk kamar [name], yaitu menghadap kearah jalur keluar dan masuk kamar [name].

Dahi Nanami mengernyit, melihat aktivitas yang dilakukan [name] saat itu.  Wanitanya sempat terduduk dibalik pintu cukup lama, hingga ia melihat sekilas air mata mengering dipipi [name] sebelum menghilang dari tangkapan kamera.

Gojo x Reader x Nanami | Bodyguard (Modern AU) -SLOW UPDATE-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang