Happy reading
02. Demi hidup
***
Sudah menjadi kebiasaan Lafiel mengambil pekerjaan part time. Sejak insiden orang tuanya tidak tau kemana ia tinggal di rumah tantenya, meskipun tinggal bersama tantenya itu tidak pernah peduli dengan Lafiel. Bahkan tantenya sangat terbatas dengannya dengan alasan harus berhemat.
Lafiel mengikat rambutnya cepol. Sore hari ini Lafiel sibuk berkerja di D'Laveto restarurant demi biaya hidupnya seperti biaya kebutuhan pangan dan sekolah.
Di tempat Lafiel bekerja ia cukup terkenal dikalangan teman kerjanya. Kerja kerasnya Lafiel menjadi pusat perhatian sebagian orang merasa iri, ia pernah di sayangi oleh pemilik restaurant.
"Istirahat dulu." Davin menyodorkan es lemon tea kesukaan perempuan itu. Lafiel menerimanya ia menarik kursi, menurunkan bokongnya.
"Jangan terlalu keras, masih banyak pegawai disini. Lo bisa meminta bantuan mereka," saran Davin yang hanya diangguki Lafiel.
"Gimana tentang lomba itu?" tanya Davin.
Lafiel mengangkat bahu. "Entah lah."
"Lumayan loh itu hadiahnya kalo lo menang," kata Davin membuat gadis itu menghela nafas. Ia ingin sekali mengikuti lomba melukis, tapi tak mampu untuk membeli peralatannya.
"Kenapa ada masalah?"
"Kalau ada masalah cerita aja El," lanjutnya. Davin selalu penasaran dengan Lafiel. Ia tidak tau apa-apa tentang kehidupannya.
Cewek itu sangat tertutup, berbeda dengan Davin selalu terbuka kepada semua rekan kerja. Davin memang orangnya friendly namun, terkadang membuat orang risih terlalu membuka privasinya dia sendiri.
Lafiel menggeleng tersenyum. "Makasih," ucapnya kemudian berdiri.
"Lima menit lagi pulang, saya ke toilet dulu." Lafiel pergi ke toilet untuk membersihkan make up nya.
***
Lafiel duduk di bangku hijau melihat pemandangan bukit. Sejak kecil ia selalu suka berada di sini, tempatnya sejuk dan sepi. Ia menghirup udara segar dimalam hari, mengayunkan kakinya sambil bergumam menyanyi.
Lafiel membayangkan jikalau ada dunia multiverse itu nyata mungkinkah dirinya yang lain hidup bahagia di sana?. Ia memang suka membicarakan tentang dunia pararel bahkan Lafiel berandai ingin sekali menukarkan kehidupan sekarang dengan kehidupan dirinya di dunia lain.
Pasti sangat amat bahagia.
Lafiel kini menginjak umur enam belas tahun. Di umur remaja ia seharusnya menikmati masa terindah itu, namun berbeda dengan Lafiel harus berusaha keras untuk hidup dan mati.
Bukan orang tua, teman, ataupun orang lain untuk bertahan. Melainkan dirinya sendiri menjadi alasan untuk berusaha tetap hidup sampai akhir hayat, walaupun terkadang khilaf melakukan self harm.
Lafiel ingin sekali mempunyai teman cerita, tapi kepada siapa? Lafiel tidak mempunyai tempat untuk bersandar. Davin? Tidak, ia belum sepenuhnya percaya kepada cowok itu. Lafiel tidak mau melihat dirinya hanya sekedar rasa kasihan.
Tidak sadar air mata gadis tersebut jatuh. Memori buruk kembali di putar, Lafiel ingin bahagia sekali saja. Tidak kah tuhan mendengar permintaan Lafiel? Gadis tersebut berdoa dengan harapan yang sama.
Ingin bahagia.
BRAKKKKKK!!!
Lafiel terperanjat kaget ia mengusap pipinya yang basah melihat arah belakang. Ada seorang perempuan terjatuh dari motor. Segera Lafiel berjalan menuju perempuan itu membantu untuk berdiri dan menuntutnya ke bangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
What did I do wrong?
Fiksi Remaja[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Dibully tidak lah menyenangkan. Kamu tidak akan tau bagaimana menjadi korban bullying. Lafiel bertumbuh besar dengan hinaan dan cacian. Hidupnya sangat hampa tidak pernah merasakan rasa cinta dan sayang. Bertahun-tahun men...