Prolog

45 5 0
                                    

Cowok bernama lengkap Chandra Erlangga yang kini berusia lima belas tahun sedang bersiap melakukan ritual sebelum uji coba keduanya. Ia sedang melakukan peregangan pada lehernya dengan cara menetralkan bahu dan punggungnya dengan posisi sejajar. Lalu, memutar lehernya secara perlahan-lahan. Setelah itu ia melakukan peregangan dengan otot bisep dan trisep, dan yang terakhir melakukan peregangan dengan kedua tangannya dari atas hingga kebawah.

Ayo Chan, ini kesempatan terakhir lo.

Chandra menyipitkan kedua matanya ke arah kolam renang yang sedang tenang sambil mengeratkan rahangnya yang terkatup. Tanpa sadar ia mengepalkan kedua tangannya seakan-akan sedang menantang objek di depannya. Sejenak, cowok itu kembali tersadar setelah melampiaskan amarahnya kepada hal-hal yang berada di hadapannya. Ia pun merapikan kembali beberapa rambut yang berhasil keluar dari dalam topi renangnya, dan memasukannya kembali seperti semula. Tidak lupa juga memposisikan kacamata renangnya ke posisi sempurna. Ia tidak akan memaafkan kesalahan sekecil apapun yang dapat mengganggu kegiatannya nanti.

Prittt

Suara tiupan peluit panjang yang sudah dinantikan oleh Chandra akhirnya berbunyi. Ia pun melangkah dengan percaya diri naik ke atas balok start dalam keadaan diam. Kemudian seseorang meneriakkan aba-aba "take your marks". Ia pun segera bersiap melakukan posisi start di atas balok start. Badannya dibungkukkan ke arah air dengan kedua lutut sedikit ditekuk. Cowok itu menghirup udara dalam-dalam dan memfokuskan pandangan matanya ke arah kolam renang yang sudah siap menantikan kehadirannya.

Chandra tidak seorang diri, ia didampingi oleh coach renangnya yang bernama Rendi. Ia berperan sebagai wasit sekaligus juri dalam latihan renang menjelang perlombaan renang antar sekolah se DKI Jakarta. Rendi sudah bersiap untuk menekan tombol start pada stopwatch digital yang berada di genggaman tangan kanannya, ditangan kirinya untuk meniupkan peluit aba-aba start tanda perenang sudah mulai mendaratkan tubuhnya ke dalam kolam renang.

Prittt

Suara tiupan peluit kedua telah berbunyi, Chandra segara melompat dari atas balok start ke dalam kolam renang dengan mulus. Jarak lompatannya kali ini sedikit lebih jauh dari percobaan pertamanya. Seulas senyum samar muncul di bibir Rendi melihat progress anak didiknya dengan bangga. Rendi berjalan perlahan mengikuti gerakan Chandra, dan sesekali melihat ke arah stopwatch digitalnya untuk mengukur waktu yang telah ditempuh.

Rendi menghentikan langkah kakinya lalu berputar balik ke arah balok start lintasan empat, lintasan yang digunakan Chandra untuk latihan uji coba keduanya. Uji coba pertama yang dilakukan oleh Chandra gagal, karena jarak durasi yang ditempuhnya lebih lama dari durasi yang biasanya ia lakukan. Rekor terburuk yang pernah dilakukan oleh atlet yang sudah memiliki pengalaman bertahun-tahun selama menjadi atlet renang.

Rendi mengembuskan napas kasar sambil sesekali melihat ke arah stopwatch digitalnya yang sudah melewati detik demi detik. Tangan kirinya ia masukkan ke dalam saku celana training berwarna hitam miliknya. Frustasi, hanya itu yang dapat menjelaskan raut wajah Rendi yang sangat frustasi melihat kecepatan renang Chandra yang sudah mulai menurun.

Sekian detik telah berlalu, Chandra hampir mencapai bagian ujung kolam untuk mencapai garis finish. Cowok itu menambah kecepatan kaki dan tangannya agar bisa segera menyentuh dinding kolam untuk mengetahui durasi waktu yang telah dilewatinya. Chandra muncul ke permukaan setelah berhasil menyentuh dinding kolam, ia menarik napasnya yang sedang terengah-engah setelah berhasil melewati dua kali putaran kolam renang yang berukuran lima puluh meter dengan gaya bebas.

Dengan cepat cowok itu melepaskan kacamata renangnya dan menyeka buliran air yang mengenai wajahnya. Awalnya ia tersenyum sumringah saat berhasil menyelesaikan uji coba keduanya, tetapi senyum itu langsung pudar saat melihat wajah kecewa dari coachnya. Apakah kali ini ia kembali gagal dalam uji coba keduanya? Pertanyaan itu langsung tersemat di pikirannya setelah melihat suasananya di sekitarnya yang mulai menegang.

Chandra segera beranjak dari dalam kolam renang dengan kepala menunduk, ia berjalan perlahan ke arah Rendi yang berada tepat di hadapannya. Cowok itu memejamkan kedua matanya untuk mendengarkan ceramah keduanya. Entah apa yang akan dikatakan oleh coach kepadanya, entah berisi kalimat pujian atau makian seperti tadi.

"Kamu mau tau durasinya?" tanya Rendi dengan tatapan mata serius.

Mendengar hal itu Chandra langsung mengangkat kepalanya ke arah Rendi, seketika tubuhnya langsung diam membeku menunggu jawaban dari coachnya. Pria berusia dua puluh tahunan tersebut menghela napas panjang, ia melirik ke arah stopwatch digitalnya dengan raut wajah kecewa.

"Satu menit tujuh belas detik," ucap Rendi seraya memberikan stopwatch digitalnya kepada Chandra. Cowok itu dengan cepat mengambilnya.

Mendengar hal itu kedua mata Chandra langsung melebar, ia tidak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar. Bagaimana bisa? Bahkan ini adalah rekor terburuk yang pernah ia pecahkan. Cowok itu mengeratkan rahangnya yang terkatup. Emosi yang sempat tertahan, kini kembali membara. Setelah ini ia akan kembali menyalahkan dirinya sendiri setelah berkali-kali gagal dalam mengalahkan rekor terbaik yang dipecahkannya beberapa waktu lalu. Ia merasa sangat kecewa dengan rekornya sendiri, bagaimana bisa ia mengalahkan orang lain jika rekor terendahnya saja tidak bisa dikalahkan olehnya.

"Lebih buruk dari uji coba pertama kamu,"

"Saya akan berlatih lebih keras lagi coach,"

"Sampai kapan? Kurang dari dua minggu lagi perlombaan sudah mulai," Rendi mengembuskan napas kasar, "udah nggak ada waktu lagi buat kamu latihan keras. Nggak usah menyiksa diri kamu sendiri, kalau kamu nggak sanggup, saya bisa menggantikan kamu dengan anak-anak lain,"

"To-tolong kasih saya satu kesempatan terakhir lagi coach,"

Rendi mengacak-acak rambutnya frustasi dengan tangan kanannya. Bagaimana bisa ia memberikan kesempatan kedua dengan durasi sesingkat ini.

Rendi kembali mengembuskan napas kasar, "oke, saya kasih kamu kesempatan terakhir. Kalau sampai kamu gagal lagi, saya harus mencari orang lain untuk menggantikan kamu. Saya udah nggak punya banyak waktu buat ngasih kamu kesempatan berkali-kali,"

***

CHANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang