Rutinitas

15 2 0
                                    

Sepuluh menit terakhir sebelum gerbang sekolah ditutup, mobil yang ditumpangi Luna sudah mulai memasuki gerbang sekolahnya. Ia pun melewati jalanan yang terdapat pohon-pohon rindang di sisi kanan dan kiri jalan. Dan jangan lupakan tempat paling iconic dari sekolahnya, yaitu patung air mancur berwarna emas dan biru metallic yang berlogokan SMA Rajawali. Dikelilingi berbagai macam bunga warna-warni di sekeliling air mancur, yang menambahkan kesan mewah dari sekolah elite dan terfavorite di Jakarta.

Luna melangkah keluar dari dalam mobilnya dan segera berlari menuju koridor sekolahnya, lalu menaiki satu per satu anak tangga untuk menuju lantai dua. Cewek itu menghentikan langkah kakinya sejenak dengan napas yang ngos-ngosan. Tersisa beberapa anak tangga lagi untuk menuju kelasnya, tetapi kedua kakinya terasa semakin berat yang hampir membuatnya luruh di atas lantai. Rasanya seperti sedang mendapat serangan asma dadakan, begitulah cewek yang bernama lengkap Aluna Agatha Priscilla. Memiliki fisik yang cukup lemah karena sangat jarang berolahraga, maka tidak heran jika di jam pelajaran olahraga mulutnya lebih sering bekerja dibandingkan anggota tubuh lainnya.

"Gue udah nggak kuat lagi, gue...capek," gumamnya yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Luna mencoba memberikan beberapa waktu untuk kedua kakinya yang sudah berjuang mati-matian menaiki satu per satu anak tangga yang hampir mematahkan kedua kakinya. Bagaimana bisa sekolah elite seperti SMA Rajawali tidak memiliki lift atau escalator untuk siswa-siswinya? Tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut, hanya Luna dan beberapa orang yang seperti Luna saja yang merasa keberatan dengan hal itu.

Cewek itu melirikkan pandangan matanya ke arah jam tangan, ia melihat detik demi detik yang sudah berlalu. Tersisa tujuh menit terakhir sebelum bel sekolahnya berbunyi. Ia menegakkan tubuhnya kembali dan bersiap mengeluarkan seluruh tenaga yang tersisa untuk menaiki beberapa anak tangga lagi.

Luna membungkukkan tubuhnya yang bertumpu pada kedua lututnya dengan napas yang ngos-ngosan. Akhirnya ia berhasil melewati puluhan anak tangga yang telah menguras sebagian tenaganya. Ia menghembuskan napas lega saat melihat beberapa teman sekelasnya yang masih berada di luar kelas. Dengan segera cewek itu melangkahkan kakinya menuju kelas.

Ternyata kehadiran Luna sudah dinantikan oleh beberapa teman sekelasnya, tidak heran mengapa jumlah orang yang berada di luar kelas lebih banyak dari biasanya. Luna menghentikan langkah kakinya sejenak saat teman-temannya menyadari kehadirannya, lalu berlari menghampirinya yang sedang terdiam di depan kelas.

"Lun, lo udah ngerjain PR Fisika minggu kemarin kan?" tanya Lidya teman sekelas Luna dengan mengangkat sebelah alisnya.

Bukankah itu sebuah sambutan yang hangat? Tentu saja tidak, menjadi salah satu murid terpintar di kelasnya bukanlah tentang hal-hal yang positif saja, lebih banyak hal negatif yang harus diterima oleh Luna. Memberi contekan misalnya. Oleh karena itu ia mendapat julukan Dewi MIPA dua. Selain karena visualnya yang cantik rupawan, ia juga memiliki sifat yang sangat baik, ramah dan hal-hal baik lainnya.

"Pasti udahlah, kayak nggak tau Luna aja," balas Shella menyunggingkan senyum miring. Ia adalah sang ratu labrak di SMA Rajawali, siapapun yang mengusik hidupnya pasti akan berurusan langsung dengannya dan teman-temannya.

"Iya, udah. Gue kasih liat di dalam kelas aja ya," balas Luna yang mencoba terlihat tenang.

Mendengar hal itu, dengan cepat teman-temannya langsung membukakan jalan untuk mempersilahkan Luna memasuki kelas terlebih dahulu. Saat Luna sudah memasuki kelas, ia langsung meletakkan tasnya di atas meja lalu mengeluarkan buku tulis Fisikanya yang sudah menjadi sasaran utama teman-temannya, dan meletakkannya di atas meja. Belum sempat buku tulisnya menyentuh permukaan meja, tiba-tiba saja manusia dengan tangan gesitnya sudah terlebih dahulu mendapatkannya sebelum buku tulisnya mendarat dengan mulus di atas meja.

CHANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang