Mungkin setelah membaca cerita-cerita ku sebelumnya, kalian akan heran, bingung, pusing? Atau malah, kalian pikir aku ini benda jadi-jadian? Mana mungkin sebuah lampu, hidup, dan menyimpan rasa pada penghuni rumah tempat harusnya ia menjadi terang di sana . Untuk menjelaskan siapa aku, mungkin tidak ada kata yang pas. Tidak ilusi. Tidak imajiner. Tidak juga fantasi. Abstrak? Ah, tidak! Sudahlah, ku sarankan lupakan saja pertanyaan yang mengarah pada siapa aku. Sebaiknya kalian bertanya padaku, mengapa kau-lampu- menyimpan rasa pada Indra?
Tunggu. Sebelum aku menjawabnya, biarkan aku menarik nafas sejenak. Pertanyaan itu, sangat menusuk. Sangat. Ada saatnya dalam hidup kita akan melantunkan pertanyaan Pantaskah? Sanggupkah? Benarkah ? terhadap apa yang kita lakukan dalam hidup. Aku juga hidup. Jadi aku juga seringkali bertanya seperti itu. Pantaskah aku, lampu, mencintai Indra?
Wush! Tiba-tiba saja ada dua malaikat di sisi kanan dan kiriku berargumen menjawab pertanyaan itu. Malaikat berjubah putih berkata, " Cinta tidak mengenal pantas atau tidak pantas. Karena cinta itu angin, melalui dan mengisi ruang yang tak pernah ia pilih. Ia hanya mengisi tempat itu mengikuti kemana Tuhan membawanya " . Aku tersenyum.
Tapi, si jubah merah tertawa terbahak-bahak. Seperti habis menonton komedi mengocok perut. " Hahahaha... apa-apan itu? Lampu mencintai seorang manusia? Tidak mungkin! Sampai kapanpun kasihmu tak akan pernah sampai. Tak akan! " Dia menambahkan di sela tertawanya.
Si jubah putih berdecak. " Kalau mendengar kami berdebat, kau akan lelah sendiri. Ikuti saja Hatimu " . Wah, dia membuat ku bertanya, apa aku punya hati? Aku kan lampu. Tapi, aku bisa jatuh hati pada Indra, berarti aku memang punya hati. Hanya definisi hati yang ku miliki beda dari yang manusia pikirkan.
Wush! Dua makhluk berjubah outih dan merah itu hilang. Huh, makhluk itu, kedatangan dan kepergiannya selalu tiba-tiba. Apa tidak sempat memberi salam pembuka dan penutup?
Baiklah, lantas setelah mendengar mereka berkata apa yang harus kulakukan? Bantulah aku menjawab, pantaskah? Krik, krik. Tak ada jawaban.
Aku tidak bisa menjawab. Kalian juga tidak bisa menjawab. Sepertinya cuma waktu yang bisa menjawab. Baiklah, aku terima semua keadaan ini. Tak ada lagi yang bisa kulakukan. Kadang, keputusan yang terbaik adalah menerima . Indra, jangan keberatan ya dicintai orang yang tak pernah kau duga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinar Lampu
Short StorySemua ini kemalanganku. Kemalangan ku yang hanya bisa melihat tanpa bisa menyentuh mereka semua. Di tengah keramaian ini aku hanya partikel kecil yang terlupakan. Ah... sudahlah. Untuk apa pula mereka mengetahui keberadaan ku. Toh, jika semua energ...