Orphic [Kim Taehyung]
Chapter 3
'Si Tukang Pos'
..
.
Kompleks tempat tinggal Taehyung merupakan satu kawasan sedikit terpencil di bagian perkotaan. Seingat Seokjin, butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai di tempat ini.
Disini sangat teratur, Semua kendaraan dilarang melewati gerbang kompleks, rata-rata diparkir di tempat khusus didepan gerbang. Pantas saja udara dilingkungan ini masih sangat asri.
Namun, kata Jimin dari sananya memang disini jarang ada yang punya kendaraan, paling tidak yang punya kendaraan hanya pengurus-pengurus yang tinggal di pusat.
Disitu Seokjin ingat ada seorang pria bertubuh sedikit tinggi darinya berjalan melewati ketiganya tadi saat berjalan ke rumah Hoseok, pria itu keluar dari gerbang lalu menaiki salah satu mobil yang ada disana. Kata Jimin itu pasti orang-orang pusat yang kerap kali memiliki urusan diluar.
Menurut Seokjin kompleks ini merupakan tempat yang sangat teratur. Begitu memasuki gerbang kompleks, terdapat banyak lorong hingga gedung utama. Satu kompleks terdapat delapan rumah, berhadapan empat-empat petak.
Ia baru tau jika kompleks ini lebih banyak ditinggali orang yang terbuang, miskin dan tidak dianggap juga beberapa orang yang sudah tidak mempunyai pekerjaan. Kata Jimin disini mereka semua ditanggung oleh petinggi Kompleks. Biaya sewa pun tidak dipungut biaya, hanya saja mereka wajib mengikuti semua kegiatan yang dijalani oleh pusat. Kegiatannya juga tidak berat, hanya mengikuti Paduan suara dan Marching Band di gedung utama, sesuai dengan shift masing-masing.
"Jadi semua orang yang ada disini punya suara bagus?" Tanya Seokjin penasaran. Jimin dan Hoseok yang duduk didepan sana menggeleng, Hoseok bahkan tertawa.
"Suaraku yang kurang bagus ini saja diterima, hyung." Ujarnya. Seokjin dan Taehyung pun ikut tertawa.
"Kotak pos sudah penuh!"
Keempatnya menoleh ke arah pintu, Hoseok segera bangkit berdiri lalu pergi membuka pintu.
"Hoseok hyung sering sekali menerima pesan-pesan dari keluarganya, hingga kotak suratnya penuh bisa dalam tiga hari! Wah ingin sekali aku iri hati." Ujar Jimin takjub. Seokjin menatap Jimin lalu mengernyit.
"Memangnya kau tidak pernah menerima pesan?" Jimin menggeleng pelan.
"Hanya saat ulang tahunku, itu pun hanya tiga. Satu gold dan dua putih."
Seokjin tersenyum kecil, ketiganya kembali dikejutkan dengan Hoseok yang berjalan kedalam rumah dengan setumpuk surat yang sudah dirapikan ditangannya.
Ada banyak sekali surat, warna gold dan putih sama banyak.
"Kenapa ada dua warna?" Ketiganya berbalik menatap Seokjin.
"Ah, yang putih ini sedikit lebih pendek, yang gold pesan yang lebih panjang. Ini semua surat dari Orang tuaku dan Yoongi hyung."
Seokjin menatap lekat mata Hoseok yang terlihat sedikit berair, anak itu tak pernah putus-putusnya menghilangkan senyumnya, meski matanya masih saja berair.
"Jadi Yoongi tau kau tinggal disini?" Hoseok mengangguk lalu meletakan surat itu keatas meja lalu kembali bergabung dengan ketiga kawannya.
"Tau, untuk itu ia sering mengirimiku surat. Yang putih itu hanya laporan-laporan tidak penting Yoongi hyung padaku. Isinya palingan hanya kegiatannya hari ini, menanyakan aku sudah makan atau belum, atau bahkan saat ia merindukanku. Tapi yang gold itu lebih panjang, seperti ringkasan panjang yang berisi kerinduannya padaku dan harapannya. Dia baru saja mengirimkan surat jika ia tenga berkelahi dengan eomma! Benar-benar." Ucap Hoseok.
"Dalam lima tahun ini, aku bahkan tidak mendapat satupun surat! Astagaa. Tapi mengetahui keluargaku baik-baik saja, aku sudah lega. Hanya saja kemarin aku mendapat surat yang membuat ku sedikit bingung ingin senang atau tidak." Tukas Jimin.
Hoseok mengernyit. Ia menatap Jimin lekat. "Isinya?"
"Ya rahasia! Baca saja suratmu yang bertumpuk itu! Hiih." Hoseok tertawa. Jin dan Taehyung pun menggelengkan kepalanya.
"Jimin-ah, bisakah aku memelukmu?" Ujar Taehyung tiba-tiba, wajahnya berubah menjadi tatapan jahil. Jimin menatap anak itu dengan raut terkejutnya yang sangat kentara. Ia mengernyit,
"Tiba-tiba?" Taehyung mengangguk. Ia bangkit dari duduknya lalu memeluk laki-laki itu dengan erat. Membisikkan sesuatu yang membuat Jimin terkekeh lalu memukul punggung anak itu. Keduanya sama-sama tertawa, hoseok dan Seokjin pun hanya tertawa saja.
"Hari ini mau kemana?" Tanya Hoseok saat melihat pelukan keduanya terlepas.
"Tidak hari ini, aku sudah lelah berjalan kaki. Belum lagi pulang nanti kembali jalan kaki. Besok lusa saja baru jalan, lagi pula kan aku masih lama disini." Ujar Seokjin. Taehyung memutar matanya malas.
"Hyung, hanya satu minggu! Tidak lebih!" Seokjin mendelik kesal. "Iya!"
.
Hampir Senja, Ketiganya pamit pulang pada Hoseok. Kembali menyusuri Jalan-jalan yang sudah mereka lewati tadi pagi. Sore ini lebih ramai, kelap-kelip lampu sorot dari gedung utama masih bisa dilihat meski terlihat sedikit jauh.
Sampai di kompleks mereka tinggal, Jimin segera pamit untuk bergegas pulang, ia harus menghadiri paduan suaranya sore itu. Seokjin dan Taehyung pun mengangguk. Keduanya masuk kedalam rumah, Seokjin yang sudah mengantuk pun langsung menuju ke kamar lalu merebahkan tubuhnya.
"Sebelum tidur cuci kaki, hyung!" Pekik Taehyung. Suara anak itu samar-samar, Seokjin sudah terlalu sangat megantuk, ia tak menjawab, lantas kembali bergelung dengan selimut tebal dan pergi menyusuri dunia mimpi.
Keras kepala.
Sampai sini masih bisa mencerna dengan baik cerita ini? Atau ada yang bingung? :(Nanti satu persatu akan di jelaskan.
Jadi gimana?
Lanjut sampai tamat, atau berhenti disinii?Vote yuuk!
🖤🖤
Publish ulang: 14122021
KAMU SEDANG MEMBACA
Orphic | Kim Taehyung
Fanfiction[END] Malam itu Taehyung pergi, tanpa pamit pada satupun orang rumah. Kebetulan malam itu ia sengaja ditinggalkan dirumah sebagai hukuman membentak serta mengancam orang dewasa, pamannya sendiri. Sementara hyung dan kedua orangtuanya pergi menghadir...