Twaalf - Gedreven (Terusir)

32.7K 2.9K 219
                                    

Rumah dalam keadaan sepi, seperti biasa, tanpa penjaga rumah ini yang sehari lalu pulang kampung menjenguk anaknya yang sakit keras. Kini tinggallah aku seorang diri. Tiada seorang pun peduli apakah aku hidup di sini. Orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing, tak terkecuali semua yang kukenal.

Pembaca, aku sedang tidak ingin bermelodrama lagi dengan segala hal rumit yang tengah berkelebatan di kehidupanku. Jangankan memikirkan kejadian beberapa menit lalu, bayang-bayang Helenina saja tak kuasa menghindariku. Sekiranya ia tak lagi datang lantaran mati di dalam mimpiku, alih-alih ia seakan memberiku kejelasan bahwa ia masih hidup dan sedang berbahagia dengan orang-orang terkasih.

Jika boleh memilih, barangkali aku mau hidup sebagai Helenina saja di masa lalu. Tampaknya, ia sudah menemukan kebahagiaannya. Apa sebab aku berpikiran demikian? Biarpun Helenina dikandung oleh seorang simpanan yang dinistakan masyarakat, ia mendapatkan kasih sayang tak terhingga dari Nyai. Biarpun Pieter seorang Belanda yang semena-mena, ia tak akan meninggalkan putrinya demi wanita lain; bahkan, Pieter meninggalkan istrinya demi Nyai dan putri yang dihasilkannya. Nina, juga memiliki orang yang teramat ia cinta dan mencintainya. Seorang ningrat, anak Raja, yang tak peduli pada bahaya yang sewaktu-waktu bisa mengancamnya, sebab ia berani mendekati seorang Indo. Tentu tak sembarang orang bisa mendapatkan kesempatan sepertinya.

Dan aku? Dibandingkan dengan bidadari jelita macam Helenina, tentu aku tak sama dengannya. Benar apa yang dikata Raka waktu itu. Aku bukanlah apa-apa dibandingkan seorang dara cantik yang memiliki aura memikat. Seakan merasakan kehidupan Helenina—biarpun dalam mimpi, dengan kesadaran penuh—, aku yakin betul ia seorang yang cerdas, mampu membolak-balikkan hati orang lain, dan bertingkah serta berbudi pekerti luhur.

"Sampai kapan kamu diam?" pikiranku tersendat di tengah-tengah mendengar pertanyaan Raka di sebelahku. Baru sadar, rupanya mobil yang mengantarku telah berhenti di pekarangan rumah.

"Makasih," kataku singkat sembari membuka pintu mobil. Ia mengikuti kemudian.

"Aku minta maaf soal tadi. Bukan maksud membuat kamu sedih kayak begini," nadanya melunak, menyesali dirinya yang dengan sengaja mempertemukan aku dengan Papa di satu malam. Setelah beberapa tahun tiada pernah bersua, bahkan mendengar sepenggal kabar darinya lantaran ia disibukkan dengan kehidupan barunya. Kini ia dengan mudahnya muncul di depan wajahku, berkata merindukanku, setelah pergi tanpa kabar? Jangan melucu.

"Nggak apa." Aku mendesah pendek. "Aku aja yang melodrama."

Ia menepuk puncak kepalaku dan memberikan senyum sekilas. Sekilas, kira-kira satu detik saja. Harusnya aku melompat kegirangan dihadiahi senyum yang begitu mempesona. Namun suasana hatiku kini tak mendukung untuk melonjak kegirangan. Senyum kecil, itu yang justru kujadikan timbal balik untuknya.

"Thanks buat hari ini. Dan, oh, besok kamu ada waktu? Aku mau ngajak kamu."

"Kemana lagi?"

"Temanku ada yang nikah. Partynya di ballroom hotel. Aku nggak terbiasa aja datang sendirian."

Sebelah alisku terangkat. Ia tidak terbiasa datang sendiri? Batinku sedikit berkata ia berdusta. Orang macam ia kurasa lebih banyak menghabiskan waktu sendirian daripada ditemani orang lain. Aku tak boleh berpikiran keji padanya. Siapa sangka, ia memang butuh seorang teman. Untuk sekarang aku tidak akan banyak berharap. Sebab aku tahu diri dan tidak ingin memosisikan diriku sebagai orang ketiga. Ekor mataku melirik pada jarinya yang dilingkari cincin. Nah, ingatkan aku untuk selalu melihat benda berkilau itu. Tanda bahwa ia tak bisa kumiliki. Ia sudah bertunangan, oke?

"Oke," aku mengiyakan ajakan sekaligus menjawab pertanyaanku sendiri.

"Aku jemput kamu sore dan mengajak kamu fitting baju. Nanti kita ke lokasi lebih dulu karena... well, temanku mau aku datang lebih awal sama yang lain. Kamu bisa minta bantuan asisten aku buat persiapan di satu ruangan. Gimana, Ras?"

HELENINA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang