chapter 5 : past

155 29 40
                                    

"Cerita aja kali, kayak siapa aja bang. Biasa aja." Sudah dua minggu ini angkringan belakang sekolah menjadi tempat Juna dan Guruh nongkrong. Guruh masih enggan memulai pembicaraan dan menawarkan rokok pada Juna yang langsung menggeleng.

"Masih mau jemput Kanaka pulang eskul nanti, masalah pula kalau bau tembako."

"Idih, kok lu bulol banget sekarang? "

"Bodolah, tanya aja sama guru BK."

Pembicaraan berhenti, Guruh menyalakan rokok sementara Juna menyambar bakwan di depan meja. Tak lama setelah asap mengepul sampai Guruh bersua, "dari informasi yang gue denger dari beberapa sohib kelas seberang sih, mantan-mantan Kanaka nggak se-alim itu cuy."

"Oke. Terus?"

"Yang bapaknya kepsek sekolah sebelah yang pinternya sampai ke pucuk daun teh... dia suka main cewek. Pacaran sama Kanaka buat alibi aja."

"Oh, si onoh? Pernah lihat kok. Ngggak gue spill aja. Tapi nggak nyangka beneran. Terus yang anak basket kemarin?"

"Putus baik-baik. Tapi," Changbin menyeriangai sebentar, meniup asap rokok dan melirik Juna, "gue denger-denger dia taruhan buat--lu tahulah maksud gue--ke Kanaka. Cuma gagal, Kanakanya nggak kena gombal bos. Yaudah putus."

"Jingan," Juna terkekeh sambil mengumpat, "Yang anak eskul inggris?"

"Ini yang paling parah dan udah bukan rahasia umum di kalangan anak nongkrong dia dihajar Chris."

"Gue tahu yang itu bang, tapi masak ada hubungannya sama Kanaka?"

"Ya lu pikir aja. Kemungkinan paling besar mantan Kanaka itu siapa. Ha?" Juna terdiam, kembali menyomot bakwan lalu menyruput es tehnya hingga hanya es batu saja yang tersisa. Dia tidak tahu kenapa dia sebegitunya memikirkan perkataan Kanaka beberapa minggu lalu saat pulang bersama. Ditambah dengan perkataan Chris sebelum itu. Kenapa ini tidak bisa sesederhana kisah pacarannya yang dulu-dulu.

Juna tuh paling benci dibuat pusing apalagi soal cinta.  Karna Juna lebih sering menerima afeksi dibanding memberi afeksi. Apalagi dengan tulus.

"Itu anak yang paling parah. Tapi masih belum jelas masalahnya apaan."

"Tahu dah, pusing gue bang. Beberapa hari ini tuh gue udah basa-basi ke Kanaka. Nanya halus tapi dianya ngalihin obrolan melulu," Juna mengacak rambutnya, "rasanya tuh bang. Gue kayak pengen tahu semua hal soal dia tanpa terkecuali."

"Anjay. Naksir berat 'kan lu?"

"Entah. Gue udah cinta kayaknya bang." Guruh melotot tidak percaya, hampir tersedak rokonya sendiri sebelum suara lain mengintrupsi dua sahabat ini dari belakang.

"Emang lu mau tahu apa?" Chris datang, menyesap minuman kaleng di tangannya tanpa dosa.




***



Kanaka itu broken home. Ortunya cerai, dan dari kecil dia di oper sana-sini. Seminggu di rumah bokap, seminggu di rumah nyokap. Cuma ya itu, ortunya pada nikah lagi dan mulai sibuk sama keluarga mereka sendiri. Keluarga besar juga acuh karna emang nggak pada saling suka satu sama lain. Pas itu juga gue pacaran sama dia dan ngambil alih tugas jagain Kanaka.

Sampai pada akhirnya gue juga punya kesibukan sendiri karna gue juga punya beban nilai yang emang ortu gue tuntut biar gue bisa milih sendiri studi gue di masa depan. Di situ Gala bantuin gue. Mulai dari tugas, belajar, bahkan dia kadang mau gantiin gue nganter Kanaka pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ElysianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang