Malam ini Abi tengah terbaring di kasur kamarnya. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan senyum lunglainya. Sedangkan esok adalah hari yang menegangkan untuk kelas 12 karena besok mereka akan melaksanakan ujian kelulusan.
Abi Yusuf Casserio. Pemuda tampan yang saat ini hatinya tengah bermekaran merasakan nikmatnya jatuh cinta. Ya, cinta pertamanya. Dan saat ini, Abi tengah membayangkan wajah mungil milik sahabat yang berhasil mengisi hatinya.
"Abi?!" panggil seseorang dari balik pintu kamar Abi.
"Iya, pah?" sahut Abi, lantas bangkit dari tidurnya dan menuju ke ambang pintu.
"Ada apa pah?" tanya Abi sambil membuka knop pintu.
"belum tidur?" tanya Bima.
"belum, Pah"
"boleh masuk?"
"boleh."
Keduanya lantas berjalan menuju ke tepi kasur Abi.
"Kenapa belum tidur?" tanya Bima mengawali pembicaraan.
"belum ngantuk Pa" jawab Abi sekenanya.
"Besok kan ujian?"
"Iya."
"Abi, Apa kamu udah nentuin kemana kamu habis SMA?" Abi menjawab dengan gelengan kepala.
"masih plin-plan?"
Abi terdiam."Abi, di sini Papa nggak mau maksa kamu lagi, tapi papa cuma mau kamu tentuin pilihan kamu malam ini juga. Apa kamu bisa tenang hidup tanpa tujuan?"
"tapi, Abi bingung pa"
"apa yang kamu bingungin?"
"ya jujur, Abi pengen kuliah tapi di sisi lain Abi juga pengen nurutin kemauan Ayah sama Papa buat masuk di milite. Abi bingung"
"kan papah udah pasrahin semuanya ke kamu, sekarang tergantung kamu mau gimana"
"Papa udah pasrah. Tapi ayah, ayah pasti pengen lihat Abi pakai baju loreng. Abi juga mau buat ayah senyum di surga ngelihat Abi sukses."
"kuliah juga bisa buat kamu sukses loh, Bi. Semua itu tergantung orangnya masing-masing!"
"jadi sekarang papah dukung aku kuliah?"
"apapun pilihan kamu, pasti papah dukung!"
Keheningan menerkam kamar Abi. Kini ia dengan berpikir keras untuk memilih kuliah atau militer. Bima pun terdiam menghargai putra tirinya untuk memikirkan matang-matang tentang pilihannya.
Hanya sekitar 20 menit Abi berfikir. Kini ia mengambil napasnya panjang-panjang lantas dihembuskan perlahan. Bersiap untuk mengutarakan pilihannya.
"Bismillahirrahmanirrahim. Abi akan coba daftar TNI dulu pah, kalau seumpama Abi enggak lolos, Abi akan daftar kuliah di tahun depan. Kalau Abi nggak lolos berarti emang Abi nggak jodoh sama militer. Kalau lolos ya berarti emang udah takdir Abi. Jadi Abi bakalan berusaha semampu Abi buat bisa wujudin keinginan Ayah. Abi mohon doa restunya ya Pah" tutur Abi yang berhasil membuat Bima membelalakan matanya. Benar-benar jawaban yang bijaksana bukan?.
"Hebat kamu, Abi!" jawab Bima sambil merangkul Putra tirinya.
"kamu masih ada waktu dua sampai tiga bulan buat binsik. Kamu pasti bisa!" tanggap Bima sambil menepuki punggung Abi.
"Abi mau pasang behel juga Pah" ucap Api sambil menyengir tanpa dosa.
"Emang gigi kamu jelek?" ledek Bima.
"nggak jelek sih Pah, tapi gigi taring Abi agak maju. Otw jadi gigi taring. Kan nggak boleh" jawab Abi sambil menunjukan gigi taringnya.
"Oh iya, ya udah nggak papa, kapan pasang behel?" tanya Bima bersemangat.
"habis ujian aja kali ya, Pah?"
"Nah boleh tuh!" respon Bima lantas tertawa lepas.
"Makasih ya Pah"
"ya, nanti pasang behelnya, papah anter ya?"
"Enggak usah, Pah. Abi mau sama my prince aja" ucap Abi lantas terbahak.
"siapa Princess kamu?"
"Shea dong Pah"
"Oh sekarang udah berani blak-blakan? pasti udah jadian nih?" goda Bima.
"buat apa jadian mending langsung lamaran, eaaa" jawab Abi tegas lukas.
"os os os. Hebat ya anak papah ini. Udah sekarang tidur gih, besok ujian. Semangat ya, Abi!" ucap Bima sambil mengusap puncak kepala Abi.
"pasti Pah!" tanggap Abi.
"papah ke kamar dulu ya!"
Perlahan Bima melangkahkan kakinya keluar dari kamar Abi.
Abi Yusuf Casserio. Hatinya kini telah tenang, setelah mengambil keputusan untuk masa depannya. Keputusan yang benar-benar ia ambik dari kata hatinya. Keputusan yang malam ini tiba-tiba berubah dari pemikiran sebelumnya. Berhasilkah Abi untuk menjadi abdi negara, atau justru ia akan kembali pada pemikiran awalnya yakni kuliah? yuk simak di part-part berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CASSERIO
Teen Fiction"Gue adalah bulan di malam hari, elo bintangnya, dan dia cuma awan hitam yang menghalangi kita untuk bersinar." Abi dan Shea. Dua insan yang terjebak dalam teritori persahabatan. Abi menyadari perasaan lebihnya kepada Shea, tapi mengapa Abi justr...