Adaptasi

1 0 0
                                    

Satu minggu sudah berlalu, sejak kegiatan pengenalan kampus berlangsung. Hari ini adalah hari kuliah pertama dimulai. Kami harus bangun lebih awal, karena bus untuk ke Indralaya berangkat pukul 6 pagi. Yonna, Haden, dan aku sudah bersiap untuk berangkat ke halte bus di kampus yang berada di Palembang dan kami akan diantar oleh Bu Sari.

Kami tiba lebih cepat tiga puluh menit. Namun, halte sudah dipenuhi oleh mahasiwa yang juga akan berangkat ke Indralaya. Kami akan menggunakan bus yang disediakan oleh kampus namun tidak gratis. Bus kuning dengan tulisan "Universitas Sriwijaya" sudah tiba di halte dan tentu saja kami harus berebutan namun dengan kesigapan Yonna kami bisa masuk ke dalam Bus. Selama perjalanan aku merasa agak gerah, karena bus ini hanya memiliki AC alami.

"Aku kira orang banyak mau naik bus ini karena ada AC. Ternyata aku salah," ucap Yonna yang sedang mengelap keringat di dahinya.

"Aku kira juga begitu. Aku rasa mungkin karena harganya yang murah."

Setibanya di kampus, kami harus berpisah karena gedung fakultas yang berebeda.

"Jangan lupa ya, nanti jam 2 busnya sudah ada," sahut Yonna.

Aku dan Haden berjalan di arah yang sama, karena jarak fakultasku dan dia berdekatan. Ketika hampir sampai di tujuanku, aku melihat Lyla yang sedang berjalan menujuku.

"Hai, Aneska. Akhirnya kita ketemu lagi," sapanya.

"Aku duluan, ya," ujar Haden yang mau melangkahkan kakinya.

Aku menghentikan langkah Haden untuk memperkenalkan dia dengan Lyla. Namun, setelah itu wajah Lyla sedikit berubah karena sikap Haden yang dingin dan aku merasa sangat tidak enak.

"Aneska, nama kita ada di kelas yang sama," teriak Lyla kegirangan.

Aku sangat senang bisa satu kelas dengannya. Setidaknya di dalam kelas ini ada yang kukenal. Hari ini kami hanya melakukan perkenalan kepada dosen-dosen yang mengajar, sehingga jadwal kuliahku selesai lebih cepat.

"Aneska, kamu pulang naik apa?" tanya Lyla saat kami sedang bersiap-siap untuk keluar kelas.

"Aku akan pulang naik bus kuning bersama Yonna dan Haden, La," jawabku.

"Aku ikut pulang bersama kalian ya? Soalnya papaku tadi bilang kalau dia gak bisa jemput aku hari ini,"

"Tentu!"

Hari masih menujukkan pukul satu siang, sehingga kami harus menunggu satu jam lagi untuk pulang. Hanya aku dan Haden yang sudah keluar kelas, sedangkan Yonna belum. Aku, Lyla, dan Haden memilih untuk duduk di halte.

"Yonna gak ngabarin kamu?" tanyaku pada Haden.

Lagi-lagi dia hanya menjawab dengan gelengan kepalanya.

Selagi menunggu, aku dan Lyla banyak sekali bercerita tentang masa SMA kami.

"Aku dulu punya teman yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri, tapi karena dia diterima kuliah di luar kota, jadi kami sudah lama tidak berkontak," ujar Lyla.

"Kalau aku sih La, memang gak punya teman dekat karena aku susah untuk nyaman sama orang lain," sahutku.

Tak lama Yonna datang dengan membawa wajah kesalnya, "Dosen itu lama sekali keluar!"

"Halo, Yonna. Salam kenal," sapa Lyla.

"Hai. Kamu cantik sekali. Maaf ya, tadi aku datang langsung marah-marah," jawabnya.

"It's okay, Yonna. By the way, kamu juga cantik."

Kami sudah duduk di bus untuk pulang. Selama di perjalanan aku melihat Yonna yang sudah tertidur pulas, sedangkan Lyla sedang mendengarkan lagu dari discman miliknya. Aku dan Haden hanya memandangi jalanan melalui kaca bus, karena kami sama-sama duduk di dekat jendela. Setelah satu jam lebih perjalanan, kami pun tiba di Palembang. Haden bilang kalau Bu Sari tadi mengirim pesan kalau dia gak bisa jemput kita siang ini.

2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang