Homesick

1 0 0
                                    

Palembang, Desember 2000

Sudah hampir enam bulan aku di sini dan akhir-akhir ini aku banyak disibukkan dengan urusan kuliahku. Sebentar lagi aku juga akan melakukan ujian semester. Aku sudah mulai membiasakan diri dengan perbedaan-perbedaan yang ada di sini. Yonna dan Dika semakin sering bertengkar walau cuma karena hal sepele. Kami juga sudah mulai hafal jalan di daerah Palembang dan tidak kebingungan lagi harus naik angkutan yang mana jika mau berpergian.

"Yonna ke mana?" tanya Bu Sari saat kami sedang bersiap untuk pergi kuliah. "Aneska kira tadi Yonna udah turun duluan, Bu. Ya sudah, Aneska cek dulu."

Aku pergi menuju kamar Yonna untuk melihatnya.

"Yonna, ini Aneska. Kamu belum siap, ya?" tanyaku yang sudah ada di depan kamarnya.

Yonna membukakan pintu kamarnya dengan wajah yang pucat.

"Bilangin sama Ibu ya, aku hari ini ga kuliah dulu, soalnya aku lagi gak enak badan."

Aku meletakkan tanganku ke dahinya untuk mengecek suhu badan Yonna.

"Ya ampun, badanmu panas sekali. Kamu sudah minum obat?"

Yonna menggelengkan kepalanya.

"Sebaiknya kamu istirahat dulu hari ini. Nanti aku tanyain sama Ibu obat untuk penurun demam," sahutku kepada Yonna.

"Bu, Yonna sakit badanya panas," ujarku setibanya di bawah.

"Ibu lagi ga punya stok obat sekarang. Dika, kamu belum mau berangkat, kan? Ibu minta tolong ya kamu belikan obat di warung Ahong."

"Iya, Bu," jawab Dika yang dengan ragu-ragu.

"Hari masih pagi kamu udah tidur aja," sapaku kepada Lyla yang membangunkan tidurnya.

"Tadi aku harus bangun lebih awal, soalnya papaku ada urusan jadi harus pergi lebih cepat."

Lyla memang sering sekali tertidur di kelas dan pernah satu kali dikeluarkan oleh dosen, namun ia tidak pernah jera. Perkuliahanku hari ini dimulai dengan mata kuliah Apresiasi Sastra dan dosennya sangat menyenangkan. Jadi, aku benar-benar menikmati mata kuliah pertama hari ini.

"Aku lapar," bisik Lyla saat aku sedang sibuk mencatat materi. "Kamu mau makan bekalku?" tanyaku.

"Enggak, nanti kamu makan apa? Aku tahu caranya. Bye," Lyla berdiri dan meminta izin untuk ke kamar mandi. Namun, aku tahu itu hanya alasannya saja dia pasti akan pergi ke kantin.

Sekarang sudah jam istirahat. Aku memilih untuk memakan bekalku di kelas karena Lyla sudah makan duluan dan dia sekarang sedang mengobrol dengan temannya dari kelas lain. Lyla memang sangat sempurna menurutku. Memiliki wajah yang cantik, postur tubuh yang ideal, dan merupakan anak dari keluarga yang berada, namun ia tetap sederhana. Dia tak pernah menunjukkan itu. Namun, aku bisa menebak dari barang-barang yang ia miliki.

Mata kuliah terahirku telah selesai lebih lambat, sehingga aku baru pulang kuliah sore hari. Aku sangat khawatir, karena Haden mungkin sudah pulang duluan sedangkan bus kuning jam 2 sudah menjemput. Namun, setibanya aku di halte aku masih melihat Haden duduk di sini.

"Kamu masih menunggu, ya? Aku kira kamu sudah pulang duluan. Maaf ya, kamu jadi menunggu lama."

"Kalau aku pulang duluan, emang kamu tahu harus naik apa?"

"Terima kasih banyak. Ayo, kita pulang. Nanti kesorean."

"Kita naik angkutan saja. Ayo, jalan kedepan."

Kami sedang berdiri di gerbang kampus saat ini. Tiba-tiba sebuah Mobil Sedan Civic berwarna silver menghampir kami.

"Belum pulang, Nes?" Lyla membuka kaca mobil itu.

2000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang