Chapter 11

1.4K 180 11
                                    

"Nggh–aah jangan, awas lo." Mild terkekeh pelan sebelum akhirnya kembali memasukan telepon genggamnya yang sudah setengah keluar dan memberikan air mineral yang ada di tasnya kepada Gulf. "Gulf, lo sebenernya kenapa?" Mild memberanikan diri bertanya kepada Gulf yang sudah mulai tenang namun lagi-lagi ia tidak mendapati jawaban dari laki-laki itu. Mild berdecak kesal, hingga akhirnya Gulf membuka suaranya.

"Gue hamil, puas lo?"

"AAAAAAAAAAHH!"

happy reading!

***

"Oi.. Gulf.. wa-wah.. lo gila?" Kedua bola mata Mild terlihat hampir terlepas dari tempatnya, bahkan sudah hampir 5 menit bibir atas dan bawahnya melakukan social distancing.

Kaki Mild tidak bisa diam, beberapa detik yang lalu ia berada di depan cermin menopangkan tangannya di westafel sambil menatap bayangannya sendiri, namun kini ia sudah berada di dalam salah satu bilik kamar mandi dengan tatapan kosong meskipun masih dengan bibirnya yang social distancing. Gulf hanya diam, matanya terus mengikuti setiap gerak-gerik laki-laki yang kini sudah berada di samping alat pembersih toilet dengan wajah tidak percayanya itu. "Mild, lo bikin gue pusing bisa diem sebentar, ngga?" Gulf mengerutkan dahinya lalu mulai memijatnya pelan.

"GULF! Sebentar.. tunggu, tunggu sebentar—" Mild menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya kembali menatap Gulf yang mulai kesal. "JANGAN BILANG ITU ANAK MEW!"

splash!

"Lo gila?! Kalo ini bukan anak Mew anak siapa lagi?! Gue ngga main dukun, enak aja lo!" Teriak Gulf tidak terima.

Tubuh Mild basah kuyup, matanya tertutup dengan bibir yang masih terbuka lebar. Ah.. mungkin beberapa tetes air hitam pekat itu ada di dalam sana. Tangannya bergerak mengelap wajahnya, namun tiba-tiba saja ia membeku. "Gulf..," ia menatap laki-laki di hadapannya horror. Bibirnya mulai bergerak tidak nyaman, "in-ini.. air apa?" tanyanya masih dengan tatapan menyeramkan yang terus ia lontarkan.

Gulf membasahi bibirnya yang kering, kedua lengannya kini menyilang di depan dada. Kakinya mulai bergerak tidak nyaman, bahkan kini ia tidak lagi menatap Mild. "I-itu, a-anu." Mild masih menunggu jawaban yang keluar dari mulut Gulf, hidungnya mulai berkerut akibat bau yang berasal dari tubuhnya sekarang. Sungguh, sebenarnya ia sangat tidak tahan.

"Air be-bekas.. pel," Gulf menggunakan dagunya menunjuk ember biru langit yang sudah kosong di samping kakinya itu dengan senyum cerah di wajahnya, "AAAAAAAAAAHH!"

***

Bau tidak sedap yang menguar dari tubuh Mild mulai menarik semua perhatian siswa yang berada di sekitar mereka. Bahkan kini tatapan jijik dan merendahkan dari siswa-siswa lain itu mulai membuat Mild mengumpat. Ia menatap Gulf kesal yang sedang berjalan tidak bersalah di sampingnya itu, wajahnya benar-benar mengerut membuat Gulf tidak bisa berkata apa pun selain memberikan senyuman terlebar andalannya. Mereka berdua terus berjalan meskipun masih di ikuti dengan tatapan menjijikan para siswa, namun sialnya Mild kembali menjadi pusat perhatian saat mereka tiba di tangga.

Sepatu keluaran terbarunya itu ikut basah kuyup, membuat jalan Mild kini sangat licin. Ketika kakinya menginjak kaki tangga untuk turun, ia tergelincir hingga kini tubuhnya terduduk menuruni tangga dengan bokongnya.

Gulf yang masih berada di tangga teratas menatap Mild terkejut, namun ia tidak bisa menahan gelak tawa yang menggelitik perutnya itu. "HAHAHAHAHAHAHHAHA MILD! LO NGAPAIN DI SITU?" Wajah Mild benar-benar memerah, bokong kebanggaannya itu sangat sakit sekarang. Namun, wajahnya itu memerah bukan karena rasa kesal melainkan karena rasa malu akibat posisi jatuhnya itu yang sangat tidak masuk akal! Bayangkan saja, selama 5 detik semua orang yang berada di sekitar tangga itu menyaksikan seorang Mild melakukan atraksi di tangga dengan pose akhir yang sangat.. ah terserah kalian menyebutnya apa. MILD MENUNGGING! PANTATNYA ITU ADA DI ATAS! BUKAN MUKANYA! AH DIA BENAR-BENAR BISA GILA SEKARANG!

"Gulf? Lo ngapain? Ayo pulang," Mew baru saja tiba, ia menarik pinggul Gulf mendekat membuat tawanya terhenti. Senyuman cerah menggantikannya, ia mengangguk cepat dan mulai menuruni tangga bersama Mew dengan tas yang ia gantung di pundak kananya.

"Oi? Mild? Lo ngapain di situ? Gue pulang duluan ya, bye." Mew berhenti sebentar di samping Mild yang masih menungging, membuat gelak tawa Gulf kembali terdengar. Suasana di sekitar tangga itu masih sangat sepi, mereka masih terlihat terkejut dengan apa yang baru saja terjadi dan itu membuat Mild tidak bisa menggerakan tubuhnya. Mew dan Gulf sudah pergi meninggalkan Mild sendiri, masih dengan wajahnya yang memerah namun kini posisinya sudah berubah. Bokongnya tidak lagi menungging, tubuh kecilnya itu terlentang di lantai. Ia tidak tahu lagi harus menaruh wajahnya dimana, bokongnya itu akan sangat terkenal satu sekol—tidak, satu internet. Ah dia bisa gila, SUDAHLAH BESOK IA TIDAK AKAN MASUK KE SEKOLAH LAGI!

***

Gulf turun dari mobil sport milik Mew yang tentunya berbeda dari yang terakhir ia naiki. Selama mereka test Gulf memutuskan untuk tinggal sementara bersama Mew di mansion Jongcheveevat, keluarga mereka masih belum mengetahui kehamilan Gulf jadi Mew ingin memberikan perlindungan yang terbaik untuk beanbean mereka.

"Gulf.. besok kita udah harus berangkat, lo ngga kenapa-kenapa, kan?" Gulf yang belum sepenuhnya keluar dari mobil kembali masuk ketika mendengar pertanyaan Mew yang tiba-tiba saja itu. Ia mengerutkan dahinya bingung, "kenapa emangnya?"

"Iya ngga kenapa-kenapa, gue khawatir," namun tiba-tiba saja Gulf tertawa keras sebelum akhirnya menatap Mew jijik.

"Ngga cocok,"

Mew menghela nafasnya keras, "serius honeyy," Wajah Gulf berubah menjadi lebih serius, lalu ia menyentuh tangan Mew yang berada di atas pahanya. "Gue ngga kenapa-kenapa, percaya deh." Setelah mengatakan itu dan melihat jawaban anggukan dari Mew, Gulf kembali bersiap keluar dari mobil tapi lagi-lagi tangan mungilnya di tarik oleh Mew hingga ia kembali duduk. Gulf baru saja akan protes namun sebelum mulutnya terbuka untuk memaki Mew, bibirnya sudah menyatu dengan bibir milik laki-laki yang dalam hitungan hari lagi akan menjadi suaminya itu.

Bibir mereka hanya menyatu beberapa detik, tidak ada lumatan, murni terasa seperti ciuman cinta tidak ada nafsu di dalamnya.

"Mew! Gulf! ASTAGA BENER-BENER YA!" Seorang wanita yang baru saja keluar dari lobby mansion keluarga Jongcheveevat melihat kejadian singkat itu dan mulai berteriak keras. Mew memutar bola matanya kesal, kenapa mamanya itu selalu datang di situasi seperti ini dan mengganggu. "Ssshh, nanti ya." Gulf menarik tubuhnya menjauh sebelum akhirnya memberikan kedipan penuh misterinya kepada Mew yang kini mulai tersipu malu.

"Aduh, mama.. jangan lari-lari nanti jatoh, di luar dingin ma, yuk masuk." Gulf merangkul tubuh Mama J yang terlihat masih berusaha menghampiri Mew, "MEW! KAMU LIAT AJA YA NANTI DI DALEM, AWAS YA!—" Mama J menatap Gulf yang jauh tinggi di atasnya dan tersenyum senang, "aduh.. Gulf kamu ini, ayo masuk dulu, sayang."





Tbc.

Omegaverse : Blood and Heart [MewGulf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang