2

3.4K 568 4
                                    

"Perjodohan?"

Bak petir menyambar di siang bolong Princess Arlisa sampai termundur saking kagetnya. Bagaimana dia bisa tetap tenang kalau kembalinya King Allardeo justru membawa berita akan diperlangsungkannya perjodohan antara Princess Arlisa dengan putra mahkota kerajaan Tohrn.

"Arlisa tidak mau," tolaknya.

King Allardeo hanya melirik lalu melanjutkan kegiatannya membaca kiriman surat-surat dari berbagai negeri.

"Ayah! Arlisa tidak mau!"

Mendengar nada bicara Princess Arlisa meninggi membuat King Allardeo menaruh surat ditangannya dan fokus penuh pada anak bungsunya itu.

"Dimana sopan santunmu?"

Princess Arlisa langsung berlutut. "Maaf yang mulia. Tetapi hamba benar-benar tidak menginginkan perjodohan ini."

Ini benar-benar gila.

"Apa aku sedang meminta pendapatmu?" tanya King Allardeo.

Sungguh, Princess Arlisa sudah tidak bisa menahan amarahnya.

"ARLISA BENCI AYAH!"

"JAGA MULUTMU!"

Princess Arlisa malah berdecih. Hal itu sontak membuat King Allardeo makin melotot dan geram. "PENGAWAL!"

Dengan tergopoh-gopoh para pengawal berdatangan.

"BAWA ARLISA KE KAMARNYA! JANGAN BIARKAN DIA KELUAR SAMPAI AKU SENDIRI YANG MEMERINTAHKANNYA!" perintah King Allardeo yang membuat Princess Arlisa hendak kabur tetapi segera dihadang oleh para pengawal dan diseret dengan paksa ke kamarnya.

"LEPASKAN! AKU BENCI AYAH!" seru Princess Arlisa yang keras-keras.

Mendengar itu King Allardeo menggeram sambil mengepalkan kedua tangannya erat-erat. "Dasar bocah nakal."

Sampai dikamar para pengawal langsung menutup pintu.

"BUKA!" perintahnya.

"Maaf tuan putri, kami tidak memiliki wewenang perkara ini. Pintu hanya akan terbuka bila yang mulia raja yang meminta," sahut komandan pengawal dari  intercom.

Hal itu sontak membuat Princess Arlisa semakin uring-uringan. Bagaimana ini? Dia harus segera kabur sebelum hari itu tiba.

****

"Perjodohan?"

"Ya. Ayah telah menjodohkanku dengan salah satu putri kerajaan Lufas," jawab Prince Theodore atau yang biasa dipanggil Theo.

Saudarinya, Princess Nathalie, mengernyit. "Kenapa kau terlihat pasrah-pasrah saja? Apa kau menginginkan pernikahan ini Theo?"

Pernikahan? Bahkan seumur hidupnya Prince Theo tidak pernah memikirkan hal-hal terkait itu. Kekasih saja tidak ada. Lagi pula lebih enak melajang bukan? Prince Theo menikmatinya dan tak mempedulikan umurnya yang telah menginjak angka tiga puluh lima tahun. Terlalu memuakkan saat mendapati wanita-wanita gatal diluar sana. Kebanyakan wanita hanya mengejarnya karena ketampanan gelar pangeran, dan hartanya.

"Ku dengar mereka memiliki putri-putri yang cantik. Tidak ada salahnya bukan?" alibi. Sungguh Prince Theo sebenarnya tidak peduli sedikit pun. Selama ini dia banyak menemui wanita-wanita cantik baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat biasa. Tapi tak ada satu pun yang memikat hatinya.

Tentu jawaban itu bukanlah jawaban yang diinginkan Princess Nathalie. "Ini bukan kau sekali. Sebenarnya apa yang terjadi? Ceritakan padaku."


"Kau terlalu berbelit-belit. Aku berani bertaruh kalau kau sudah tau alasannya," ucap Prince Theo tepat sasaran.

Ya, memang benar Princess Nathalie tau alasannya. Karena politik bukan? Nathalie benci mengatasnamakan persahabatan dalam perjodohan seperti ini. Ketiga kakak perempuannya sudah merasakan itu. Sungguh egois, bahkan cinta pun harus berlandas politik. Tapi yang Princess Nathalie heran kenapa Prince Theo tidak membantah sedikit pun? Biasanya dia selalu tegas dalam membantah apa yang memang tidak dia kehendaki.

"Sungguh. Aku tau ini pernikahan politik, tapi kenapa kau sama sekali tidak membantah Theo?"

"Karena ini menyangkut tahtaku."

Tahta memang segalanya. Prince Theo merupakan anak laki-laki satu-satunya yang dimiliki King Arthur. Anaknya ada dua belas yang berasal dari istri yang berbeda. Tapi anak laki-lakinya hanya Prince Theo yang merupakan anak ke empatnya dari mendiang selirnya.

Umur King Arthur sudah memasuki angka delapan puluh tujuh yang artinya beliau semakin menua. Dan untuk itu Prince Theo harus segera menikah dikarenakan salah satu persyaratan naik tahta menjadi raja adalah sudah beristri. Lihatlah di umurnya yang sekarang Prince Theo tetap melajang, hal itu di tentu mengganggu pikiran King Arthur. Tahta tidak boleh jatuh selain ke tangan anaknya.

"Sudah kuduga," cetus Princess Nathalie sambil menampilkan senyum miring.

****

"Putra mahkota kerajaan Thorn? Maksudmu Prince Theo?"

Princess Veronica mengangguk kala kembarannya menanyakan itu.

"Apa yang mulia tidak salah?" tanya Princess Roseanne untuk kesekian kalinya.

"Memangnya kenapa?"

"Aku dengar Prince Theo tidak suka wanita. Entahlah, mungkin dia penyuka sesama jenis. Dan lagi seumur hidupnya dia habiskan untuk mengabdi pada King Arthur. Kalau tidak salah dengar Prince Theo bersekolah militer. Mungkin sekarang pangkatnya sudah tinggi," jelas Princess Roseanne.

Tau darimana? Dia tau berita-berita itu karena dulu sering mendengarnya dari Princess Jeanna yang terpikat oleh lelaki itu. Ya, sebelum menikah dengan Prince Kenneth, Princess Jeanna mendambakan Prince Theo untuk menjadi pasangannya.

"Yang membuatku heran kenapa yang mulia memilih Arlisa? Apa-apa Arlisa. Bocah itu terlalu dimanja," kesal Princess Veronica.

Sejak kecil Princess Veronica memang sudah merasakan kekesalan pada Princess Arlisa. Menurutnya putri yang satu itu terlalu disayang. Banyak kenakalan yang dilakukannya, tapi kenapa dia hanya mendapat hukuman dikurung dalam kamar? Sedangkan dulu Princess Veronica pernah melanggar peraturan dan diberi hukuman tidak boleh datang ke istana utama sampai King Allardeo menghentikan masa hukumannya. Itu tidak adil.

"Apa kau menginginkannya Veronica?"

"Aku? Tentu saja tidak. Memangnya siapa yang ingin menikah dengan gay? Itu menjijikkan. Lagi pula banyak pangeran-pangeran tampan. Memangnya Prince Theo setampan itu?" tanya Princess Veronica.

Princess Roseanne mengedikkan bahunya. "Entah. Itu bukan urusanku. Lagi pula aku sudah menemukan dambaan hatiku."

"Siapa?"

"Kau akan tau sendiri nanti."

####

Obsessed (Taeyong × Lisa) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang