7

3K 479 38
                                    

"Hendery, lama tidak berjumpa."

Prince Hendery segera mengalihkan pandangannya dari bidik sasarannya. Ditolehnya seseorang yang kini berdiri tepat di sampingnya.

"Theo," gumam Prince Hendery lalu menyambut rentangan kedua tangan Prince Theo dan mereka berpelukan.

"Ah, ku kira kau sudah melupakanku," kata Prince Theo setelah melepas pelukannya.

"Melupakanmu? Aku tidak pernah melupakanmu brengsek. Dari kemarin sebenarnya aku ingin menyapamu, tapi ku kira kau sudah terlebih dahulu melupakanku," jelas Prince Hendery.

Perlu kalian tau mereka memang sudah saling mengenal sejak lama. Awal bertemu sejak Prince Hendery masih berumur tujuh tahun sedangkan Prince Theo berusia sembilan belas tahun. Ya, selisih umur mereka cukup jauh, tapi kejuaraan memanah mempertemukan mereka. Dan Prince Theo kala itu memenangkan perlombaan itu. Melihat itu Prince Hendery malah menantangnya. Jelas saja Prince Hendery berakhir kalah, tapi dari situlah persahabatan mereka dimulai.

"Brengsek, bagaimana bisa kau menikahi adikku," ujar Prince Hendery penuh selidik. Pasalnya yang dia tahu Prince Theo benci sebuah komitmen bersama perempuan. Sudah banyak korban dari percintaannya. Jelas dia bukan pria baik-baik.

"Aku? Tentu saja karena perintah. Kau tau sendiri bodoh, aku ini benci berkomitmen," balasnya kelewat santai.

Sialan. Prince Hendery ingin menghajarnya, tapi disekitar tempat memanahnya ada pengawal yang berjaga-jaga.

"Bisakah kau mencari perempuan lain? Adikku bukan seleramu Theo."

Prince Theo terkekeh. "Justru aku menikahinya karena dia bukan seleraku. Dia berbeda. Sangat unik. Cukup cantik. Dan liar. Hal itu yang membuatku kian tertarik. Aku sudah bosan dengan modelan yang sama. Apa salahnya berganti selera? Ini sedikit menyenangkan bukan."

Menyenangkan? Dari kata-katanya saja sudah tidak bisa dipercaya.

"Apa kau berjanji tidak akan menyentuhnya Theo?" tanya Prince Hendery penasaran.

"Menyentuhnya? Dia terlihat gesit. Tapi bukan berarti aku tidak ingin menyentuhnya. Yang terpenting adalah kami menikah dan tahta jatuh ke tanganku. Mudah bukan?"

Sungguh Prince Hendery telah kehabisan kata-kata untuk menanggapi Prince Theo. Licik, egois, pemaksa, dan ambisius. Dimana letak sifat baiknya? Dia benar-benar seorang pangeran yang buruk. King Arthur pasti tidak tau tentang hal itu. Anaknya memang sangat pandai menampilkan topengnya.

"Berjanjilah padaku kau tidak akan menyentuh adikku," pinta Prince Hendery sambil menatap nyalang mata sahabatnya itu.

Prince Theo malah menampilkan senyum miringnya. Dia berdecih pelan lalu menatap balik sahabatnya itu. "Apa kau benar-benar membutuhkannya?"

"Tentu. Dia adikku," ujar Prince Hendery penuh penekanan.

"Baiklah. Lihat saja nanti," balas Prince Theo diakhiri senyuman lalu segera beranjak pergi meninggalkan Prince Hendery yang mati-matian menahan tinjunya.

"Brengsek!" maki Prince Hendery tanpa suara. Coba saja Prince Theo bukanlah seseorang yang memberinya semangat hidup hingga dia menjadi seorang pemanah hebat, mungkin sekarang pria itu sudah babak belur karena pukulannya.

****

"Apa yang harus kulakukan Stella? Aku sudah pernah mencoba untuk kabur kalau kau lupa. Kita harus mengganti rencana," ujar Princess Arlisa sambil mondar-mandi di dalam kamarnya.

Sekarang dia tengah berbincang bersama Princess Stella dari telepon genggam dikamar mereka. Mereka tidak bisa bertemu langsung dikarenakan Princess Arlisa masih dalam masa hukuman. King Allardeo kali ini sangat keterlaluan. Dia terus-terusan mengurung Princess Arlisa di dalam kamarnya.

Obsessed (Taeyong × Lisa) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang